Senin, 18 Juni 2012

Buddhisme dan Vegetarian



Buddhisme dan Vegetarian


Di dalam tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai Buddhisme dan bervegetarian. Mungkin di antara kita banyak yang beranggapan bahwa sebagai praktisi Buddhisme, sudah seharusnya kita bervegetarian. Ada beberapa alasan yang pada umumnya mendorong seorang praktisi buddhisme untuk bervegetarian, antara lain:
1. Anggapan bahwa makan daging berarti membunuh
2. Dengan bervegetarian, berarti lebih suci
3. Dengan bervegetarian, emosi akan menjadi lebih stabil
4. Bervegetarian sebagai bentuk maitri karuna (menjadikan vegetarian sebagai objek latihan dalam bhavana)
*Maitri Karuna = Cinta Kasih dan Welas Asih (慈悲 / cibei)
Dan masih ada beberapa alasan lainnya 
yang senada
Di dalam tulisan saya kali ini, saya ingin menjelaskan beberapa hal:  

Pertama, Buddha Sakyamuni sendiri tidak vegetarian. Pada jaman Sakyamuni Buddha, beliau melakukan apa yang kita kenal sebagai pindapatta. Yaitu, beliau menerima persembahan dalam bentuk makanan dan makanan apapun yang dipersembahkan (termasuk makanan non vegetarian), beliau menerimanya.
Kedua, kita perlu mengetahui asal mula vegetarian ini. Sayamuni Buddha memiliki murid utama, salah satu diantaranya yaitu Devadatta, sebenarnya ia merupakan saudara dari Buddha Sakyamuni, ia sudah mencapai keberhasilan, memiliki 5 abhijna (kesaktian). Di tubuhnya telah terdapat 30 tanda besar dan 80 tanda kecil. Namun, ia ingin menjadi perintis ajaran, sehingga berkhianat, membawa 500 bhiksu. Saat akan berhianat, ia mengutarakan doktrin berisi 5 pasal dan 5 pasal ini merupakan 5 aturan untuk mengkritik Sang Buddha, dan ini tercantum dalam Agama Sutra (阿含經/ahanjing). 5 pasal tersebut adalah:
1. Sang Buddha mengenakan pakaian yang baik dan di sana dikatakan seorang sadhaka harus menggunakan pakaian yang tidak baik (Sangat Sederhana)
2. Tempat tinggal sang buddha terlalu mewah, ia menetapkan aturan bahwa seorang sadhaka harus bermeditasi di tempat terbuka
3. Makanan buddha sakyamuni terlalu lezat, ia menetapkan aturan bahwa sadhaka tidak boleh memakan makanan yang diberi garam (pada jaman itu, garam adalah komoditas yang sangat mahal)
4. Tidak makan daging
5. Tidak makan ikan
(Penjelasan: Sebenarnya di dalam diri Sang Buddha tidak ada lagi kemelekatan apa pun terhadap semua itu, beliau hanya menerima segala hal yang dipersembahkan oleh insan, karena beliau memiliki maitri karuna yang begitu besar, beliau menerimanya demi memberikan kesempatan bagi para insan untuk mengumpulkan pahala kebajikan)
Menanggapi 5 Pasal kritikan dari Devadatta ini, Sang Buddha mengatakan, bagi yang ingin mengikutinya (menjalankan 5 Pasal yang dikemukakan oleh Devadatta), beliau (Sang Buddha), tidak melarangnya, namun bagi yang tidak ingin menjalankan 5 pasal ini, Sang Buddha juga tidak memaksanya

Sampai di sini, mari kita tinjau lebih lanjut. Di dalam tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok (Buddhisme Mahayana yang awalnya berkembang di Tiongkok, lalu dari sana menyebar ke berbagai tempat di seluruh belahan dunia), kita selalu menjumpai Para anggota Sangha bervegetarian. Sebenarnya dari manakah asal mula peraturan yang mewajibkan para anggota sangha untuk bervegetarian ini? Ini ada hubungannya dengan Kaisar Liang. Pada jaman Kaisar Wu dari Dinasti Liang, beliaulah yang membuat aturan bahwa praktisi buddhisme, termasuk bhiksu / bhiksuni harus bervegetarian sebagai bentuk praktek maitri Karuna, dari sanalah semua anggota sangha dari berbagai tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok mulai bervegetarian, hingga saat ini berbagai sekte Buddhisme Mahayana Tiongkok telah berkembang ke seluruh belahan dunia dan keharusan untuk makan vegetarian dalam Tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok tetap tidak berubah hingga saat ini. 

Tradisi Buddhisme Selatan (Buddhisme yang berkembang di negera sebelah selatan Daratan China, seperti India, Nepal, Tibet, Thailand, dan berbagai negara lainnya) tidak ada aturan yang mengharuskan para anggota sangha untuk bervegetarian, Buddhisme Selatan mengikuti jejak Sang Buddha. Seperti yang telah diajarkan Sang Buddha, makan daging harus 3 bersih, yaitu
1. Tidak boleh membunuh (kita membunuh makhluk hidup, kemudian kita memakannya) 
2. Tidak boleh mendengar sewaktu dibunuh
3. Tidak boleh menyuruh orang untuk membunuh.
Dari sini sudah amat sangat jelas bahwa tidak bervegetarian bukan berarti membunuh. 

Mengenai anggapan bahwa bervegetarian berarti lebih suci, tentunya ini salah besar, mengapa? Karena Sang Buddha sendiri tidak bervegetarian, bila beranggapan demikian, apakah berarti Sang Buddha tidak suci? Pertanyaan ini semua orang bisa menjawabnya. Dalam melaksanakan Bhavana (修行 / xiuxing), yang terpenting adalah pada hati, sekali pun kita makan vegetarian, tetapi di dalam diri kita dipenuhi lobha, dosa, dan moha, maka kita tidak lebih baik dari orang yang tidak bervegetarian, namun menjaga kesucian tubuh, ucapan, dan pikiran mereka. Bila makan vegetarian berarti suci, apakah sapi, kerbau, dan hewan herbivora lainnya suci? Tentunya setiap orang bisa menjawab sendiri pertanyaan ini

Mengenai anggapan bahwa vegetarian dapat membuat emosi seseorang menjadi lebih stabil, dalam hal ini sebenarnya tidak dapat dipastikan, karena dalam berbagai kesempatan seringkai segala hal terjadi kerana peran dari sugesti. Sebagai contoh, orang yang bervegetarian dan menanamkan sugesti pada dirinya sendiri bahwa vegetarian akan membuat emosinya menjadi stabil, kemudian setelah ia bervegetarian dalan jangka waktu tertentu, ternyata emosinya sungguh - sungguh menjadi lebih stabil, tentu saja hal ini baik dan sangat mendukung dalam bhavana, walaupun sebenarnya di sini yang berperan besar adalah kekuatan yang berasal dari sugesti pikiran kita sendiri (the power of mind). Bila seperti ini yang terjadi, sebenarnya peran vegetarian hanya sarana dalam mensugesti diri kita, mengapa begitu? Karena emosi berhubungan dengan produksi hormon (hormon adrenalin) dan produksi hormon memerlukan protein, namun makanan vegetarian meskipun tidak mengandung protein hewani, tetap saja memiliki kandungan protein. Kendati demikian, bukan berarti vegetarian tidak bermanfaat, dari segi ilmu kedokteran, berdarakan berbagai riset yang telah dilakukan, bila ditinjau secara komprehensif orang yang makan vegetarian (tentunya vegetarian yang alami) lebih sehat dari orang yang tidak bervegetarian.  

Terakhir, mengenai bervegetarian sebagai suatu bentuk maitri karuna (menjadikan vegetarian sebagai objek latihan dalam bhavana), ini tentu sangat baik. Bila bervegetarian yang dilandasi dengan motivasi demikian tentunya vegetarian sungguh dapat dijadikan sebagai suatu sarana untuk mengembangkan maitri karuna di dalam diri kita, (segala sesuatu yg kita lakukan bergantung pada motivasi, kita tidak bisa hanya melihatnya dari luar saja, namun yang lebih penting untuk dilihat adalah motovasi yang mendasarinya). Namun jangan sampai setelah bervegetarian menjadi sombong dan menganggap orang yang tidak bervegetarian tidak memiliki maitri karuna, bila demikian, vegetarian bukan lagi menjadi sesuatu yang positif karena dengan vegetarian membuat kesombongan dalam diri seseornag meningkat.

Dari tulisan ini ada dua kesimpulan yang dapat diambil
Pertama di dalam Buddhisme, sebenarnya tidak ada keharusan untuk bervegetarian karena Sang Buddha sendiri tidak bervegetarian 
Kedua tidak ada jaminan bahwa vegetarian pasti dapat mendukung praktek buddha dharma yang kita lakukan karena apakah vegetarian dapat mendukung dalam praktek Buddhadharma atau tidak, itu bergantung pada motivasi yang mendasarinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music