Kamis, 07 Oktober 2010

Milarepa



Jetsun Milarepa

(1052 – 1135 Masehi)

Milarepa lahir dari orang tua yang kaya di Tibet barat. Ayahnya meninggal dunia ketika ia berumur 7 tahun. Sesuai dengan surat wasiat ayahnya, paman dan bibi Milarepa berhak mewarisi harta kekayaan sampai Milarepa dewasa (mencapai usia siap kawin). Namun paman dan bibi Milarepa menolak memberikan harta yang menjadi hak Milarepa setelah Milarepa berumur 15 tahun, dan bahkan Mila (saudara perempuan Milarepa) dan ibunya dijadikan pembantu oleh sanak saudaranya yang serakah. Oleh karena itu ibu Milarepa mengirimnya belajar ilmu hitam guna membalaskan dendam keluarga. Karena berbakat, Milarepa cepat menguasai semua ilmu hitam tersebut, dan dengan mudah Milarepa menghancurkan rumah pamannya dalam suatu pesta, sehingga membunuh lebih dari 35 orang. Milarepa dengan mudah dapat mendatangkan petir, membuat hujan batu, mendatangkan berbagai hewan berbisa raksasa, dan berbagai perbuatan ilmu sihir lainnya.

MilarepaMeskipun ibunya sangat senang, namun Milarepa sadar bahwa kekuatan sihir dan perbuatan jahatnya akan membawa pada kelahiran kembali di alam yang rendah. Gurunya juga pernah mengatakan bahwa pada saat ajal tiba, hanya Dharma saja yang dapat menyelematkan seseorang, bukan sihirnya. Milarepa akhirnya sadar dan sangat gembira karena gurunya memiliki pemikiran yang sama dengannya. Guru sihirnya menyuruh Milarepa belajar pada Lama Dzogchen. Namun Lama Dzogchen tidak mampu membawa Milarepa mencapai pencerahan, sehingga menyuruh Milarepa belajar kepada Marpa Lotsawa, sang penterjemah.

Marpa juga membuat Milarepa mengalami berbagai macam cobaan dan siksaan sebelum mengajarkan Dharma kepadanya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi karma buruk yang telah dilakukan oleh Milarepa. Pertama, Milarepa diperintahkan untuk membangun beragam stupa yang aneh. Setelah stupa-stupa tersebut berhasil dibangun, sang guru memerintahkan Milarepa untuk menghancurkannya. Tangan Milarepa selalu merasa sakit dan badannya letih. Setelah kejadian tersebut dilakukan berulang-ulang, namun yang didapat Milarepa hanyalah ajaran Dharma yang bersifat umum saja.

Selanjutnya Milarepa diperintah membangun menara sembilan tingkat, setelah selesai, Marpa tetap menolah menurunkan ajaran-ajaran Vajrayana. Milarepa makin lama makin tertekan dan mulai berpikir, hanya dengan mati saja ia akan terbebas dari kesengsaraan.

Marpa hanya akan menurunkan ajaran Vajrayana setelah membebaskan Milarepa dari berbagai halangan dan ketidak-bajikannya. Dan saat itu adalah saat yang tepat untuk menurunkan ajarannya. Sebuah pesta syukuran dan pemberian Abhiseka Chakrasamvara diadakan oleh Marpa Lotsawa untuk Milarepa. Sejak saat itu Milarepa mulai menerima transmisi ajaran dan latihan. Dalam sebuah upacara Marpa juga menurunkan transmisi Hevajra kepada Milarepa dengan dada terbuka. Disanalah tinggal keseluruhan mandala dari Yidam (Deity).

Milarepa menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk bermeditasi sendiri di gunung-gunung dan gua-gua sekitar Tibet dan Nepal, dan sering kali pula ia tak memiliki makanan dan minuman. Selama bertahun-tahun Milarepa bertahan hidup hanya dengan makan jelatang, tumbuhan seperti pinus, dan badannya berubah menjadi hijau.

Milarepa menjadi termasyur karena lagu-lagu puitis spontannya dari pencerahannya yang bisa menjinakkan pikiran, bahkan pikiran dari orang paling tidak baik sekalipun. Di Tibet banyak sekali dari lagu-lagu (Doha) tersebut dicatat, dan menerangkan kejadian-kejadian tak terhitung jumlahnya, yang Milarepa lakukan saat mengalihkan pikiran-pikiran orang tersebut untuk masuk ke dalam arus pikiran Dharma.

Milarepa seringkali harus membuktikan dirinya kepada banyak orang, dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Milarepa berhasil mencapai puncak gunung Kailash (tempat Chakrasamvara berada) dengan seketika, mempesonakan orang-orang yang tidak percaya kepadanya: para penganut Bon dan juga para penganut Buddha. Keajaiban lain yang dibuat Milarepa diantaranya adalah mampu memasukkan seluruh daerah ke dalam pegangan telapak tangannya dan kemampuan untuk masuk ke dalam tanduk lembu jantan (yak).

Murid-murid utama Milarepa adalah Rechungpa dan Gampopa. Ajaran-ajaran Milarepa menembus semua kemampuan dan harapan. Milarepa menunjukkan dunia sebagaimana adanya dan menghancurkan semua pandangan dualisme. Misalnya, sikap Rechungpa yang keras kepala secara bertahap bisa ditanggulangi oleh Milarepa.

Milarepa adalah seorang yogi yang berlatih dalam kesunyian. Kehidupannya dengan devosi yang tulen kepada sang guru dan perubahannya dari seorang tukang sihir hingga menjadi Buddha hidup tetap sebagai teladan yang tiada tandingannya bagi dunia. Pada saat Milarepa Parinibana, sekelompok Dakini hadir dari alam-alam suci dan membawa pergi seluruh relic tubuh Milarepa ke atas langit. Peristiwa besar ini disaksikan oleh ribuan orang dan sampai sekarang kehidupan Milarepa telah menjadi suri teladan bagi seluruh rakyat Tibet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music