Sabtu, 29 Desember 2012

12 Nidana



Pratiyasamutpada
(12 Nidana)

by: Master Shi Lian Ming
@ Vajragarbha Shicheng Temple. Singapore

Marilah kita beranjali, sembah sujud kepada Mahamulacarya Liansheng Yang Penuh Budi Jasa ! Sembah sujud pada Para Buddha Bodhisattva mandala ! Sembah sujud pada Para Vajra Dharmapala, Para Dewa dan Naga Pelindung Dharma. Yang terhormat Acarya Lianlai, para biksu, Pandita Dharmadhuta Shifeng , Pandita Dharmadhuta Zhilong, Pandita Lokapalasraya Suicheng, ketua vihara Lianhua Lianxiang, ketua vihara Yuanxue – Lianxue, serta Ketua Vihara Singapore – Anna, beserta para pengurus, para umat sekalian, salam sejahtera semuanya !

Ini adalah pertama kalinya saya datang ke Singapura, juga pertama kalinya saya datang ke Viharavajragarbha Shicheng. Sejak lama saya sudah mendengar bahwa di Viharavajragarbha Shicheng ada seekor singa dan seekor Naga Emas, dialah Pandita Dharmadhuta Shifeng dan juga Pandita Dharmadhuta Zhilong, keduanya adalah orang yang sangat berbakat dan memiliki sumbangsih dalam aliran kita, mari kita beri aplaus.

Vihara ini sangat agung dan sangat istimewa, barusan mereka mengajak saya untuk melihat Usnisavijayadharani dan Acalanatha Vidyaraja , karena saya sendiri sangat menyukai Acalanatha Vidyaraja, maka saya juga sangat menyukai Viharavajragarbha Singapore (tepuk tangan hadirin) Ah ! Viharavajragarbah Yuanxue juga sangat bagus! (hadirin tertawa).

Kemarin kita membahas nidana sebelum pencerahan, yaitu ajaran dari Maitreya Bodhisattva mengenai jalan penerapan praktek, jalan bekal, memahami kebenaran, jalan penekunan dan jalan akhir, inilah lima tahapan proses. Kemarin kita juga membicarakan bagaimana menyempurnakan jalan penerapan dan jalan bekal, yaitu saptaryadana (Tujuh Kekayaan Suci) , saptaryadana ini dapat menyempurnakan jalan penerapan dan bekal, maka saat memasuki tahap pemahaman kebenaran akan lebih mudah. Kemarin juga dibicarakan bahwa banyak umat yang tidak mempunyai jodoh berkah (福緣) yang banyak , tidak mengerti koan Zen, sama sekali tidak ada jalan untuk menekuni metode Zen dengan baik, dia tidak mempunyai nidana untuk bertemu dengan seorang bijaksanawan pembimbing, pada saat demikian akan lebih sukar. Maka dari itulah Sakyamuni Buddha pada awalnya menggunakan beberapa tahun untuk menyebarluaskan metode Hinayana, yaitu empat bagaian Agama Sutra (阿含經), yang dibagi menjadi Dirgha Agama,Madhyam Agama, Samyukta Agama dan Ekottar Agama. Sesungguhnya Agama Sutra mengulas dua hal, yang pertama adalah Caturaryasatyani (Empat Kebenaran Mulia), yaitu sebab dukha-dukha-jalan menuju berakhirnya dukha dan berakhirnya dukha ; Yang berikutnya adalah mengenai Pratityasamutpada.

Kenapa Hinayana disebut sebagai yana kedua ? Yang pertama adalah karena ia bukan Buddha Dharma yang komplit ; Yang kedua adalah , kita mengenal yaitu Hinayana, Mahayana, sebenarnya masih ada satu lagi yaitu Navayana. Mahayana adalah Buddha Bodhisattva, Hinayana adalah sravaka dan Navayana adalah Pratyekabuddha. Namun kebanyakan pada umumnya tidak menyebut Pratyekabuddhayana sebagai Navayana, sehingga dinamakan dua yana, yaitu Sravaka dan Pratyekabuddha.

Sravaka ada empat, yang tertinggi adalah Arahat, Arahat adalah mencapai realisasi dari Caturaryasatyani, dengan urutan dukha-sebab-berakhir dan jalan menuju berakhirnya dukha, ada satu lagi urutannya adalah sebab dukha- dukha – jalan menuju berakhirnya dukha dan berakhirnya dukha. Sedangkan Navayana adalah merealisasi pratityasamutpada ( 12 sebab akibat yang saling bergantungan) , dimanakah letak perbedaan antara Pratyekabuddha dan Sravaka ? selain dari caturaryasatyani dan pratityasamutpada, yang paling utama adalah metode bhavana mereka. Sravaka membina diri sangat dekat dengan Buddha Bodhisattva , seperti sepuluh siswa utama, Lima Ratus Arahat, mereka semua suka mendekati Buddha, mendekati Bodhisattva dan bijaksanawan agung. Namun Pratyekabuddha berusaha sendiri dalam membina diri, Beliau tidak mendekati Buddha , Bodhisattva maupun Guru bijaksanawan. Inilah perbedaan yang lebih mencolok diantara keduanya.

Darimana sumber 12 nidana ? 12 nidana ada sumbernya. Yang pertama adalah dari Tripitaka 12 bagian, vinaya dan sastra. Sutra adalah disabdakan oleh Sakyamuni Buddha, sastra oleh Bodhisattva. Sutra-vinaya dan sastra ketiganya ini digabungkan, menjadi Tripitaka 12 bagian. 12 Nidana muncul dari dvadasangapratityasamutpadasastra, sastra ini dibuat oleh Jingyi Pusa (淨意菩薩). Sedangkan sumber kedua adalah Agamasutra. Keduanya adalah sama, hari ini dijelaskan dulu secara singkat mengenai pratityasamutpada.

Kenapa hari ini membahas mengenai 12 nidana ? karena seperti yang saya katakana barusan, jika tidak bisa mencapai pencerahan seketika, kita harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah hidup dan mati. Saat Anda mampu menyelesaikan masalah utama dalam kehidupan dan kematian, maka tidak akan ada lagi kerisauan batin. Maka kita akan mempunyai lebih banyak waktu untuk menekuni Mahayana dan Vajrayana.  Jika masalah hidup dan mati belum terselesaikan, namun menggunakan banyak waktu untuk menekuni yang lainnya, itu  bukan sebuah cara yang baik.

Kemarin kita membicarakan nidana pencerahan, kita bisa sambil menyempurnakan nidana pencerahan, sambil menekuni Hinayana untuk memutuskan tumimbal lahir. Oleh karena itulah dalam Mahayana dan Tantrayana ada tiga hal yang penting :
Yang pertama adalah Bodhicitta.
Yang kedua adalah kemauan untuk meninggalkan fana.
Yang ketiga adalah madhyamika (jalan tengah).
Besok di Cetya Yuanzheng, akan dibahas mengenai yang utama diantara ketiganya ini, yaitu Bodhicitta.

Terhadap yang lain, kita harus melakukan segala sesuatu dengan Bodhicitta, tidak bisa mengatakan bahwa segalanya adalah hampa, kemudian sewaktu bertemu juga tidak menyapa, tiada apapun, bukannya semuanya adalah hampa ? Ini tidak benar!

Dalam batin kita juga harus meninggalkan kefanaan (tekad untuk terbebas dari tumimbal lahir),harus mempunyai tekad untuk mengatasi dan mematahkan tumimbal lahir. Kita harus menekuni 12 nidana, dikatakan sukar juga tidak, namun jika Anda katakana mudah, juga tidak sangat mudah.  Hari ini dijelaskan secara singkat mengenai 12 nidana, supaya setelah Anda sekalian memahami 12 nidana menjadi mengerti kenapa masih ada kelahiran dan kematian.

Saya akan terlebih dahulu menjelaskannya satu kali, yang pertama adalah Avidya (kegelapan batin). Dalam 12 nidana , Avidya ini disimbulkan sebagai seorang tua berambut putih, matanya buta, tidak bisa melihat, dia berada di sebuah tempat yang gelap, berjalan dengan perlahan menggunakan tongkat. Anda bisa bayangkan, seorang tua yang buta, berada di tempat yang gelap, tidak ada orang disampingnya, dia juga kesulitan berjalan. Demikianlah Buddha menggambarkan avidya kita para insan.

Kita sekarang punya mata untuk melihat, namun sesungguhnya kita tidak pernah mempergunakan mata sejati kita, kita semua sedang berjalan di dalam avidya. Apa itu avidya ? Avidya adalah kebodohan batin. Apakah itu kebodohan ? kebodohan adalah kondisi dimana tidak memahami kenyataan, sehingga bagaikan berjalan dengan tidak bisa melihat sekeliling, serba gelap, tidak mengetahui hendak berjalan kearah mana, ini sangat bahaya. Inilah yang pertama dalam 12 nidana, yaitu avidya.

Yang kedua adalah samskara, yaitu tindakan. Yang ketiga adalah vijnana atau pencerapan. Yang keempat adalah namarupa, yaitu dari kata nama dan rupa, nanti akan dijelaskan apa itu namarupa. Yang kelima adalah sadayatana. Yang keenam adalah sparsa, yaitu kesan. Yang ketujuh adalah vedana atau perasaan . Yang kedelapan adalah Trsna, yaitu menyukai atau kegemaran pada uang, nama dan banyak hal. Yang kesembilan adalah Upadana. Kesepuluh adalah Bhava, dalam  bahasa mandarin adalah dari kata “ada”. Yang kesebelas adalah Jati, yaitu kata “lahir” dari kata lahir-tua-sakit dan mati. Yang terakhir adalah Jaramarana yaitu usia tua dan kematian.

Avidya merupakan kebodohan, juga merupakan semua avidya yang dihasilkan oleh kesadaran. Kecenderungan juga menyebabkan avidya, sedangkan kecenderungan adalah dibawa dari kehidupan yang lampau.

Samskara adalah tindakan, karena Anda mempunyai kecenderungan avidya, maka Anda melakukan berbagai macam tindakan, ini tidak baik. Misalnya lobha , dosha dan moha semua adalah kecenderungan avidya kita yang menyebabkan Anda mempunyai tindakan demikian. Karena Anda mempunyai tindakan tersebut, maka melahirkan vijnana (pencerapan).

Apa itu vijnana ? vijanan adalah saat tubuh bardo hendak memasuki rahim, ia melihat ayah dan ibu yang bersatu, sehingga dia timbul rasa ketertarikan, maka ia memasuki rahim.

Namarupa : Nama adalah sesuatu dalam pikiran atau batin, sedangkan rahim itu adalah rupa. Saat itu, janin masih belum membentuk mata-telinga-hidung-lidah-tubuh dan pikiran, masihbelum ada tangan dan kaki, hanya berupa janin yang belum terbentuk. Namun saat itu, kesadarannya telah ada. Kesadaran ini masuk ke dalam rahim dan perlahan membentuk watak dan pikiran, kemudian dengan adanya janin ini, disebut nama dan rupa.

Sadayatana adalah enam indera. Mata-telinga-hidung-lidah dan tubuh, serta pikiran mulai muncul. Saat itu disebut sadayatana.

Sparsa adalah sentuhan (kesan). Saat bayi mulai lahir, dia mulai bersentuhan dengan segala sesuatu di luar, udara, bentuk, ayahnya, ibunya dan dia mulai bisa menyentuh benda. Saat itu dia mulai timbul kesan.

Kemudian adalah vedana, yaitu perasaan. Karena dia mulai timbul keakuan, yaitu tubuh yang diidentikkan dengan aku, maka mulailah timbul pandangan akan orang lain dan pandangan pribadi. Karena ia telah mempunyai keakuan, maka saat ia bersentuhan dengan sesuatu, mulai timbul ada yang dia sukai dan ada yang tidak dia sukai, inilah perasaan atau vedana.

Begitu ia menemui satu hal yang tidak ia sukai, maka ia akan timbul perasaan tidak suka ; Saat dia makan yang dia sukai, maka ia akan timbul rasa senang. Saat itu timbullah Trsna. Trsna ini bukan selalu menunjuk pada cinta antara laki-laki dan perempuan, melainkan rasa suka pada sadayatana (enam indera).   

Misalnya, ia menyukai makanan yang manis atau permen , timbul suatu kegemaran, kegemaran ini bisa menyebabkannya timbul kemelekatan. Seandainya di rumah Anda ada permen, anak Anda sangat menyukai permen, maka ia akan mengambilnya, setelah mengambilnya, maka ini disebut “bhava” dalam 12 nidana.

Jika dia telah memiliki benda tersebut dan direbut oleh orang lain, maka dalam batinnya akan menjadi tidak tenang. Saat batinnya tidak tenang, maka ia akan timbul pemikiran buruk, yaitu kebencian, gelisah dan rasa tidak senang. Saat itu, lobha, dosha dan moha makin muncul. Ataupun saat ia menginginkan sesuatu, namun tidak bisa memperolehnya, misalnya seorang pria menyukai seorang wanita, saat ia tidak bisa mendapatkannya, maka ia mulai timbul kegelisahan. Inilah kemunculan dari benih kelahiran kembali, kemudian karena munculnya benih ini, mulailah urutan yang kesebelas, yaitu “jati”, yaitu kelahiran.

Karena ia mempunyai benih tumimbal lahir, maka kelak dia masih bertumimbal lahir. Setelah dia terlahirkan kembali, masih bisa mengalami sebelas poin yang telah kita uraikan sebelumnya. Pada akhirnya masih sama yaitu jaramarana (tua/sakit dan mati). Karena kemelekatannya sendiri dan benih yang ditimbulkan dari lobha-dosha dan moha, maka ia akan mengalami tumimbal lahir.

Dalam Ksitigarbhasutra, dikatakan bahwa insan di dunia saha, yaitu kita ini, tiap pikiran dan tiap perbuatannya, semua adalah karmawarana. Dalam teks Pertobatan Kaisar Liang ada satu kalimat, saat pikiran kita menjadi tidak suci, maka di dalamnya terdapat batin yang tidak bersih dan lobha-dosa-moha. Ada keakuan, dasar dari keakuan, pikiran dan dasar dari pikiran, semua pikiran yang tidak baik, muncul dari satu pikiran ini. Tiap pikiran adalah dasar dari tumimbal lahir. Dalam satu hari, Anda mempunyai berapa pikiran ? Ada banyak sekali pikiran ! Dalam satu bulan, Anda mempunyai berapa banyak pikiran ? banyak sekali ! satu tahun atau seumur hidup, Anda mempunyai berapa banyak pikiran ?

Maka , benih yang dihasilkan oleh tiap bentuk pikiran, bisa menyebabkan Anda bertumimbal lahir. Kenapa demikian ? sebab tiap pikiran mengandung lobha-dosha-moha.

Saat anak terebut mengambil permen, ia telah timbul rasa kegemaran (trsna), timbul hasrat, maka ini menjadi “lobha”. Saat ia tidak bisa memperoleh permen tersebut, atau pada saat ia tidak bisa memuaskan keinginannya, maka akan menghasilkan “dosha” (kebencian). Pada saat dia tanpa henti terus mengejar ingin memuaskan nafsu keinginan ini, jadilah moha (kebodohan). Maka muncullah avidya, avidya (kegelapan batin) bisa merintangi nidana Anda untuk merealisasikan kebenaran. Karena tiap pikiran Anda mengandung lobha-dosha-moha, maka bertumimbal lahir. Jika tiap pikiran Anda adalah suci, Anda tidak akan bertumimbal lahir.

Maka penekun Hinayana yang sangat ketat, ia akan bertapa di pedalaman gunung. Kenapa mereka tidak begitu bersedia untuk mengikat jodoh dengan insan ? membicarakan Buddha Dharma, atau menyelamatkan insan ? Kenapa menjadi seorang yang mengutamakan penyelamatan diri sendiri ? Karena terlalu banyak berbicara baginya, bisa menyebabkan ikatan karma yang buruk, dia ingin memotong ikatan dengan dunia luar.  Saat makan, menghadapi makanan yang sangat lezat, ia memvisualisasikannya menjadi daging busuk yang sangat bau, maka pada saat memakannya ia tidak akan timbul lobha. Saat ia akan membatasi pembicaraan dengan orang lain. Sehingga dia tidak akan timbul lebih banyak pikiran yang menyimpang. Terhadap jubah, makanan, tempat  tinggal dan aktivitas, akan menjaga supaya tiada timbul kegandrungan, mematahkan kebencian, karena dia tidak menemui orang. Jika Anda berada di suatu wilayah tersendiri dimana tidak berinteraksi dengan orang luar, maka Anda akan bertengkar dengan siapa ? Benar tidak ? tidak akan mungkin bertengkar. Maka ia membabat lobha-dosha dan moha, saat itu dia akan dengan mudah menunggu sampai akhir usianya. Dia menekuni,empat meditasi dan delapan konsentrasi, dengan kekuatan empat meditasi dan delapan konsentrasi, memutuskan tiga ikatan.

 Apakah itu tiga ikatan ? yaitu satkayadrsti (kemelekatan pada eksistensi tubuh), keragu-raguan dan silavrataparamarsadrsti (kemelekatan pada aturan-aturan dan disiplin yang menyimpang) .Nama lain dari silavrataparamarsadrsti adalah pandangan salah mengenai bukan membawa pada pencerahan  namun dianggap sebagai sebab pencerahan(非因見因的邪見), yaitu pandangan salah yang ketiga.

Tiga ikatan ini adalah hal yang juga merupakan penyebab tumimbal lahir, yang pertama adalah Satkayadrsti , yaitu kemelekatan pada pandangan salah aakan tubuh , Karena ada eho, maka ada pandangan akan kepemilikan, karena ini maka ada lobha-dosha-moha.

Apa itu pandangan mengenai kepemilikan ? yang dimaksud sebagai ego adalah menunjuk pada tubuh dan pikiran Anda. Kepemilikan adalah seperti halnya saya mengatakan bahwa vajra dan gantha ini adalah miliki saya, uang ini adalah milik saya, Vihara ini adalah milik saya, rumah ini adalah milik saya . . . yaitu benda di luar dijadikan obyek kemelekatan diri Anda, inilah arti kepemilikan. Karena adanya keakuan dan kepemilikan, maka saat meninggal dunia akan timbul kemelekatan. “Aduh, bagaimana nasib anak saya nanti!” ; “Aduh bagaimana dengan pekerjaan saya nanti ?” saat itu timbul ketidak relaan, maka ia akan bertumimbal lahir. Banyak orang mengatakan : “Orang ini telah melukai aku demikian parah, bagaimana bisa saya melepaskannya begitu saja?” inilah bibit kelahiran kembali. Karena adanya lobha-dosa-moha.

Ketiga ikatan , yang pertama adalah pandangan akan “atman”, merupakan hal penting penyebab tumimbal lahir. Pandangan “atman” adalah kemelekatan pada “ego”, kedngaranya seperti jus buah (persamaan bunyi dengan bahasa . Kemelekatan akan “ego”, banyak orang menyebutnya sebagai kemelekatan. Sebenarnya makna lain dari “ego” adalah kemelekatan pada keakuan. Apakah itu kemelakatan pada keakuan ? yaitu Anda mengidentikkan bahwa mata-telinga-hidung-lidah-tubuh dan pikiran ini adalah “aku”. Bukannya yang biasa diucapkan oleh orang lain saat Anda merasa tidak gembira, “Aduh ! jangan melekat! Jangan melekat !” Melainkan pandangan kemelekatan dimana Anda menganggap ini adalah “aku”.

Misalnya, pada suatu hari Anda meninggal dunia, dikremasi menjadi abu. Begitu abu tersebar dan ditiup angin , dimanakah Anda ? Bagaimana bisa Anda masih mengidentikkan tubuh ini sebagai “aku” ? benar tidak ? Banyak orang yang mengira ini adalah “aku”, sehingga menimbulkan kemelekatan pada keakuan, maka kemelekatan akan “aku” ini merupakan akar tumimbal lahir.

Asalkan mematahkan keakuan, maka lobha-dosa dan moha tidak akan bisa timbul. Jika tidak ada “Anda” bagaimana bisa ada lobha-dosha dan moha ? Jika tidak ada “Anda”, maka mana ada yang disebut sebagai uang “Anda” ? mana ada rumah “Anda” ? mana ada anak “anda”? karena bahkan diri Anda telah tidak eksis. Maka kita seorang sadhaka haru tahu, bahwa “aku” bukanlah sejati , merupakan perwujudan sesaat, merupakan bentukan dari caturmahabhuta (tanah-air-api-angin).

Dalam aliran Zen kita ada satu kalimat : diluar adalah bentukan dari empat unsur, did alam adalah gabungan dari panca skandha (rupa-kesadaran-pencerapan-bentuk mental-perasaan) . Dari luar, Anda adalah bentuk dari gabungan unsur tanah-air-api dan angin. Empat unsur ini menunjuk pada tubuh Anda, kulit, daging, kerangka adalah unsur tanah. Darah dan cairan tubuh Anda adalah unsur air. Suhu badan Anda adalah unsur api. Nafas Anda adalah unsur angin. Yang diluar ini bisa terlihat. Sedangkan batin  adalah gabungan panca skandha, yaitu : rupa, vedana (kesadaran), samjna (pencerapan), samskara (bentuk mental) dan vijnana (perasaan).
Yang pertama adalah rupa, merupakan segala sesuatu yang bisa Anda lihat.
Vedana adalah adalah sesuatu yang bisa Anda rasakan.
Samjna adalah Anda bisa menggunakan otak Anda untuk berpikir.
Samskara yaitu aktivitas.
Vijnana adalah perasaan.

Kelimanya ini adalah palsu, maka empat unsur yang diluar adalah fana, kelima agrerat ini juga fana. Saat Anda meninggal dunia, keempat unsur ini tidak ada lagi, maka dimanakah Anda ? Kita jangan mengira bahwa empat unsur dan lima skandha ini adalah “aku”. Saat Anda tidak melekat lagi pada empat unsur dan lima skandha ini, maka Anda akan mempunyai hati yang lapang bagaikan angkasa. Karena anda sudah tidak mempunyai kemelekatan pada “aku”, pada “orang”, pada “subyek”, tidak ada lagi segala pandangan salah. Saat itu, mana ada rumahku, uangku, beban pikiranku, dan segala galanya milikku ? Maka saat Anda meninggal dunia, jika didalam batin Anda masih menyimpan kemelekatan, masih ada lobha-dosha dan moha, maka akan sangat sulit sekali untuk bertemu dengan Buddha. Jika dalam batin anda tiada lobha-dosha- moha dan kakacauan pikiran, tiada keakuan, tiada pandangan sesat akan keakuan dan orang lain, saat tiada semua kemelekatan, maka Amitabah Buddha akan mudah hadir dalam batin Anda , menjemput Anda menuju Sukhavatiloka untuk menekuni Mahayana di sana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music