Minggu, 19 September 2010

The Jewel Oranament of Liberation I

Great Master Gampopa


The Jewel Ornament of Liberation
(Perhiasan Permata Pembebasan)


Teaching by HE. Zurmang Gharwang Rinpoche XII

Perhiasan Permata Pembebasan, merupakan judul dari Buku (Teks) yang menjadi Pembahasan kita kali ini. Buku (Teks) ini ditulis oleh Dagpo Rinpoche (Gampopa). Kali ini kita mendiskusikan topik ini karena merupakan subjek pembahasan yang sangat penting. Subjek yang akan dibahas pada kesempatan ini akan sangat membantu diri kita, bila kita mempraktekkannya. Dan juga akan membantu bagi mereka yang baru memulai dalam Belajar Buddha Dharma, maupun mereka yang sudah cukup terpelajar di dalam Ajaran Buddha. Diskusi ini bukan hanya diskusi yang akan membantu kta pada kehidupan mendatang, namun juga akan memberikan manfaat kepada kita di dalam kehidupan ini dan juga kehidupan mendatang. Alasan kedua adalah harus kita sadari bahwa Dharma bukan merupakan sesuatu yang dipelajari untuk meningkatkan pengetahuan kita akan Dharma, tetapi yang penting adalah dengan kita mempelajari Dharma akan membuat kehidupan kita menjadi lebih bermakna. Seperti kita ketahui banyak sekali Ajaran yang mendalam, namun Ajaran yang mendalam ini bukanlah Ajaran yang sesuai untuk tingkat pemahaman setiap orang. Ajaran ini merupakan Ajaran yang sangat penting sekali untuk kita pelajari dan kita praktekkan di dalam kehidupan karena ajaran ini merupakan Ajaran yang akan memberikan manfaat yang sangat besar kepada diri kita atau pun kehidupan sehari – hari kita.


Gampopa pada awalnya adalah seorang perumah tangga, dan beliau juga mengalami fase kehidupan dan kesulitan hidup seperti yang dialami oleh orang pada umumnya. Gampopa menikahpada awal usia 20 tahun, pada saat ia berusia 25 tahun istrinya meninggal dunia, dan menurut riwayat hidupnya, sebelum istrinya meninggal, istrinya meminta kepada beliau untuk tidak menikah lagi dan beliau tidak menikah lagi. Beliau menyadari apa yang diharapkan sering kali tidak bisa menjadi kenyataan di dalam hidupnya, hidupnya selalu penuh dengan naik dan turun. Akhirnya pada usia 25 tahun itu juga beliau ditahbiskan menjadi seorang Bhiksu, dan beliau belajar dengan banyak Guru Besar dari Kadampa seperti Virupa, dan lainnya dan pada saat itu beliau juga menjadi seorang pengikut Kadampa yang terkenal, sewaktu beliau masih mengikuti Para Guru Kadampa tersebut beliau pernah mendengar Nama Milarepa dan begitu beliau mendengar nama Milarepa itu di dalam hati beliau timbul satu keinginan yang besar untuk dapat bertemu dengan Milarepa. Akhirnya beliau dapat bertemu dengan Milarepa, dan dari Milarepa lah beliau mendapatkan instruk si Ajaran – Ajaran, sepeti Maha Mudra, 6 Yoga Naropa, dsb. Beliaulah yang mengkombinasikan Tradisi Kadampa dan Maha Mudra, dari kedua tradisi tersebut, dan beliau namakan sebagai Maha Mudra Sutrayana. Banyak sekali Ajaran yang beliau turunkan di kemudian hari yang merupaka Ajaran atau tradisi ini. Perhiasan Permata Pembebasan ini disebut juga Tingkatan Jalan Mahayana Menuju Pencerahan atau Permata Pengabul Harapan Pencerahan, untuk menyelesaikan topik ini sepenuh nya mungkin membutuhkan 3 tahun pembahan, dan pada kesempatan ini kita hanya menjelaskan poin – poin penting dari pada topik ini.

Untuk mencapai Kebuddha an, kita harus melakukan usaha atau berdaya upaya, namun dengan usaha apa kita dapat mendcapai Ke Buddha an itu? Agar dapat mencapai Ke buddha an kita harus mengetahui:
• Apa sebab dari Pencerahan itu sendiri
• Persyaratan apa yang harus dimiliki seseorang supaya kita dapat mengikuti Sang Jalan menuju ke Pencerahan tersebut
• Apa kondisinya
• Apa metodenya
• Setelah memperoleh semua persayratan, apa hasil yang akan dicapai
• Setelah mencapai tujuan ini, bagaimana kita beraktivitas untuk semua makhluk hidup
Bila kita dapat menguasai keenam poin ini, boleh diakatakan kita telah menguasai keseluruhan Ajaran dari Perhiasan Permatan Pembebasan

Motivasi dari Pencerahan itu adalah Tatagarbha. Tatagarbha itu adalah tempat di mana terlahirnya Buddha. Kemudian apa yang menjadi dasar bekerja nya, dasar bekerja nya adalah Tubuh Manusia yang Berharga. Kontributor apa yang harus kita miliki, yaitu seorang Sahabat Spiritual – pada poin inilah dijelaskan mengapa teman spiritual menjadi poin yang penting bagi kita untuk dapat mencapai tujuan kita, apa yang metode yang perlu kita jalankan, metodenya adalah instruksi yang diberikan oleh teman Spiritual, apa hasilnya, hasilnya adalah Pencapaian Samboghakaya dan Nirmanakaya, aktivitasnya adalah bertindak untuk semua makhluk tanpa ada perencanaan awal (Konsep awal)

Tatagarbha

Dimulai dari pembahasan yang pertama yaitu Tathagarbha (Sutathagarbha), di sini dikatakan siapa pun yang melakukan daya upaya (Usaha), maka siapa pun itu, ia akan dapat mencapai Ke Buddha an. Di sini dijelaskan bahwa daya upaya (usaha) kita untuk mencapai tujuan tersebut bukan merupakan suatu usaha yang sia – sia (tidak dapat dicapai), oleh sebab itu maka kita harus berusaha, karena dengan berusaha, siapa pun dapat Mencapai Ke Buddha an. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena kita semua memiliki benih Ke Buddha an (Sifat Buddha). Benih Ke Buddha an ini bukan hanya dimiliki oleh manusia saja, melainkan seua makhluk di 6 Alam memiliki benih Ke Buddha an tersebut, oleh karena itu kita menghormati semua makhluk karena, semua makhluk memiliki benih Ke Buddha an itu. Namun, yang perlu kita sadari adalah makhluk hidup selain manusia, Perjalanan nya mencapai Ke Buddha an akan jauh lebih panjang karena mereka belum terbebas dari 8 kondisi yang tidak bebas. Dibandingkan dengan makhluk hidup lain nya kita semua manusia, dapat dikatakan beruntung sekali karena waktu kita untuk mencapai tujuan (Ke Buddha an) akan jauh lebih cepat dibandingkan makhluk lain nya karena kita terbebas dari 8 Kondisi yang tidak bebas. Di dalam Samadarayam Sutra dikatakan bahwa Tatagarbha itu meliputi semua makhluk hidup. Di dalam Maha Parinibana Sutra dikatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki benih Ke Buddha an. Di sini dijelaskan 3 urutan yang sangat logika bagaimana Kita bisa mencapai Ke Buddha an itu. 3 Logika itu adalah:
• Kita semua memiliki Dharmakaya (Buddha merupakan Dharmakaya. Dharmakaya adalah Kekosongan yang mencakup semua fenomena, oleh sebab itu kita juga tidak terlepas dari cakupan itu, oleh karena itu, kita juga memiliki Dharmakaya)
• Benih Ke Buddha an yang dimiliki ole Buddha dengan Benih Ke Buddha an yang dimiliki oleh kita pada dasarnya sama sekali tidak berbeda (Kualitas Benih Ke Buddha an yang dimikliki setiap makhluk hidup adalah sama)
• Menjalankan latihan (Kita masih berada di sini karena kita belum menyadari benih Ke Buddha an kita) karena dengan adanya daya upaya, maka kita memiliki potensi untuk mencapai Ke Buddha an dan semua itu tergantung seberapa besar kita berdaya upaya yang kita lakukan. Apabila kita sudah berdaya upaya, dengan tubuh manusia yang berharga ini (Manusia dianggap sebagai sesuatu yang berharga, dalam Bahasa Tibet disebut dengan Milu Rinpoche karena manusia selain memiliki Benih Ke Buddha an, juga memiliki tubuh manusia yang berharga), oleh karena itu kondisi nya sangat baik sekali (sangat memungkinkan) apabila kita berusaha

Sebagai manusia kita semua merupakan anggaota salah satu dari 5 keluarga, mungkin saat ini kita belum tahu kita masuk ke dalam anggota keluarga yang mana (5 Keluarga di sini adalah 5 Kelompok manusia dengan potensi yang berbeda)
5 Keluarga itu adalah:
• Keluarga yang terputuskan / hancur
• Keluarga yang tidak pasti (Penuh dengan ketidak pastian / kebingungan)
• Keluarga Sravaka
• Keluarga Pratyeka (Pacceka) Buddha
• Keluarga Mahayana

Keluarga yang terputuskan / hancur dikatakan terputuskan karena untuk mencapai Pencerahan mereka membutuhkan waktu yang sangat panjang sekali. 6 masalah (ciri – ciri) yang dimiliki oleh anggota keluarga yang terputuskan adalah:
• Orang yang bila mendengarkan penjelasan seorang Guru tentang cacatnya / tidak baiknya alam Samsara ini, misalnya pada ssat seorang Guru mengatakan alam samsara ini adalah alam yang penuh penderitaan, alam samsara ini bukan lah suatu tempat yang sesuai untuk kita tinggali, mereka akan mengatakan tidak, alam Samsara ini adalah tempat yang sangat indah / sangat enak untuk ditinggali, bahkan saya dapat meningkatkan kenikmatan hidup saya dari hari ke hari
• Pasa saat seorang Guru menjelaskan kualitas dari pada Para Buddha dan Para Bodhisatva ataupun juga Para Guru Besar, meraka tidak akan pernah melihat adanya sesuatu yang istimewa dari kualitas itu, mereka akan beranggapan saya juga memiliki kualitas yang demikian, oleh karena itu ornag dari keluarga yang terputuskan tidak akan pernah tersentuh / tergerakkan dengan mendengarkan penjelasan mengenai kualitas dari Para Buddhaa dan juga Para Guru Besar
• Tidak memiliki rasa malu terhadap orang lain lain (Yang dimaksud dengan rasa malu terhadap orang lain adalah karena adanya orang lain, sehingga kita merasa malu dan menjaga etika / tingkah laku, misalnya dihadapan seorang Guru karena adanya rasa malu terhadap orang lain kita akan berlaku baik sekali, akan menjalankan latihan dengan baik, menjalankan Practice harian kita dengan baik sekali dikarenakan adanya Guru kita disamping, dengan adanya rasa malu terhadap orang lain ini dapat membantu kita mencapai tahap tertentu)
• Tidak adanya rasa malu terhadap diri sendiri. Di dalam keseharian kita, kita akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan diri kita sendiri, dan kita tidak dapat selalu bergantung kepada orang lain. (Bila kita tidak memiliki rasa malu terhadap diri sendiri kita akan selalu tergantung pada orang lain yang selalu bersama kita, misalnya saat ada Guru kita, kita akan melakukan segala hal dengan baik sekali, namun saat tidak ada Guru, kita melakukan segala hal dengan sangat bebas / sesuaka hati, seperti pergi ke disko, kita tidak lagi menjapa Mantra, dsb)
• Tidak memiliki rasa welas Asih, rasa welas asih yang dimaksud di sini bukanlah seperti welas asih yang dimiliki oleh Para Buddha dan Bodhisatva, namun setidaknya kita harus memiliki rasa welas asi dan perhatian kepada orang lain. Misalnya, saat ada orang yang mengalami suatu masalah atau ketidak beruntungan, siapa pun itu kita harus memiliki rasa welas asih yang tulus dan memberikan perhatian dengan tulus
• Kesalahan, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, namun yang menjadi masalah di sini adalah terus mengulangi kesalahan yang sama. Yang perlu kita lakukan adalah setelah kita melakukan suatu kesalahan kita harus menyadari nya, menyesali perbuatan itu, dan berkomitmen untuk tidak mengulangi nya lagi
Apa bila seseorang memiliki ke 6 hal ini, maka secara otomatis orang tersebut termasuk ke dalam kelompok yang pertama ini, yaitu keluarga yang terputuskan atau hancur.

Keluarga yang penuh dengan ketidak pastian atau kebingungan, dikatakan keluarga yang penuh dengan ketidakpastian karena orang yang berada di sini sangat tidak yakin dirinya berada dalam posisi apa, dalam keluarga yang mana, mislanya saat bertemu dengan seorang Guru dari Keluarga Sravaka mungkin saja dia mendapatkan Ajaran dari Guru Sravaka ini, maka dia akan menjadi pengikut dari pada keluarga Sravaka ini, lalu bilamana dia bertemu dengan seorang Guru dari Paceka Buddha, dia mendapatkan Ajaran daripada Guru Pacceka Buddha, maka dia akan menjadi Praktisi / kelompok dari Pacceka Buddha, dan bilaman kebetulan dia bertemu dengans eorang Guru dari keluarga Mahayana, dia mendapatkan Ajaran dari Guru Mahayana, maka dia akan masuk ke dalam kelompok Mahayana ini, dengan demikian maka dia tadak tau pasti posisi nya berada di mana.

Keluarga Sravaka, Sarayaka ini artinya adalah pendengar, mereka yang mendengarkan Ajaran dari Para Buddha dan Para Bodhisatva, kemudian setelah mendengarkan Ajaran, mereka mempraktekkan atau melatih Ajaran tersebut. Yang menjadi karakteristik / sifat dari yang termasuk di dalam kelompok Sravaka Buddha ini adalah:
• Pertama kualitas paling unik (istimewa) dari kelompok ini adalah orang yang sungguh – sungguh melihat bahwa Samsara ini adalah suatu tempat yang penuh dengan penderitaan, Samsara ini bukan merupakan suatu tempat untuk tinggal, merka ingin menutup semua pintu menuju ke Alam Samsara ini
• Mereka sungguh – sungguh mencari pembebasan, namun pembebasan di sini adalah pembebasan bagi dirinya sendiri
• Mereka memiliki Maitri Karuna (Compassion) yang jauh lebih kecil, di sini bukan dikatakan bahwa orang dari keluarga Sravaka tidak memiliki Maitri Karuna, mereka juga memiliki Maitri Karuna, namun Maitri Karuna nya agak terbatas

Keluarga Pratyeka Buddha (Paccceka Buddha), keluarga ini (Orang – orang dari keluar ga ini), tidka suka berada di dalam kelompok, mereka selalu berusahauntuk hidup di tempat – tempat terpencil (menyendiri). Orang – orang dari keluarga Pacceka Buddha ini banyak / sering terjadi pada kehidupan saat ini mereka tidak memiliki Guru, namun pada kehidupan lampau mereka sudah banyak memiliki Guru, Belajar dari Guru, dsb. Oleh karena mereka sudah banyak belajar pada kehidupan yang lampau, pada suatu ketika mislanya mereka pergi mengunjungi suatu kuburan dan kemudian mereka melihat banyak tulang belulang . secara otomatis mereka akan mengingat semua Ajaran yang sudah mereka peroleh pada kehidupan yang lampau. Yang menjadi karakteristik Utama / Kualitas daripada Keluarga Pacceka Buddha ini adalah:
• Mereka memikliki kebanggaan diri yang tinggi (Boleh dikatakan sombong), jadi mereka selalu beranggapan bahwa saya tidak bergantung kepada siapa pun dalam jalan menuju Pembebasan
• Mereka selalu merahasiakan siapa Guru mereka (Merreka tidak akan berbagi / memperkenalkan Guru nya kepada orang lain)
• Karakteristik / sifat paling unik dari kelompok ini adalah mereka selalu hidup di tempat terpencil, mereka selalu hidup menyendiri (Tidak mau berteman / berkelompok)

Sampai di sini mungkin di dalam diri kita akan timbul pertanyaan, bilaman Pencerahan yang dicapai oleh 2 Kelompok ini (Sravaka dan Pratyeka Buddha) bukan merupakan Pencerahan yang sempurna, mengapa Buddha memperkenalkan hal ini kepada kita? Ini disebabkan karena kebijaksanaan orang dari kelompok ini / kesabaran orang dari kelompok ini yang kurang, jadi di sini Buddha memperkenal kan ini adalah untuk menjadi titik pemberhentian bagi yang Kebijaksanaan / Kesabaran nya kurang (Keterangan Tambahan. Dalam mengajar Dharma Buddha terlebih dahulu melihat kondisi nya, baru kemudian Dharma apa yang paling sesuai untuk diajarkan berdasarkan kondisi itu)

Keluarga Mahayana (Keluarga daripada Buddha). Keluarga Mahayana ini dibagi dalam 2 kelompok Besar, yaitu yang muncul dari dalam dan yang melalui suatu proses evolusi. Yang dimaksud dengan yang ada di dalam diri adalah persiapan – persiapan untuk mencapai Pencerahan yang sudah kita miliki sejak waktu yang tanpa awal / kita telah lahir bersamanya. Yang dimaksud dengan melalui suatu proses adalah kita menjadi Keluarga Mahayana ini mendengarkan Dharma, Merenungkan Dharma, Bermeditasi, ataupun dari sumber lainnya seperti dari perbuatan – perbuatan baik lainnya, jadi dengan melakukan hal demikian kita bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Dalam pembahasan ini mungkin banyak sekali istilah – istilah di dalamnya, seperti: Into Ke Buddha an, Sifat Ke Buddha an, Kebenaran Tertinggi Absolut, Benih Ke Buddha an, dsb. Sebenarnya meskipun dengan berbagai istilah yang berbeda, namun makna yang dituju adalah sama. Kita mengatakan Keluarga Mahayana ini bila dibandingkan dengan yang lain nya adalah Keluarga yang jauh lebih superior / lebih tinggi bila dibandingkan denga keluarga Sravaka dan Pratyeka Buddha, karena melalui latihan nya keluarga Sravaka dan Pratyeka Buddha ini dapat menghilangkan halangan / noda yang menghalangi kita menuju pembebasan / Pencerahan sementara (Seperti 5 racun, dsb) Racun, tapi bukan noda yang menghalangi daripada Kemahatahuan / pengetahuan yang mana hal ini dapat menghalangi seseorang untuk mencapai Pencerahan Sempurna. Keluarga Mahayana ini juga terbagi menjadi 2, yaitu Yang Sudah tersadarkan dan yang belum tersadarkan. Yang sudha tersadarkan, melalui sifat – sifat nya kita dapat melihat kualitasnya, yang belum tersadarkan kita tidak dapat melihat kualitasnya, Yang menjadi karakteristik dari keluarga Mahayana ini adalah:
• Orang ini lemah lembut (Lemah lembut di sini tidaklah bersifat pura – pura dan lemah lembut ini ditujukan kepada setiap orang)
• Mereka tidak akan melakukan pelecehan (Mereka tidak akan mengambil milik orang lain / menyakiti orang lain berdasarkan kekuasaan yang mereka miliki)
• Tidak akan melakukan suatu penggelapan, Penipuan, dan sejenisnya
• Mereka memiliki perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih kepadayang lain nya
Orang – orang yang memiliki karakteristik ini secar otomatis termasuk dalam keluarga Mahayana ini. Dari sini kita sudah mengetahui kita sebenarnya termasuk ke dalam keluarga yang mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music