Demikianlah cara “Mengubah Kesadaran Menjadi Prajna” yang diajarkan oleh Padmasambhava :
Saat seseorang melakukan bhavana, karmawarana yang sangat berat akan merintangi samyaksamadhi, orang yang demikian harus sering melakukan perenungan berikut :
Sejak masa tanpa awal sampai hari ini dalam kehidupan kali ini, aku telah bertumimbal lahir berulangkali di samudera samsara, karmawarana yang telah dilakukan sungguh banyak, sungguh sangat menyedihkan. Sampai hari ini, masih belum memahami semua sebab diawalnya dan akibatnya kemudian ,belum merealisasikan tingkatan sejati dalam Buddha Dharma, dalam perjalanan pembinaan diri kali ini menemui banyak rintangan, ada orang yang memusuhiku, iri dan dengki kepadaku, ada yang mencelakaiku, ada yang mengusikku, namun aku memandang semua itu adalah karmawarana dari kehidupan yang lampau, jangan terpengaruh oleh gangguan tersebut, semua tidak perlu diperdulikan, bahkan harus dilihat sebagai pendukung dalam mencapai Kebuddhaan, membuat diri sendiri lebih optimis untuk maju, semua gangguan tidak usah didengar tidak usah dilihat, dengan demikian karmawarana akan terkikis, memasuki Samadhi yang lebih mendalam, jati diri sejati bersinar terang, mengenali jati diri mencapai Kebuddhaan.”
Padmasambhava mengatakan :
“Sering melakukan perenungan demikian adalah mengikis karmawarana.”
Saya teringat banyak orang yang menulis surat kepada saya, banyak yang melampiaskan emosi: “Tuhan sungguh tidak adil, di kolong langit ini tidak ada keadilan, Buddha apa, dewa apa, semuanya hanya untuk menipu orang. Saya seumur hidup selalu jujur dan bersih, juga telah melakukan banyak kebajikan, seumur hidup melakukan kebaikan, namun masih saja menerima akibat yang buruk seperti ini, apa itu hukum karma ? apa itu tumimbal lahir ? semua adalah tipuan dari kalangan agama belaka. Orang jahat yang banyak melakukan kejahatan besar, ternyata tidak menerima akibatnya, malahan menikmati berkah. Tapi orang baik yang telah melakukan banyak kebajikan, malahan dipermainkan, jelas jelas hitam dikatakan putih, jelas jelas putih dikatakan hitam, saya tidak akan percaya lagi pada Buddha atau dewa. Ya Tuhan, kenapa orang jahat tidak mati saja, sehingga menyebabkan orang baik selalu dicelakai oleh orang jahat!”
Surat semacam ini sungguh banyak, setelah membacanya, hatiku sungguh sedih. Ada beberapa orang yang mengirim surat isinya kemarahan menyalahkan langit, semua mempersalahkan Buddha, dewa, memaki Buddha membenci bumi. Diantaranya ada satu orang berumur yang dulu sangat tekun bersembahyang kepada Buddha, namun dia ditipu habis-habisan oleh pimpinan sebuah vihara, dia menulis surat melapor kepada saya, dia menyebut dirinya sendiri sebagai “Kakek pembenci Buddha.” Dia merasa telah melafal nama Buddha seumur hidup, namun pada akhirnya semua uang simpanannya dibawa oleh pimpinan sebuah vihara, bagaimana dia tidak benci ? dia telah menyebut dirinya sendiri sebagai “Kakek pembenci Buddha.”
Ada kalanya saya memikirkan sepuluh tahun lalu, nama “lingxian” yang dianugerahkan oleh Buddha Bodhisattva, hari ini tidak dapat digunakan oleh diri sendiri, karena telah dibajak oleh orang lain, jika saya adalah orang awam, bukankah akan marah sampai mati muntah darah, nama sekte disalah gunakan oleh orang, apa yang diharapkan oleh Buddha Bodhisattva? Saya telah melatih diri selama sepuluh tahun lebih, nama sekte juga telah dipakai selama sepuluh tahun lebih, ternyata bahkan nama sekte pun tidak bisa dilindungi, bukankah ini sangat mengenaskan.
Namun, saya berpikir, ini semua karena karmawarana saya yang terlalu berat, karma masa lampau diri sendiri yang terlalu memprihatinkan, orang lain membenci saya, orang mencurangi saya, orang mengancam saya, memaki saya, (berusaha) membunuh saya, mengganggu saya, ini semua adalah karma buruk saya! Maka demi mengikis karmawarana ini, saya harus berlapang dada, merelakan semuanya, lebih optimis untuk maju, bahkan harus lebih semangat dalam menyebarkan Buddha Dharma.
Tidak hanya demikian, bahkan harus lebih berusaha menyelamatkan mereka, karena semua insan adalah Buddha, orang baik adalah Buddha, orang jahat juga adalah Buddha, orang yang memaki maupun membunuh saya juga adalah Buddha, jika ada jodoh Buddha, kelak semuanya akan mencapai Kebuddhaan, ini adalah batin yang tidak membeda beda kan, orang yang memaki atau membunuh saya kelak juga dapat mencapai Kebuddhaan, inilah pencapaian.
Padmasambhava mengajari saya demikian :
“Orang yang memaki atau membunuhmu, kelak dalam kehidupan yang akan datang, karena ada jodoh membunuh dan memakimu, pasti akan terlahir disekitarmu, menjadi orang terdekatmu, sedangkan dalam kehidupan yang akan datang kau juga harus muncul lagi menyelamatkan insan, dengan demikian mereka akan memperoleh ajaran mu, begitu dalam sekejap pikiran mereka menjadi bajik, setiap pikiran pada Buddha, kelak pasti akan mencapai Kebuddhaan.”
“Maka, orang yang memaki dan membunuhmu, kelak tidak diragukan lagi pasti akan mencapai Kebuddhaan.”
“Ini adalah batin yang tiada membeda bedakan, merupakan batin Mahatiyoga yang Anuttara.”
Setelah memperoleh ajaran dan pengarahan dari Padmasambhava, emosi saya langsung sirna, berubah menjadi sejuk, begitu mendengar suara orang yang memaki dan ingin membunuh saya, menjadi sangat gembira dan nyaman, karena mereka yang memaki atau membunuh saya, semua pasti akan menjadi Buddha.
Source : Grand Master Shengyan Lu Book 056
Bagian 2 dari Manfaat Mahatiyoga
Saat seseorang melakukan bhavana, karmawarana yang sangat berat akan merintangi samyaksamadhi, orang yang demikian harus sering melakukan perenungan berikut :
Sejak masa tanpa awal sampai hari ini dalam kehidupan kali ini, aku telah bertumimbal lahir berulangkali di samudera samsara, karmawarana yang telah dilakukan sungguh banyak, sungguh sangat menyedihkan. Sampai hari ini, masih belum memahami semua sebab diawalnya dan akibatnya kemudian ,belum merealisasikan tingkatan sejati dalam Buddha Dharma, dalam perjalanan pembinaan diri kali ini menemui banyak rintangan, ada orang yang memusuhiku, iri dan dengki kepadaku, ada yang mencelakaiku, ada yang mengusikku, namun aku memandang semua itu adalah karmawarana dari kehidupan yang lampau, jangan terpengaruh oleh gangguan tersebut, semua tidak perlu diperdulikan, bahkan harus dilihat sebagai pendukung dalam mencapai Kebuddhaan, membuat diri sendiri lebih optimis untuk maju, semua gangguan tidak usah didengar tidak usah dilihat, dengan demikian karmawarana akan terkikis, memasuki Samadhi yang lebih mendalam, jati diri sejati bersinar terang, mengenali jati diri mencapai Kebuddhaan.”
Padmasambhava mengatakan :
“Sering melakukan perenungan demikian adalah mengikis karmawarana.”
Saya teringat banyak orang yang menulis surat kepada saya, banyak yang melampiaskan emosi: “Tuhan sungguh tidak adil, di kolong langit ini tidak ada keadilan, Buddha apa, dewa apa, semuanya hanya untuk menipu orang. Saya seumur hidup selalu jujur dan bersih, juga telah melakukan banyak kebajikan, seumur hidup melakukan kebaikan, namun masih saja menerima akibat yang buruk seperti ini, apa itu hukum karma ? apa itu tumimbal lahir ? semua adalah tipuan dari kalangan agama belaka. Orang jahat yang banyak melakukan kejahatan besar, ternyata tidak menerima akibatnya, malahan menikmati berkah. Tapi orang baik yang telah melakukan banyak kebajikan, malahan dipermainkan, jelas jelas hitam dikatakan putih, jelas jelas putih dikatakan hitam, saya tidak akan percaya lagi pada Buddha atau dewa. Ya Tuhan, kenapa orang jahat tidak mati saja, sehingga menyebabkan orang baik selalu dicelakai oleh orang jahat!”
Surat semacam ini sungguh banyak, setelah membacanya, hatiku sungguh sedih. Ada beberapa orang yang mengirim surat isinya kemarahan menyalahkan langit, semua mempersalahkan Buddha, dewa, memaki Buddha membenci bumi. Diantaranya ada satu orang berumur yang dulu sangat tekun bersembahyang kepada Buddha, namun dia ditipu habis-habisan oleh pimpinan sebuah vihara, dia menulis surat melapor kepada saya, dia menyebut dirinya sendiri sebagai “Kakek pembenci Buddha.” Dia merasa telah melafal nama Buddha seumur hidup, namun pada akhirnya semua uang simpanannya dibawa oleh pimpinan sebuah vihara, bagaimana dia tidak benci ? dia telah menyebut dirinya sendiri sebagai “Kakek pembenci Buddha.”
Ada kalanya saya memikirkan sepuluh tahun lalu, nama “lingxian” yang dianugerahkan oleh Buddha Bodhisattva, hari ini tidak dapat digunakan oleh diri sendiri, karena telah dibajak oleh orang lain, jika saya adalah orang awam, bukankah akan marah sampai mati muntah darah, nama sekte disalah gunakan oleh orang, apa yang diharapkan oleh Buddha Bodhisattva? Saya telah melatih diri selama sepuluh tahun lebih, nama sekte juga telah dipakai selama sepuluh tahun lebih, ternyata bahkan nama sekte pun tidak bisa dilindungi, bukankah ini sangat mengenaskan.
Namun, saya berpikir, ini semua karena karmawarana saya yang terlalu berat, karma masa lampau diri sendiri yang terlalu memprihatinkan, orang lain membenci saya, orang mencurangi saya, orang mengancam saya, memaki saya, (berusaha) membunuh saya, mengganggu saya, ini semua adalah karma buruk saya! Maka demi mengikis karmawarana ini, saya harus berlapang dada, merelakan semuanya, lebih optimis untuk maju, bahkan harus lebih semangat dalam menyebarkan Buddha Dharma.
Tidak hanya demikian, bahkan harus lebih berusaha menyelamatkan mereka, karena semua insan adalah Buddha, orang baik adalah Buddha, orang jahat juga adalah Buddha, orang yang memaki maupun membunuh saya juga adalah Buddha, jika ada jodoh Buddha, kelak semuanya akan mencapai Kebuddhaan, ini adalah batin yang tidak membeda beda kan, orang yang memaki atau membunuh saya kelak juga dapat mencapai Kebuddhaan, inilah pencapaian.
Padmasambhava mengajari saya demikian :
“Orang yang memaki atau membunuhmu, kelak dalam kehidupan yang akan datang, karena ada jodoh membunuh dan memakimu, pasti akan terlahir disekitarmu, menjadi orang terdekatmu, sedangkan dalam kehidupan yang akan datang kau juga harus muncul lagi menyelamatkan insan, dengan demikian mereka akan memperoleh ajaran mu, begitu dalam sekejap pikiran mereka menjadi bajik, setiap pikiran pada Buddha, kelak pasti akan mencapai Kebuddhaan.”
“Maka, orang yang memaki dan membunuhmu, kelak tidak diragukan lagi pasti akan mencapai Kebuddhaan.”
“Ini adalah batin yang tiada membeda bedakan, merupakan batin Mahatiyoga yang Anuttara.”
Setelah memperoleh ajaran dan pengarahan dari Padmasambhava, emosi saya langsung sirna, berubah menjadi sejuk, begitu mendengar suara orang yang memaki dan ingin membunuh saya, menjadi sangat gembira dan nyaman, karena mereka yang memaki atau membunuh saya, semua pasti akan menjadi Buddha.
Source : Grand Master Shengyan Lu Book 056
Bagian 2 dari Manfaat Mahatiyoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar