Sabtu, 02 Oktober 2010

Svarna Prabhasa Sutra (金光明經)


Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra
金光明最勝經
The King of Glorious Sutras called the Exalted Sublime Golden Light

Sutra Mahayana
Dalam bahasa Sansekerta: Aryasuvarnaprabhasottamasutrendrarajamahayanasutra
Dalam bahasa Tibet: Phag pa ser ö dam pa do de’i wang po’i gyäl po she ja wa theg pa chen po’i do


BAB 1

BAB TENTANG PENDAHULUAN DARI SUVARNAPRABHASOTTAMA
SUTRENDRARAJASUTRA
Sujud kepada semua Buddha, Bodhisattva, Pratyekabuddha dan Shravaka di masa
lampau, masa mendatang dan sekarang!
Demikianlah yang telah saya dengar pada suatu waktu:
Tathagata sedang bersemayam dalam ksetra pengalaman para Buddha,
Dalam lingkup realita mendalam, Dharmadhatu,
Di puncak bukit Griddhakuta membabarkan
Kepada para Arya Bodhisattva yang murni dan tanpa noda
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra,
Yang sangat mendalam ketika didengar
Dan sangat mendalam ketika dianalisa.
Para Buddha di keempat penjuru
Memberikan inspirasi mereka;
Inspirasi dari Buddha Akshobhya di sebelah Timur,
Buddha Ratnaketu di sebelah Selatan;
Buddha Amitabha di sebelah Barat dan
Buddha Dundubisvara di sebelah Utara.
Untuk menghilangkan semua tindakan negatif
Aku akan membabarkan Dharma tertinggi yang bermanfaat ini
Yang mempurifikasi semua karma negatif,
Memberikan setiap kedamaian dan kebahagiaan,
Sepenuhnya menghilangkan penderitaan,
Yang dihiasi dengan semua keagungan.
Dan merupakan landasan pengetahuan sempurna (sarvajnana),
Untuk memberikan inspirasi, Aku akan menjelaskan ini
Makhluk-makhluk yang indera-inderanya cacat,
Yang harapan hidupnya telah berakhir atau memudar
Yang ditentang para dewa,
Yang dibebani kemalangan,
Yang dibenci oleh orang-orang yang mereka cintai,
Yang tertindas sebagai pembantu rumah tangga,
Yang berada dalam konflik satu sama lain,
Yang dirundung kemerosotan harta kekayaan,
Yang ditimpa kesedihan dan kemalangan,
Yang dikuasai ketakutan dan dilanda kemiskinan
Yang terganggu pengaruh bintang-bintang dan planet-planet,
Dan makhluk-makhluk halus yang jahat dan ganas,
Atau yang mengalami mimpi-mimpi buruk yang mengerikan
Yang hanyut dalam kesedihan dan kelelahan,
Mereka harus membersihkan diri dengan baik
Dan kemudian mendengarkan sutra agung ini.
Jika dengan motivasi bajik dan pikiran murni,
Mereka mendandani diri mereka dengan baik dengan pakaian yang bersih,
Kemudian mendengarkan sutra tentang [realita] yang mendalam,
Ksetra pengalaman para Buddha
Melalui daya inspirasi sutra ini,
Penderitaan semua makhluk –
Dan [penderitaan-penderitaan] serupa yang tak tertahankan –
Akan selamanya teredakan.
Mereka akan dilindungi
Oleh para penjaga dunia,
Oleh para menteri dan para panglimanya,
Dan oleh puluhan ribu juta yaksha,
Mahadewi Sarasvati,
Dan dewi yang bersemayam di Nairanjana
Hariti, ibu para bhuta,
Dewi bumi Drdha,
Para raja Brahma dan raja Trayastrimsha,
Para raja perkasa dari para ular naga,
Para raja kinnara dan para raja asura;
Demikian juga para raja garuda.
Mereka dengan pasukan dan kekuatan mereka, akan tiba,
Bersama-sama dengan tunggangan mereka,
Akan memberikan perlindungan kepada para makhluk
Tanpa lalai, siang dan malam.
Dengan jelas Aku akan membabarkan sutra tentang [realita] yang mendalam,
Ksetra pengalaman para Buddha
Rahasia semua Buddha
Yang sukar ditemukan dalam puluhan juta kalpa.
Mereka yang mendengarkan sutra ini,
Mereka yang menyebabkan makhluk lain mendengarkannya,
Mereka yang bersuka cita dalam mendengarkannya,
Dan membuat persembahan padanya,
Selama puluhan juta kalpa
Akan dihormati oleh para dewa dan naga,
Oleh para manusia dan kinnara,
Oleh para asura dan yaksha.
Bagi makhluk-makhluk tanpa punya,
Kumpulan punya mereka
Akan tumbuh berkembang menjadi kumpulan
Yang tak terbatas, tak terhitung dan tak terbayangkan.
Mereka benar-benar akan dilindungi
Oleh para Buddha di sepuluh penjuru;
Demikian juga, oleh para Bodhisattva
Yang bersemayam dalam [realita] yang mendalam.
Memakai busana yang bersih,
Mengenakan pakaian yang harum semerbak,
Dengan citta maitri yang kokoh,
Tanpa goyah, kita seharusnya menghormati sutra ini.
Jadikanlah citta tanpa noda,
Kerahkanlah upaya agar citta meluas
Dan jernih luar biasa,
Dan dengarkanlah sutra agung ini.
Mereka yang mendengarkan sutra ini
Akan dihormati di antara manusia,
Akan mendapatkan kelahiran yang sangat baik sebagai manusia,
Dan hidup dalam kenyamanan.
Mereka yang mendengarkan gema
Pembabaran agung ini,
Akan memperkuat akar-akar punya mereka,
Dan banyak Buddha akan memuji mereka.
Inilah akhir dari bab pertama, Bab Tentang Pendahuluan dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 2
BAB TENTANG RENTANG KEHIDUPAN TATHAGATA
Lebih lanjut, pada waktu itu, pada masa itu, di kota besar Rajagriha, menetaplah
Bodhisattva, Mahasattva Ruchiraketu, yang telah menghormati para Buddha masa
lampau, telah mengembangkan akar-akar kebajikan, dan telah melayani ratusan ribu
juta Buddha. Ia berpikir, “Apa penyebab dan apa kondisi yang menyebabkan Buddha
Shakyamuni hanya hidup selama 80 tahun? Itu kehidupan yang demikian singkat.”
Lebih lanjut, ia berpikir, “Buddha sendiri telah menyatakan: ‘Ada dua penyebab dan
dua kondisi yang memperpanjang hidup. Apakah kedua hal itu? Yaitu meninggalkan
pembunuhan dan memberikan makanan yang lengkap dan sehat.’ Buddha
Shakyamuni telah meninggalkan pembunuhan selama ratusan ribu juta kalpa tak
terhitung. Beliau secara sempurna menjalankan marga sepuluh kushalakarma.
Beliau telah memberikan makanan serta objek-objek eksternal dan internal secara
menyeluruh. Tak hanya itu, beliau juga memuaskan rasa lapar makhluk-makhluk
dengan daging, darah, tulang dan sumsum dari tubuhnya sendiri.”
Kemudian, sewaktu Bodhisattva agung ini merenungkan pemikiran demikian
mengenai Tathagata, kediamannya berubah menjadi sebuah istana yang luas dan
besar, yang terbuat dari lapis lazuli, dihiasi dengan banyak permata surgawi,
warnanya ditransformasikan oleh Tathagata dan dipenuhi dengan wewangian yang
melampaui wewangian para dewa. Di keempat penjuru, muncul empat singgasana
yang terbuat dari permata-permata surgawi. Singgasana-singgasana ini ditutupi
matras permata-permata surgawi dan pakaian katun yang halus; dan di atas
singgasana-singgasana tersebut muncul teratai-teratai surgawi yang dihiasi banyak
permata, warnanya ditransformasikan oleh Tathagata. Dari teratai-teratai tersebut,
muncul empat Bhagavan Buddha. Di sebelah Timur muncul Tathagata Akshobhya; di
sebelah Selatan muncul Tathagata Ratnaketu; di sebelah Barat muncul Tathagata
Amitayus; dan di sebelah Utara muncul Tathagata Dundubhisvara. Ketika para
Tathagata muncul di atas singgasana-singgasana tersebut, kota besar Rajagriha
dipenuhi dengan cahaya-cahaya cemerlang. Cahaya-cahaya meliputi semua ribuan
dari ribuan dari ribuan lokadhatu (trisahasra mahasahasra) di sepuluh penjuru dan
lokadhatu-lokadhatu sebanyak butiran pasir di sungai Gangga. Selain itu, turunlah
hujan bunga-bunga surgawi dan mengalunlah musik surgawi. Melalui daya kekuatan
Buddha, semua makhluk yang berada di trisahasra mahasahasra juga menjadi
memiliki kegembiraan para dewa. Makhluk-makhluk yang inderanya tak lengkap
menjadi mempunyai indera yang lengkap, makhluk-makhluk yang terlahir buta
melihat wujud-wujud melalui mata; makhluk-makhluk yang tuli mendengar suarasuara
dengan telinga; makhluk-makhluk yang gila kembali menjadi waras; makhlukmakhluk
yang pikirannya berkelana menjadi terfokus; makhluk-makhluk yang
telanjang menjadi berpakaian; makhluk-makhluk yang kelaparan menjadi kenyang;
makhuk-makhluk yang dahaga menjadi terpuaskan; makhluk-makhluk yang diserang
penyakit menjadi terbebaskan dari penyakit; makhluk-makhluk yang organ tubuhnya
cacat menjadi memiliki organ-organ yang lengkap. Banyak kejadian menakjubkan
berlangsung di dunia.
Begitu melihat para Buddha tersebut, Bodhisattva Ruchiraketu sangat takjub. Ia
merasa puas, senang, bersuka cita dan bergembira. Merasa bahagia dan sangat
gembira, dengan tangan beranjali ke arah para Tathagata, ia bersujud dengan
hormat, mengingat para Tathagata tersebut. Kemudian, merenungkan kualitaskualitas
Tathagata Buddha Shakyamuni, ia terganggu dengan perasaan ragunya
tentang rentang kehidupan Tathagata Buddha Shakyamuni. Ia bertanya-tanya,
“Mengapa Bhagavan Shakyamuni hanya hidup singkat selama 80 tahun?”
Para Tathagata tersebut, ketika mengetahui dan menyadari pikiran-pikirannya,
berkata kepadanya demikian: “Oh Kulaputra (putra keluarga agung), janganlah
berpikir, ‘Bhagavan Shakyamuni memiliki rentang kehidupan yang begitu singkat.’
Mengapa? Karena, oh Kulaputra, kecuali bagi para Tathagata yang telah mencapai
Anuttara Samyaksambodhi (pengugahan yang lengkap dan sempurna), kami tidak
melihat siapapun di antara dunia para dewa, mara, atau brahma, di antara para
shramana dan Brahmana, dewa, manusia, atau asura, yang dapat melihat jangkauan
terjauh dari rentang kehidupan Tathagata, Bhagavan Shakyamuni.”
Segera setelah para Tathagata tersebut mengungkapkan pengamatan ini tentang
rentang kehidupan Tathagata Shakyamuni, kemudian melalui daya kekuatan
Tathagata, para dewa yang berada di Kamadhatu dan Rupadhatu, termasuk para
naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara dan mahoraga, juga ratusan ribu
juta Bodhisattva, berkumpul dan menuju kediaman Bodhisattva Ruchiraketu.
Kemudian para Tathagata tersebut menyatakan penjelasan tentang rentang
kehidupan Tathagata Shakyamuni kepada seluruh perkumpulan dalam gatha berikut:
Tetesan-tetesan air di seluruh samudra
Dapat diukur,
Namun tak seorang pun dapat mengukur
Rentang kehidupan Shakyamuni.
Hingga partikel terhalus,
Atom-atom dari Gunung Sumeru dapat dihitung,
Namun tak seorang pun dapat menghitung
Rentang kehidupan Shakyamuni
Jumlah partikel-partikel terhalus
Yang ada di bumi ini
Dapat diukur,
Namun tidak demikian dengan rentang kehidupan Jina.
Meskipun dengan menggunakan berbagai peralatan
Seseorang berharap dapat mengukur angkasa,
Namun tak seorang pun dapat mengukur
Rentang kehidupan Shakyamuni.
Tak ada penghitungan yang dapat menjelaskan, ‘Buddha yang telah sepenuhnya
tergugah, Dapat hidup selama jumlah kalpa-kalpa tertentu dalam hitungan kalpa,
Misalnya seratus juta kalpa.’
Ada dua penyebab
Dan dua kondisi untuk hal ini:
Meninggalkan kekerasan yang mengerikan
Dan berulang-ulang memberikan makanan berlimpah.
Hitungan pasti yang menjelaskan
Rentang kehidupan makhluk agung ini:
‘Beliau akan hidup selama sekian kalpa’ tidak dapat ditemukan
Lamanya kalpa-kalpa tersebut sesungguhnya tak terhitung.
Karena itu, janganlah ragu,
Bahkan ragu sedikit pun;
Batasan pasti tentang rentang kehidupan Jina
Tidak dapat diamati di manapun juga.
Kemudian, pada waktu itu, dalam perkumpulan tersebut, guru Brahmana dan
pembabar yang bernama Kaundinya, bersama dengan ribuan Brahmana,
menghormati Tathagata. Saat mendengar suara dari para Tathagata agung tersebut,
yang telah sepenuhnya mencapai Nirvana, mereka segera berkumpul di tempat itu.
Bersujud di kaki Tathagata, guru Brahmana dan pembabar Kaundinya berkata
kepada Tathagata, “Jika Bhagavan Tathagata berwelas asih kepada semua
makhluk, memiliki karuna, ingin melayani, seperti orang tua bagi semua, memiliki
upeksha kepada semua, menerangi bagaikan cahaya rembulan, dengan prajna dan
pengetahuan bersinar bagaikan mentari, bila Engkau melihat semua makhluk seperti
melihat putra-Mu Rahula, maka mohon berikanlah saya bimbingan.”
Tathagata tetap diam.
Kemudian melalui daya kekuatan Tathagata, dalam perkumpulan tersebut,
keyakinan tumbuh pada seorang pemuda Licchavi bernama
Sarvalokapriyadarshana, dan ia berkata demikian kepada guru Brahmana dan
pembabar Kaundinya: “Mengapa engkau, Brahmana agung, mencari bimbingan dari
Buddha? Saya akan memberimu bimbingan yang engkau cari.”
Brahmana tersebut berkata, “Demi menghormati Buddha, pemuda Licchavi, dan
demi menerima sebagian bubuk relik, saya ingin memiliki relik Buddha berukuran biji
mostar. Dikatakan bahwa jika seseorang menghormati relik berukuran biji mostar, ia
akan memperoleh kekuasaan atas para dewa di Trayastrimsha. Oh pemuda
Licchavi, dengarkanlah Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, yang memiliki
keistimewaan dan kualitas-kualitas yang sulit diketahui dan dimengerti oleh semua
Shravaka dan Pratyekabuddha. Oh pemuda Licchavi, Suvarnaprabhasottama dalam
cara ini sulit diketahui dan dimengerti. Oleh karena itu, kami para Brahmana dari
daerah terpencil ingin memiliki sebuah relik berukuran biji mostar, yang ketika
diperoleh, apakah ditempatkan dalam sebuah mangkok atau dikenakan pada tubuh,
menyebabkan makhluk-makhluk memperoleh kekuasaan atas para dewa di
Trayastrimsha. Mengapa engkau, oh pemuda Licchavi, tidak ingin menerima relik
berukuran biji mostar dari Tathagata, dan menyimpannya dalam sebuah guci
sehingga makhluk-makhluk dapat memperoleh kekuasaan atas para dewa di
Trayastrimsha? Oh pemuda Licchavi, saya mencari anugerah seperti itu.”
Kemudian, Sarvalokapriyadarshana, pemuda Licchavi, menjawab guru Brahmana
dan pembabar Kaundinya dalam gatha:
Jika bunga-bunga bakung putih tumbuh
Dalam arus deras sungai Gangga,
Jika burung-burung gagak menjadi berwarna merah,
Jika burung-burung tekukur berubah menjadi warna keong,
Jika buah palem tumbuh pada pohon jambu,
Dan jika mangga tumbuh pada pohon kurma,
Maka akan muncul relik berukuran biji mostar.
Jika dari rambut kura-kura,
Dapat ditenun dengan baik menjadi
Pakaian yang pelindung dari musim dingin yang menusuk
Maka akan ada sebuah relik.
Jika dari kaki-kaki serangga agas
Menara-menara bertingkat dapat dibangun dengan baik,
Berdiri tegak secara kuat dan tidak pernah goyah,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika pada semua lintah
Tumbuh gigi berwarna putih,
Tajam dan besar,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika dari tanduk-tanduk kelinci,
Tangga-tangga dapat dibangun dengan baik,
Agar dapat memanjat tinggi,
Maka akan ada sebuah relik.
Dengan memanjat tangga ini
Jika seekor tikus bisa memakan bulan
Dan juga melukai Rahu,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika lebah-lebah yang berdengung di kota
Meminum sekendi anggur
Dan menetap dalam sebuah rumah,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika keledai-keledai bergembira,
Terlatih dalam menyanyi dan menari
Dengan bibir kemerahan seperti buah bimba,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika burung hantu dan burung gagak
Berkumpul untuk menyepi, bersenang-senang bersama
Dan menjadi bersahabat
Maka itu akan ada sebuah relik.
Ketika dedaunan dari pohon palasha
Menjadi sebuah payung terbuat dari tiga permata
Yang menahan hujan,
Pada waktu itu akan ada sebuah relik.
Jika kapal-kapal besar samudra
Dilengkapi dengan kemudi dan layar
Mengapung dan berlayar di daratan,
Maka akan ada sebuah relik.
Jika burung-burung hantu beterbangan bebas,
Mengangkat gunung Gandhamadana
Dengan paruh-paruh mereka
Maka akan ada sebuah relik.
Setelah mendengar gatha-gatha ini, guru Brahmana dan pembabar Kaundinya
menjawab pemuda Licchavi, Sarvalokapriyadarshana, dengan gatha-gatha berikut:
Baik sekali, baik sekali, pemuda agung!
Putra Buddha, pembabar hebat,
Gagah berani dan mempunyai upayakausalya,
Engkau telah menerima prediksi agung.
Dengarkanlah saya, oh pemuda, tentang
Keagungan yang tak terbayangkan
Dari Tathagata, pelindung
Dan penyelamat dunia.
Alam para Buddha adalah tak terbayangkan
Dan para Tathagata adalah tak terbandingkan.
Semua Buddha adalah penuh kedamaian.
Semua Buddha muncul dengan sempurna.
Semua Buddha beraspek sama.
Seperti itulah para Buddha.
Seorang Bhagavan adalah tidak diciptakan
Seorang Tathagata adalah tidak dilahirkan.
Tubuh-Nya sekeras vajra,
Bermanifestasi dalam wujud-wujud emanasi,
Oleh karena itu, tidak dapat ditemukan
Relik sekecil biji mostar dari guru bijaksana.
Karena tubuh beliau adalah tanpa tulang dan darah,
Bagaimana mungkin terdapat relik?
Namun untuk memberi manfaat kepada para makhluk,
Melalui upayakausalya, relik terbentuk.
Dharmakaya – Buddha yang sempurna;
Dharmadhatu – Tathagata
Adalah mirip dengan tindakan mengajar Dharma,
Inilah tubuh dari Bhagavan.
Karena saya telah mendengar dan mengetahui hal ini
Saya mencari pemberian agung ini.
Untuk membuat kenyataan ini menjadi terang dan jelas
Oleh karena itu, saya memulai pembabaran ini.
Kemudian, setelah mendengar penjelasan yang begitu mendalam mengenai rentang
kehidupan Tathagata, semua 32.000 devaputra membangkitkan tekad mencapai
Anuttara Samyamsambodhi demi semua makhluk. Citta mereka dipenuhi
kegembiraan yang luar biasa, mereka mengucapkan gatha-gatha ini bersama-sama:
Buddha tidak memasuki parinirvana;
Demikian pula Dharma tidak menghilang;
Namun untuk mematangkan karma para makhluk,
Para Tathagata bermanifestasi mencapai Nirvana.
Bhagavan Buddha adalah tak terbayangkan;
Meskipun tubuh Tathagata adalah permanen,
Meliputi wujud yang sangat banyak
Demi kebahagiaan para makhluk.
Setelah mendengar pembabaran-pembabaran ini yang menjelaskan rentang
kehidupan Tathagata Buddha Shakyamuni dari para Tathagata dan kedua makhluk
agung, Bodhisattva Ruchiraketu sepenuhnya merasa puas, senang, sangat gembira
dan dipenuhi suka cita. Citta-nya diliputi mahasukha. Sewaktu pembabaran tentang
rentang kehidupan Tathagata ini diberikan, makhluk-makhluk tak terhitung yang
jumlahnya tak terbayangkan, membangkitkan tekad mencapai Anuttara
Samyaksambodhi demi semua makhluk. Kemudian para Tathagata tersebut
menghilang di tempat itu juga.
Inilah akhir dari bab ke-2, Bab Tentang Rentang Kehidupan Tathagata, dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 3
BAB TENTANG MELIHAT MIMPI
Kemudian Bodhisattva Ruchiraketu tertidur. Ia bermimpi melihat sebuah genderang
emas, memancarkan sinar-sinar cahaya seperti bola mentari. Di setiap penjuru,
Tathagata yang jumlahnya tak terhingga dan tak terbayangkan sedang
membabarkan Dharma, duduk di atas singgasana lapis lazuli di kaki pohon permata,
sepenuhnya dikelilingi oleh ratusan ribu pengiring. Kemudian ia melihat sosok dalam
wujud seorang Brahmana memukul genderang tersebut. Dari suara genderang
tersebut, berkumandanglah gatha-gatha pengakuan berikut dan yang serupa.
Kemudian Bodhisattva Ruchiraketu terbangun dan segera mengingat gatha-gatha
tersebut. Setelah mengingat gatha-gatha itu, ketika malam berakhir, ia meninggalkan
kota besar Rajagriha, bersama dengan ribuan makhluk. Ia tiba di puncak
Griddhakuta, di mana Tathagata berada. Setelah sampai di sana, Ia bernamaskara
pada kaki Tathagata, berpradaksina mengelilingi Tathagata tiga kali dan duduk di
satu sisi. Duduk di satu sisi, Bodhisattva Ruchiraketu bersujud dengan hormat pada
Tathagata dengan beranjali dan melafalkan gatha-gatha pengakuan yang telah
didengarnya dari genderang tersebut.
Inilah akhir dari bab ke-3, Bab Tentang Melihat Mimpi, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 4
BAB TENTANG PENGAKUAN
Suatu malam, tanpa gangguan,
Saya mengalami mimpi yang jelas:
Saya melihat sebuah genderang besar dan indah
Memenuhi dunia dengan cahaya keemasan
Dan bersinar bagaikan mentari.
Terang menyinari semua tempat,
Dan terlihat dari sepuluh penjuru.
Di mana-mana, para Buddha duduk
Di atas singgasana-singgasana lapis lazuli yang berharga
Di kaki pohon-pohon permata,
Di hadapan kumpulan ratusan ribu makhluk.
Saya melihat wujud seperti seorang Brahmana
Memukul genderang dengan dahsyat
Sewaktu ia memukul genderang itu,
Berkumandanglah gatha-gatha berikut:
Melalui suara genderang agung cahaya keemasan ini,
Agar semua penderitaan di alam-alam rendah,
Yama dan kemiskinan di tiga alam,
Dari ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu, berhenti.
Melalui suara genderang agung ini,
Agar kesalahpengertian (avidya) di dunia menghilang.
Dengan teratasinya ketakutan, seperti halnya para Jina tidak gentar
Agar para makhluk menjadi tidak takut dan berani.
Seperti halnya Jina Berpengetahuan Sempurna di dunia
Memiliki setiap kesempurnaan para Arya,
Agar makhluk-makhluk yang tak terhingga jumlahnya memiliki samudra kualitas,
konsentrasi dan sayap-sayap penggugahan (upayakausalya dan prajna).
Melalui suara genderang agung ini,
Agar semua makhluk memiliki suara melodi Brahma;
Agar mereka merealisasi penggugahan tertinggi para Buddha;
Agar mereka memutar Dharmacakra.
Tetap bersemayam selama kalpa-kalpa yang tak terbayangkan,
Agar mereka mengajarkan Dharma untuk membimbing makhluk-makhluk dalam
samsara.
Menaklukkan dan mengatasi klesha,
Agar keterikatan, kebencian dan kesalahpengertian mereka, teredakan.
Agar makhluk-makhluk yang terjatuh ke alam-alam rendah,
Yang tubuh dan tulangnya terbakar dalam kobaran api,
Mendengarkan ucapan yang keluar dari genderang agung ini;
Agar terdengar proklamasi, “Sujud kepada Tathagata!”
Selama ratusan kelahiran,
Dan puluhan ribu juta kelahiran,
Agar setiap makhluk mengingat kehidupan-kehidupan lampau mereka,
Mendengarkan ajaran-ajaran ini secara lengkap
Dan selalu mengingat para Jina.
Melalui suara genderang agung ini,
Agar para makhluk selalu bersama para Buddha.
Sepenuhnya mengentaskan setiap tindakan negatif,
Agar mereka menjalankan tindakan-tindakan bajik semata.
Para manusia, dewa dan semua makhluk,
Apapun pemikiran dan keinginan yang mereka miliki,
Agar setiap keinginan mereka sepenuhnya terpenuhi
Melalui suara genderang agung ini.
Bagi makhluk-makhluk yang terlahir di neraka-neraka yang paling mengerikan,
Yang tubuhnya terbakar dalam kobaran api,
Yang berkelana tanpa tujuan, tanpa andalan, dipenuhi duka cita,
Agar api yang menyiksa sepenuhnya terpadamkan.
Bagi mereka yang mengalami penderitaan sebagai manusia,
Makhluk-makhluk neraka, hewan dan preta,
Agar setiap penderitaan dihilangkan sepenuhnya
Melalui suara genderang agung ini,
Bagi mereka yang tidak mempunyai andalan,
Tanpa landasan, dukungan atau teman,
Saya bertekad menjadi andalan tertinggi,
Landasan, dukungan dan teman mereka.
Yang Teragung di antara makhluk berkaki dua, oh para Buddha
Yang bersemayam dalam dunia-dunia di sepuluh penjuru,
Dengan welas asih, citta yang penuh karuna
Mohon dengarkanlah saya.
Oh para Buddha yang memiliki sepuluh daya kekuatan:
Tindakan-tindakan mengerikan
Yang telah saya lakukan di masa lampau,
Di hadapan-Mu, saya mengakui semuanya.
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan:
Tidak menganggap orang tua sebagai orang tua,
Tidak menganggap para Buddha sebagai Buddha,
Dan tidak menjunjung tinggi tindakan-tindakan bajik;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan:
Merasa sombong dengan kemewahan kekayaan
Merasa sombong karena usia muda dan kebeliaan,
Merasa sombong karena kemakmuran dan status;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan
Melalui pikiran-pikiran negatif, ucapan-ucapan negatif,
Menganggap pikiran negatif sebagai tidak negatif
Dan melakukan tindakan-tindakan negatif;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan:
Bertindak dengan pikiran kekanak-kanakan,
Pikiran yang gelap karena kesalahpengertian,
Atau karena pengaruh teman yang tidak bajik;
Pikiran yang dikuasai emosi,
Tidak puas dengan kepemilikan,
Terjangkit depresi dan ketidaknyamanan,
Atau terdorong oleh kesenangan yang tak berarti;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan
Karena terpengaruh oleh sikap jahat para non-Arya
Karena kecemburuan dan kekikiran,
Dan karena kemiskinan dan tipu muslihat;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan
Ketika kemiskinan menghampiri saya,
Takut kehilangan apa yang diinginkan
Dan dilanda kekurangan benda-benda materi;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan
Di bawah pengaruh pikiran yang plin-plan,
Dikuasai keinginan dan kebencian
Atau dikuasai kelaparan dan kehausan;
Apapun tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan
Ketika dikuasai oleh klesha,
Demi mengejar wanita,
Atau mendapatkan makanan, minuman dan pakaian;
Melalui tindakan-tindakan negatif dari tubuh, ucapan dan pikiran,
Yang telah saya kumpulkan melalui ketiga gerbang
Apapun yang telah saya lakukan melalui ketiga gerbang ini,
Saya akui sepenuhnya.
Apapun yang telah saya lakukan,
Tidak menghormati para Buddha, Dharma,
Dan juga para Shravaka
Saya akui sepenuhnya.
Tindakan-tindakan yang telah saya lakukan
Tidak menghormati para Pratyekabuddha,
Juga para Bodhisattva,
Saya akui sepenuhnya.
Sikap tidak hormat yang telah saya tunjukkan
Kepada mereka yang membabarkan Dharma,
Juga sikap tidak menghormati Dharma itu sendiri,
Saya akui sepenuhnya.
Terus-menerus tidak menyadari manfaatnya,
Saya telah menolak Dharma tertinggi,
Saya telah menunjukkan sikap tidak hormat yang tidak disadari terhadap orang
tua;
Saya akui sepenuhnya.
Kekanak-kanakan dan diselubungi kebodohan,
Terbutakan oleh keinginan dan kebencian,
Kesalahpengertian, keangkuhan dan kesombongan,
Saya akui sepenuhnya.
Menghormati mereka yang memiliki sepuluh daya kekuatan,
Saya akan menghormati mereka yang bersemayam di sepuluh penjuru.
Saya akan membebaskan penderitaan
Para makhluk di setiap alam.
Saya akan menghantarkan makhluk-makhluk tak terhitung jumlahnya
Pada sepuluh bhumi Bodhisattva.
Bersemayam dalam sepuluh bhumi ini,
Agar mereka semua menjadi Tathagata.
Hingga saya mampu membebaskan mereka semua
Dari samudra penderitaan tak terhingga.
Selama sepuluh juta kalpa, saya akan berjuang
Bahkan demi satu makhluk semata.
Kepada semua makhluk ini, akan saya babarkan
Sutra ini yang disebut Suvarnaprabhasottama
Yang mempurifikasi seseorang dari setiap tindakan negatif
Dan membabarkan tentang [ajaran] yang mendalam.
Mereka yang selama seribu kalpa
Telah melakukan tindakan-tindakan negatif yang mengerikan,
Dengan mengakuinya sekali secara bersungguh-sungguh melalui sutra ini,
Semuanya akan terpurifikasi.
Secara cepat dan menyeluruh mempurifikasi semua halangan karma negatif,
Dengan melakukan pengakuan melalui Suvarnaprabhasottama,
Saya akan bersemayam dalam sepuluh bhumi Bodhisattva –
Tambang dari permata-permata berharga tertinggi –
Agar saya bersinar dengan tanda-tanda dan ciri-ciri seorang Tathagata
Dan membebaskan makhluk-makhluk dari samudra keberadaan.
Melalui para Buddha, yang bagaikan air dalam samudra-samudra –
Kualitas-kualitas Kebuddhaan yang tak terbayangkan
Bagaikan kedalaman samudra –
Saya akan menjadi makhluk yang tergugah sepenuhnya.
Menjadi Buddha, saya akan memiliki sepuluh daya,
Ratusan ribu konsentrasi,
Lantunan mantra ajaib yang tak terbayangkan,
Tujuh sayap penggugahan, lima daya dan lima kekuatan.
Oh para Buddha yang senantiasa memandang semua makhluk,
Saya memohon pada-Mu untuk menatap saya dengan sungguh-sungguh.
Citta-Mu selalu dipenuhi karuna,
Mohon Engkau selalu dekat dengan mereka yang menyesali karma-karma
negatif.
Karena tindakan-tindakan negatif tak terhitung
Yang telah dilakukan selama ratusan kalpa yang lampau,
Pikiran saya tertusuk dan terserang oleh duka cita
Kemalangan, kesedihan dan ketakutan.
Sungguh-sungguh merasa takut akan tindakan-tindakan negatif,
Saya akan selalu mempertimbangkan makhluk lain (apatrapya)
Di manapun saya melakukan tindakan terkecil pun.
Saya tidak akan menyerah pada kesenangan yang tak berarti.
Karena para Buddha adalah penuh mahakaruna
Dan menghilangkan ketakutan semua makhluk,
Saya memohon Mereka agar sungguh-sungguh menjaga mereka yang menyesali
karma-karma negatif.
Dan membebaskan kami dari setiap ketakutan.
Agar para Tathagata menyingkirkan
Karma negatif dan emosi-emosi negatif saya.
Agar para Buddha selalu memandikan saya
Dengan air karuna mereka.
Saya mengakui semua tindakan-tindakan negatif:
Apapun yang telah saya lakukan di masa lampau,
Apapun yang telah saya lakukan di masa sekarang,
Saya akui sepenuhnya.
Saya tidak akan menyembunyikan
Tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan.
Di masa mendatang saya akan meninggalkan
Tindakan-tindakan yang membuat saya merasa menyesal.
Tiga tindakan yang dilakukan melalui tubuh,
Empat tindakan melalui ucapan,
Tiga tindakan melalui pikiran,
Saya akui sepenuhnya.
Tindakan-tindakan yang telah saya lakukan melalui tubuh dan ucapan,
Secara jelas didorong oleh pikiran,
Sepuluh akushalakarma yang telah saya lakukan,
Saya akui sepenuhnya.
Meninggalkan sepuluh akushalakarma,
Dan mengembangkan sepuluh kushalakarma,
Saya akan mencapai sepuluh bhumi,
Dan memperoleh dasabala para Buddha.
Setiap tindakan negatif yang telah saya lakukan
Yang menimbulkan akibat yang tak diinginkan.
Di hadapan para Buddha
Saya akui sepenuhnya.
Tindakan-tindakan positif dan bajik
Yang dilakukan oleh mereka yang bersemayam di Jambudvipa
Dan juga mereka yang tinggal di dunia lain,
Atas tindakan-tindakan ini, saya turut bermudita.
Demikian pula, apapun punya yang telah saya kumpulkan
Melalui tubuh, ucapan dan pikiran,
Melalui daya matangnya hasil tindakan bajik,
Agar tercapainya penggugahan yang lengkap dan sempurna.
Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam lingkar samsara yang tak terkendali
Tindakan-tindakan di bawah pengaruh pikiran kekanak-kanakan,
Karena mendekati pencapaian dasabala yang tak terbandingkan,
Semua tindakan ini, saya akui satu per satu.
Melalui kelahiran yang cacat, keberadaan yang cacat
Dunia yang cacat dan citta cacat yang mudah berubah-ubah
Berbagai tindakan yang dilakukan melalui tubuh,
Kumpulan tindakan-tindakan negatif ini, saya akui semuanya.
Menderita karena klesha-klesha yang kekanak-kanakan dan bodoh,
Menderita karena bersahabat dengan teman-teman yang tidak baik,
Menderita karena keberadaan, menderita karena keinginan,
Menderita karena kebencian, menderita karena kesalahpengertian,
Menderita karena kelelahan, menderita karena waktu,
Dan kesulitan dalam mengumpulkan kebajikan,
Di hadapan para Jina yang tak terbandingkan,
Saya mengakui semua tindakan negatif satu per satu.
Saya bersujud kepada para Buddha, samudra kebajikan,
Berwarna keemasan seperti Gunung Sumeru.
Saya mengandalkan, bersujud dan
Bernamaskara pada para Jina yang keemasan.
Cahaya karuna Mereka menghilangkan lapisan ganda kegelapan
Para Buddha bagaikan mentari, bersinar dalam keagungan, kecemerlangan dan
kemashyuran.
Berwarna keemasan, mata Mereka seindah lapis lazuli yang murni dan tanpa
cacat.
Bersinar-sinar gemerlapan seperti emas murni.
Anggota-anggota tubuh Mereka yang indah dan elok
Sepenuhnya tanpa cacat dan berbentuk sempurna;
Mentari para Buddha memancarkan sinar-sinar cahaya keemasan
Dari anggota-anggota tubuh yang murni.
Dikuasai oleh api klesha,
Para makhluk terbakar seperti api,
Mereka disejukkan dan dilegakan
Oleh cahaya para Buddha yang bagaikan rembulan.
Tiga puluh dua tanda utama menyebabkan indera-indera Mereka sangat murni;
Bagian-bagian tubuh Mereka yang mengagumkan diperindah dengan 80 tanda
sekunder.
Sinar-sinar cahaya berputar-putar mengitari,
Bagaikan mentari dalam kegelapan tiga alam,
Dipenuhi punya dan keagungan.
Murni seperti lapis lazuli dengan aneka warna,
Sangat indah dihiasi jaring-jaring sinar cahaya tak terhingga,
Bagian-bagian tubuh-Mu bagaikan kristal, perak dan merahnya fajar;
Bagaikan mentari, oh para bijaksana, Engkau gemilang penuh pesona!
Bagi mereka yang terjatuh dalam sungai besar samsara,
Terhempas di antara ombak duhkha dan kematian,
Agar cahaya luar biasa yang berlimpah dari mentari Tathagata,
Mengeringkan samudra samsara yang ganas dan kejam.
Dengan bagian-bagian tubuh bersinar terang berwarna keemasan,
Yang merupakan sumber kebijaksanaan, tak terbandingkan di tiga alam;
Bagian-bagian tubuh Mereka dihiasi tanda-tanda yang luar biasa memikat.
Kepada para Buddha, yang tubuhnya berkilau keemasan, saya bersujud.
Seperti halnya air dalam samudra tak dapat diukur,
Begitu juga debu di bumi tiada habis-habisnya,
Seperti halnya Gunung Sumeru memiliki bebatuan tanpa banding
Dan begitu juga batas angkasa tidak dapat diketahui sama sekali,
Demikian pula, kebajikan para Buddha adalah tak terbatas.
Seandainya para makhluk mengukur kualitas-kualitas Mereka
Dan merenungkannya selama berkalpa-kalpa tak terhingga,
Masih tetap tak dapat diketahui luasnya kebajikan Mereka.
Jika dihitung selama berkalpa-kalpa, seseorang mungkin mengetahui
Jumlah tetesan air pada ujung-ujung rambut,
Atau partikel-partikel di pegunungan, samudra dan bebatuan,
Namun batas kebajikan para Buddha tidaklah dapat diketahui.
Agar para makhluk berkembang menjadi Buddha,
Dihiasi kebajikan, aspek-aspek Kebuddhaan, ketenaran dan kemashyuran,
Tubuh Mereka dihiasi tanda-tanda utama,
Dan 80 tanda-tanda sekunder.
Melalui tindakan-tindakan bajik ini,
Saya akan segera menjadi Buddha di bumi ini.
Membabarkan Dharma demi membimbing dunia,
Selamanya saya akan membebaskan makhluk-makhluk yang terserang duhkha.
Saya akan menaklukkan Mara bersama bala tentara dan kekuatannya.
Saya akan memutar Dharmacakra yang bajik.
Bersemayam selama berkalpa-kalpa tak terbayangkan,
Saya akan memuaskan makhluk-makhluk dengan amrita Dharma.
Seperti halnya para Buddha masa lampau menyempurnakan enam paramita,
Saya juga akan sepenuhnya mencapai enam paramita.
Meredakan kesalahpengertian, kebencian dan keterikatan.
Saya akan menaklukkan klesha dan melenyapkan duhkha,
Saya akan selalu mengingat kelahiran-kelahiran lampau saya,
Ratusan keberadaan dan puluhan juta kehidupan.
Selalu mengingat para Jina,
Saya akan sepenuhnya mendengarkan ajaran-ajaran Mereka.
Melalui tindakan-tindakan bajik ini,
Saya akan selalu bersama para Buddha;
Menyempurnakan kebajikan, sumber dari setiap kesempurnaan,
Saya akan sepenuhnya meninggalkan tindakan-tindakan negatif.
Agar makhluk-makhluk di berbagai alam samsara
Berada dalam kedamaian, tanpa penderitaan dari alam-alam mereka.
Agar makhluk-makhluk tanpa indera atau yang inderanya cacat
Memiliki indera yang lengkap.
Bagi makhluk-makhluk yang tubuhnya lemah, terserang penyakit,
Dan tak berdaya di sepuluh penjuru,
Agar mereka segera terbebas dari penyakit mereka,
Mendapatkan indera yang sempurna, kekuatan dan kesehatan yang baik.
Bagi mereka yang berada dalam bahaya ancaman atau bahaya kematian oleh
raja atau penjahat,
Tersiksa oleh berbagai ratusan klesha,
Agar para makhluk ini – lemah karena kesedihan, menderita –
Terbebas dari ratusan ketakutan yang mengerikan.
Bagi mereka yang disiksa, diikat dan dipukul,
Tersiksa oleh nafsu atau terbelenggu oleh klesha,
Agar para makhluk ini – yang menghadapi kesedihan, ketakutan –
Terbebas dari rantai belenggu.
Agar mereka yang dipukuli, terbebas dari pukulan.
Agar mereka yang dibunuh mendapatkan kehidupan.
Agar mereka yang lemah menjadi tidak takut.
Agar makhluk-makhluk yang tersiksa kelaparan, cengkeraman keinginan dan
kehausan,
Segera menemukan makanan dan minuman yang berlimpah.
Agar yang buta melihat berbagai bentuk,
Agar yang tuli mendengar suara-suara menawan.
Agar yang telanjang menemukan pakaian yang berlimpah.
Agar yang miskin menemukan tambang harta karun.
Melalui berlimpahnya kekayaan, biji-bijian dan permata-permata,
Agar para makhluk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
Agar tidak ada makhluk yang mengalami penderitaan klesha.
Agar semua makhluk menjadi menarik dan rupawan.
Memiliki keindahan, keelokan dan wujud-wujud yang menguntungkan
Agar setiap kehidupan dipenuhi kebahagiaan tak terhingga.
Begitu mereka inginkan, agar seketika itu juga terdapat
Makanan, minuman, kemakmuran berlimpah dan punya,
Genderang-genderang besar, kecapi dan piwang,
Mata air, kolam dan sumber-sumber air
Dipenuhi teratai-teratai biru dan keemasan;
Demikian pula, agar seketika itu juga mereka mendapatkan
Makanan, minuman, pakaian dan kekayaan,
Batu-batu berharga seperti lapis lazuli, perhiasan-perhiasan emas, mutiara dan
permata.
Agar tidak ada suara-suara penderitaan di manapun di dunia
Agar tidak ada seorang pun yang memiliki kesehatan buruk.
Sebaliknya, agar para makhluk mempunyai penampilan yang sangat cerah;
Agar dalam kecerahan masing-masing, mereka saling menyinari.
Apapun wujud kesempurnaan yang ada di dunia manusia,
Di manapun hal-hal ini diinginkan, agar itu terjadi.
Saat itu muncul, melalui matangnya kebajikan,
Agar aspirasi-aspirasi para makhluk terpenuhi.
Agar dupa wangi, untaian bunga raya dan minyak oles,
Pakaian, bubuk dan bunga-bunga berlimpah
Berjatuhan dari pepohonan tiga kali.
Dengan demikian agar makhluk-makhluk dipenuhi kebahagiaan.
Agar mereka menghormati para Tathagata yang tak terbayangkan
Yang bersemayam di sepuluh penjuru,
Para Bodhisattva yang sedang berlatih, para Shravaka,
Dan begitu pula, Dharma yang murni dan sempurna.
Agar para makhluk terhindar dari alam-alam rendah;
Agar mereka melampaui delapan keadaan yang tak menguntungkan;
Agar mereka mencapai delapan kondisi menguntungkan;
Agar mereka selalu bersama para Buddha.
Agar mereka selalu terlahir dalam kelas sosial yang baik,
Agar para makhluk selalu mempunyai kekayaan dan biji-bijian yang berlimpah.
Selama berkalpa-kalpa, agar mereka memiliki
Wujud yang elok, kemashyuran, penampilan yang cerah dan ketenaran.
Agar semua wanita menjadi seperti pria,
Gagah berani, berpengetahuan, cerdas dan kuat.
Berupaya menyempurnakan enam paramita,
Agar mereka senantiasa berjuang demi penggugahan.
Agar mereka dapat melihat para Buddha di sepuluh penjuru,
Duduk dengan nyaman di atas singgasana lapis lazuli yang berharga
Di bawah pepohonan permata yang indah dan megah.
Agar mereka mendengarkan penjelasan Dharma para Buddha.
Tindakan-tindakan negatif yang telah saya lakukan dan selesaikan
Pada kehidupan-kehidupan penuh penderitaan di masa lampau;
Agar akibat-akibat negatif yang matang karena tindakan-tindakan tersebut
Sepenuhnya terpurifikasi.
Agar para makhluk yang terikat pada keberadaan,
Terjerat erat oleh tali samsara,
Melepaskan ikatan mereka dengan tangan prajna,
Dan secepatnya terbebas dari semua penderitaan.
Makhluk-makhluk apapun di sini di Jambudvipa
Dan juga yang berada dalam lingkup dunia yang lain
Menjalankan tindakan-tindakan bajik yang mendalam,
Atas tindakan-tindakan ini, saya turut bermudita sepenuhnya.
Melalui punya yang dilakukan melalui tubuh, ucapan dan pikiran,
Dan ikut bergembira atas kebajikan orang lain,
Agar setiap hasil dari doa-doa dan praktik saya menjadi matang:
Agar tercapainya penggugahan tak terbandingkan, lengkap dan sempurna.
Mereka yang melafalkan dedikasi ini –
Yang bersujud dan mengagungkannya dengan citta murni,
Selalu penuh ketulusan hati dan bebas dari noda-noda –
Akan terhindar dari kelahiran yang mengerikan selama 60 kalpa.
Dengan melafalkan pranidhana ini dalam gatha-gatha,
Pria, wanita, Brahmana dan bangsawan
Yang mengagungkan para Jina dengan tangan beranjali,
Akan mengingat kembali kelahiran-kelahiran mereka dalam setiap kehidupan.
Mereka akan mendapatkan tubuh yang dihiasi
Dengan anggota tubuh dan indera yang lengkap, punya dan kebajikan berlimpah.
Pemimpin para manusia akan selalu menghormati mereka;
Begitulah yang akan dialami mereka di setiap tempat kelahiran.
Mereka yang mendengarkan pengakuan ini,
Telah melakukan kebajikan tidak hanya terhadap satu Buddha,
Tidak dua, tidak juga empat, tidak juga lima, tidak juga sepuluh,
Tidak juga mereka melakukan kebajikan terhadap seribu Buddha.
Inilah akhir dari bab ke-4, Bab Tentang Pengakuan, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 5
SUMBER DARI TERATAI-TERATAI
Kemudian Tathagata mengatakan ini kepada dewi agung Bodhisattvasammuccaya:
“Oh dewi agung, pada waktu itu, pada saat itu, seorang raja bernama
Suvarnabhujendra mengagungkan para Buddha masa lampau, mendatang dan
sekarang dengan pujian yang disebut Sumber dari Teratai-teratai kepada semua
Tathagata:
Para Jina yang muncul di masa lampau,
Mereka yang sekarang bersemayam di dunia-dunia di sepuluh penjuru,
Kepada para Jina tersebut, saya bersujud.
Saya melantunkan pujian-pujian para Jina ini.
Para Jina adalah tenang, sangat tenang dan murni.
Tubuh Mereka bersinar dengan warna keemasan.
Karena mengaumkan suara melodi Brahma,
Suara Mereka adalah terindah dari semua melodi.
Rambut Mereka seperti lebah, burung merak dan biru teratai,
Ikal dan berwarna biru tua bagaikan burung jay biru.
Gigi Mereka selalu indah bagaikan salju dan keong –
Sangat putih, berkilauan bagaikan emas.
Mata mereka panjang dan berwarna biru sempurna,
Bagaikan teratai-teratai yang mekar sepenuhnya.
Lidah Mereka halus dan lebar,
Berwarna teratai dan bersinar, bagaikan benang sari teratai.
Rambut Mereka yang berharga, bagaikan bunga teratai dan keong,
Berwarna lapis lazuli, melingkar ke kanan.
Mata Buddha yang ramping bagaikan bulan sabit.
Pusar Mereka bersinar bagaikan lebah.
Hidung Mereka mancung di wajah yang agung,
Lembut dan indah, dengan warna bagaikan emas surgawi.
Indera perasa para Jina selalu dan senantiasa
Halus, luar biasa agung dan sempurna.
Dari setiap pori-pori rambut-Nya tumbuh sehelai rambut,
Ikal dan menggulung ke kanan.
Jalinan rambut Mereka berwarna biru tua, berkilau dan bersinar,
Biru bagaikan leher indah burung merak.
Begitu dilahirkan, tubuh Mereka menyinari
Ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu dan semua dunia di sepuluh penjuru;
Cahaya ini menghilangkan penderitaan tak terhingga
Dan para makhluk ditopang dengan segala kebahagiaan.
Di alam-alam neraka, hewan,
Preta, manusia dan dewa,
Semua makhluk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
Makhluk-makhluk samsara di alam-alam rendah menjadi tenang.
Tubuh Mereka bersinar dengan penampilan yang cerah
Dengan cahaya berwarna emas murni,
Wajah para Sugata bagaikan bulan murni tanpa noda, tersenyum,
Wajah Mereka terindah dan termurni.
Tubuh dan bagian-bagian tubuh Mereka selembut bayi yang baru lahir;
Langkah Mereka indah dan gagah perkasa bagaikan singa.
Tangan Mereka yang panjang dan lengan yang sangat panjang
Bagaikan cabang-cabang pohon sala yang terayun angin.
Rentang lengan Mereka, memancarkan sinar-sinar cahaya
Sangat terang bagaikan seribu mentari
Wujud teragung para Jina adalah sempurna
Menerangi dunia-dunia tak terbatas.
Cemerlangnya cahaya dari para Buddha
Memudarkan dan mengaburkan cahaya
Dari banyak matahari dan bulan purnama,
Dalam ratusan ribu dunia tak terbatas.
Mentari Buddha adalah cahaya dunia
Ratusan ribu mentari Buddha,
Cahaya dari para Tathagata, terlihat oleh para makhluk
Dalam ratusan ribu dunia tak terhitung.
Wujud-wujud Mereka yang dihasilkan dari ratusan ribu punya,
Dihiasi sepenuhnya dengan setiap kebajikan.
Lengan-lengan para Jina bagaikan belalai gajah para raja;
Cahaya dari tangan dan kaki Mereka gemilang dan terang.
Sebanyak partikel-partikel debu di permukaan bumi
Adalah Buddha-buddha masa lampau,
Sebanyak butiran pasir halus adalah Buddha-buddha mendatang
Sebanyak itu pula Buddha yang bersemayam sekarang.
Dengan tubuh, ucapan dan citta murni,
Saya persembahkan bunga-bunga, dupa dan pujian berlimpah;
Dengan citta yang penuh kebajikan,
Saya bersujud kepada para Jina ini.
Kualitas-kualitas para Jina adalah kebajikan semata,
Yang tertinggi dan menjangkau luas.
Seandainya saya memiliki seratus lidah dan beribu-ribu kalpa,
Saya tidak dapat mengungkapkan kualitas-kualitas para Buddha.
Karena bahkan dengan seribu lidah,
Kebajikan-kebajikan para Jina melampaui semua kata-kata,
Bagaimana mungkin hanya dengan seratus lidah
Dapat diungkapkan semua kualitas para Jina?
Jika semua dunia termasuk alam-alam para dewa,
Menjadi samudra air yang mencapai puncak keberadaan samsara,
Air ini mungkin dapat diukur dalam jumlah tetesan di ujung rambut,
Namun tak satu pun kebajikan dari para Sugata dapat diukur.
Melalui tubuh, ucapan dan citta yang jernih
Saya melantunkan pujian ini kepada semua Jina.
Melalui buah punya terbaik yang saya kumpulkan,
Dengan demikian, agar para makhluk mencapai penggugahan tertinggi.
“Setelah mengagungkan para Buddha dengan cara ini, raja tersebut membuat
pranidhana berikut:
Di masa yang akan datang juga dalam kalpa tak terhitung,
Di manapun saya dilahirkan,
Agar saya melihat genderang seperti itu dalam mimpi,
Dan mendengar pengakuan seperti itu dari genderang tersebut.
Dalam setiap kelahiran, agar saya menemukan pujian kepada para Jina
Yang setara dengan Sumber dari Teratai-teratai.
Kualitas-kualitas Buddha adalah tak terbatas dan tak terbandingkan,
Sulit ditemukan dalam ribuan kalpa,
Saya akan mendengar kebajikan-kebajikan ini dalam mimpi,
Dan membabarkannya ketika saya terbangun.
Saya akan membebaskan semua makhluk dari samudra penderitaan;
Saya akan menyempurnakan enam paramita.
Dan ketika dengan cara ini, saya mencapai penggugahan tak terbandingkan,
Agar buddhaksetra saya tidak akan kendur dan goyah.
Sebagai efek hasil dari mempersembahkan genderang
Dan melantunkan pujian kepada semua Buddha,
Saya akan secara langsung melihat Buddha Shakyamuni.
Kemudian, dengan putra-putra saya, Kanakabhujendra dan Kanakaprabha.
Bersama kedua putra saya
Saya akan menerima prediksi agung
Agar diperolehnya prediksi penggugahan.
Bagi para makhluk yang tidak mempunyai kediaman atau sokongan,
Dan yang malang dan tanpa andalan,
Agar di masa mendatang saya
Menjadi andalan, pelindung dan penjaga mereka.
Sehingga saya dapat mengakhiri penderitaan mereka dan sebab-sebabnya,
Dan menjadi sumber dari semua kebajikan,
Di masa mendatang, saya akan menyempurnakan tindakan-tindakan
penggugahan
Sebanyak kalpa-kalpa yang telah berlalu di masa lampau.
Melalui pengakuan ini dari Suvarnaprabhasottama,
Agar samudra tindakan-tindakan negatif saya menjadi mengering.
Agar samudra karma saya terpurifikasi.
Agar samudra klesha saya dihabiskan.
Agar samudra punya saya tersempurnakan.
Agar samudra prajna saya menjadi murni sepenuhnya
Dan menjadi samudra setiap kebajikan.
Agar kualitas berharga penggugahan tersempurnakan
Melalui daya pengakuan dari Suvarnaprabhasottama.
Agar daya punya saya bersinar terang.
Agar cahaya penggugahan saya menjadi murni.
Melalui cahaya agung dari prajna tanpa noda,
Agar cahaya wujud saya bersinar
Dan menyebabkan bersinarnya cahaya punya.
Selalu memiliki daya kekuatan kebajikan,
Agar saya termashyur di seluruh tiga alam.
Sehingga saya dapat membebaskan makhluk-makhluk dari samudra penderitaan
Dan memberikan kedamaian dan kebahagiaan seluas lautan,
Selama kalpa-kalpa di masa mendatang,
Saya akan selalu melakukan tindakan-tindakan penggugahan.
Betapapun banyaknya Buddha yang ada di tiga alam,
Seperti halnya buddhaksetra Mereka adalah sempurna tanpa cela,
Melalui kebajikan Jina dan punya tak terbatas,
Agar buddhaksetra saya seperti itu juga.
Inilah akhir dari bab ke-5, bab yang disebut Sumber dari Teratai-teratai,
mengagungkan semua Tathagata di masa lampau, masa sekarang dan masa
mendatang dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 6
BAB TENTANG SHUNYATA
Kemudian pada waktu itu Tathagata mengucapkan gatha-gatha berikut:
Dalam banyak sutra tidak terhitung lainnya,
Aku telah menguraikan fenomena shunya secara terperinci.
Karena itu, dalam sutra agung ini
Fenomena shunya hanya akan Aku uraikan secara singkat.
Karena makhluk-makhluk dengan kecerdasan terbatas dan kesalahpengertian,
Tidak mampu mengetahui segala sesuatu,
Karena itu, dalam sutra agung tertinggi ini
Fenomena shunya hanya dijelaskan secara singkat.
Agar semua makhluk dapat mengetahui secara pasti,
Sehingga mereka terbebas dari samsara,
Melalui cara-cara karuna, upayakausalya dan cara-cara lainnya,
Saya telah membabarkan sutra agung tertinggi ini.
Tubuh adalah seperti sebuah desa atau rumah kosong;
Indera-indera adalah seperti prajurit dan pencuri.
Walaupun mereka tinggal di desa yang sama,
Mereka tidak menyadari keberadaan satu sama lain.
Indera mata mengejar wujud-wujud;
Indera telinga memanjakan diri dalam suara-suara;
Indera hidung menangkap berbagai bebauan;
Indera lidah selalu mengejar rasa;
Indera tubuh mengejar sensasi sentuhan;
Dan indera mental mencengkeram pada keberadaan [fenomena].
Masing-masing keenam indera ini
Berhubungan dengan setiap objeknya masing-masing.
Pikiran berubah-ubah seperti ilusi –
Keenam indera sepenuhnya terpikat –
Seperti seseorang yang berlari ke suatu desa yang kosong
Dan berdiam di situ di antara para prajurit dan pencuri.
Citta terserap dalam keenam objek
Dan sepenuhnya mengetahui objek-objek inderawi;
Oleh karena itu, citta berdiam dalam keenam objek,
Dan sepenuhnya berhubungan dengan objek-objek inderawi.
Objek-objek inderawi seperti wujud-wujud, suara-suara dan begitu juga bebauan;
Rasa, sentuhan dan keberadaan (fenomena),
Muncul dan berlalu bagaikan terbangnya seekor burung,
Saat indera masing-masing berhubungan dengan masing-masing objek inderawi,
Muncullah kebisaan melihat, mendengar, membau, mencecap, menyentuh dan
persepsi mental.
Tubuh seperti mesin dalam desa yang kosong,
Tanpa gerakan dan sepenuhnya tanpa tindakan.
Tidak memiliki sifat hakiki, muncul dari kondisi-kondisi;
Muncul dari konsep-konsep, tidak memiliki sifat hakiki.
Tanah, air, api dan angin,
Berada secara terpisah dalam bagian-bagian yang berbeda,
Seperti ular-ular mematikan dalam sarang yang sama,
Selalu berselisih satu sama lainnya.
Dari keempat ular elemen-elemen ini,
Dua bergerak ke atas dan dua bergerak ke bawah.
Bergerak dalam kedua penjuru dan kedua sub-penjuru,
Ular-ular dari elemen-elemen ini akan hancur secara pasti.
Ular tanah dan ular air,
Hancur turun ke bawah;
Ular api dan ular angin,
Naik ke bagian atas.
Karena tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya,
Citta dan kesadaran terpisah dari keberadaannya.
Para dewa, manusia dan makhluk-makhluk di tiga alam rendah
Terlahir sesuai dengan tindakan-tindakan yang dilakukan.
Ketika lendir, angin dan empedu telah habis saat kematian,
Tubuh akan terisi dengan air seni dan bahan yang busuk.
Menjadi timbunan cacing, tidak menyenangkan
Dibuang seperti kayu di pemakaman.
Lihatlah hal-hal ini, oh dewi:
Di sini, para makhluk, para manusia
Dan demikian juga fenomena adalah shunya.
Hal-hal tersebut muncul karena kesalahpengertian.
Elemen-elemen utama ini tak berawal.
Berawal dari yang tak berawal, elemen-elemen utama itu tidak mempunyai awal.
Karena yang berawal itu adalah tak berawal,
Aku menyebutnya elemen-elemen utama.
Elemen-elemen utama itu tidak eksis dan tidak pernah eksis.
Hal-hal tersebut muncul karena kesalahpengertian.
Kesalahpengertian itu sendiri tidak eksis.
Karena itu, Aku menyebutnya kesalahpengertian (avidya).
Samskara, kesadaran (vijnana), nama-rupa
Enam ayatana, sparsha, vedana,
Cengkeraman keinginan (trsna/tanha), keterikatan (upadana) dan juga
keberadaan (bhava), Kelahiran (jati), penuaan dan kematian (jaramarana), kesedihan dan klesha –
Ini membentuk dua belas nidana dari pratityasamutpada.
Penderitaan samsara yang tak terbayangkan,
Seperti dalam Lingkar Keberadaan (Bhavacakra)
Berawal dari yang tak berawal;
Karena itu, hal-hal itu adalah tak berawal,
Bebas dari pikiran-pikiran yang mengganggu dan konseptual.
Babatlah pandangan mengenai keberadaan hakiki;
Putuskan jaring klesha;
Ayunkan pedang prajna;
Lihatlah keberadaan skandha sebagai shunya;
Dengan cara ini, penggugahan akan dicapai.
Aku telah membuka pintu kota amrita.
Dan sepenuhnya memasukinya.
Aku telah sungguh-sungguh mengungkap bejana amrita;
Aku telah terisi oleh sarinya.
Aku telah memukul genderang Dharma agung.
Aku telah membunyikan keong Dharma agung.
Aku telah menebarkan hujan Dharma agung.
Aku telah menyalakan obor Dharma agung.
Aku telah menaklukkan musuh kuat, klesha-klesha,
Dan mengibarkan bendera kemenangan Dharma.
Aku telah menyelamatkan para makhluk dari samudra samsara
Dan Aku telah menutup jalan menuju tiga alam rendah.
Bagi para makhluk yang terbakar api klesha,
Tanpa sokongan atau daya bantuan,
Aku telah menenangkan para makhluk yang terbakar api klesha
Dan memuaskan mereka dengan sari amrita.
Selama banyak kalpa tak terbayangkan
Aku telah menghormati para Buddha yang jumlahnya tak terbayangkan.
Bersungguh-sungguh mencari Dharmakaya, teguh dalam sila-sila,
Aku telah menjalankan tindakan-tindakan Bodhisattva:
Aku telah memberikan tangan, mata dan kaki;
Bagian tubuh yang paling berharga yaitu kepala, putra dan putri tercinta,
Kristal, permata, mutiara, perhiasan dan emas,
Lapis lazuli dan berbagai permata.
Seseorang mungkin memotong dan menebang
Segala sesuatu yang tumbuh di bumi ini,
Semak-semak dan pepohonan, rumput dan hutan belukar
Di semua ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu.
Jika ia menggilingnya menjadi bubuk,
Dan menghaluskannya menjadi debu,
Timbunan yang mencapai ujung angkasa
Dapat dibangun dan dibagi dalam tiga bagian.
Jika pengetahuan dari seluruh debu di jagat raya –
Ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu tak terhingga –
Diberikan kepada hanya satu makhluk,
Makhluk tersebut akan sangat luar biasa.
Dengan prajna agung, ia mungkin dapat menghitung
Semua partikel-partikel dalam timbunan debu tersebut,
Tetapi luasnya pengetahuan Jina
Tidak dapat diketahui.
Daya prajna pengetahuan sempurna dari seorang Jina
Walau hanya sesaat
Tidak dapat dihitung atau diukur
Meskipun dalam puluhan juta kalpa tak terhitung.
Inilah akhir dari bab ke-6, Bab Tentang Shunyata, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 7
BAB TENTANG EMPAT MAHARAJA
Kemudian Maharaja Vaishravana, Maharaja Dhrtarashtra, Maharaja Virudhaka dan
Maharaja Virupaksha bangkit dari tempat duduk mereka dan meletakkan ujung jubah
bagian atas di satu pundak dan berlutut dengan kaki kanan. Bersujud dengan penuh
hormat ke arah Tathagata, mereka berkata demikian:
“Bhagavan, Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, telah dinyatakan oleh
semua Tathagata, diketahui oleh semua Tathagata, dipertimbangkan oleh semua
Tathagata, dijunjung tinggi oleh seluruh kumpulan Bodhisattva, dihormati oleh
seluruh komunitas dewa, dipuja oleh seluruh kumpulan para dewa, diagungkan oleh
semua raja para dewa dan dimuliakan, dipuja dan diagungkan oleh para pelindung
dunia. Sutra ini menerangi kediaman para dewa, melimpahkan kebahagiaan tertinggi
kepada semua makhluk, menghentikan penderitaan makhluk-makhluk di neraka,
alam hewan dan dunia Yama, memutuskan ketakutan yang berkelanjutan,
menangkis semua pasukan lawan, sepenuhnya mengakhiri semua kelaparan yang
menyedihkan, sepenuhnya mengatasi semua penyakit yang tanpa harapan dan
menghilangkan daya-daya astrogis yang tak bersahabat. Sutra ini membuat para
makhluk tenang, sepenuhnya menghilangkan kesedihan dan klesha-klesha,
sepenuhnya menghilangkan semua bentuk tindakan negatif dan sepenuhnya
mengatasi ratusan ribu klesha.
“Jika, Bhagavan, Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini dibabarkan dengan
sempurna dan ekstenstif di antara perkumpulan, kemudian dengan mendengarkan
Dharma dan dengan amrita Dharma, tubuh suci kami, empat maharaja bersamasama
dengan pasukan dan pengiring-pengiring kami, akan bertambah kuat secara
luar biasa, memiliki keagungan hebat yang mengagumkan. Dalam tubuh kami,
stamina, kekuatan dan kemampuan akan muncul. Dalam tubuh kami, karisma,
keagungan dan keberuntungan berlimpah akan mengalir.
“Bhagavan, kami empat maharaja menjalankan Dharma, menyatakan Dharma, dan
kami adalah para raja Dharma. Bhagavan, melalui kekuatan Dharma, kami akan
menjadi raja dari para dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara dan
mahoraga. Kami akan mengalahkan kumpulan bhuta yang mengerikan, yang tidak
memiliki karuna dan yang mencuri keagungan dari makhluk lain.
“Bhagavan, kami, bersama dengan 28 jenderal agung para yaksha dan juga ratusan
ribu yaksha, akan selalu mengawasi, menjaga dan melindungi seluruh Jambudvipa
dengan mata dewa kami yang murni dan melampaui mata manusia.
“Bhagavan, untuk alasan ini, kami empat maharaja, dikenal sebagai ‘para pelindung
dunia.’ Bhagavan, wilayah manapun dalam Jambudvipa ini yang diserbu oleh
pasukan asing, terserang oleh kelaparan dan penyakit, demikian tertindas oleh
ratusan macam bahaya, ribuan bahaya dan ratusan ribu bahaya, Bhagavan, kami
empat maharaja akan memberikan sokongan kepada para bhikshu tulus yang
menyimpan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
“Bhagavan, ketika para bhikshu yang tulus – setelah menerima dorongan semangat
dari kami, empat maharaja, melalui kekuatan ajaib dan berkah-berkah – bepergian
ke wilayah-wilayah tersebut dan dengan sempurna menyatakan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, ratusan bahaya dan ribuan bahaya yang
terjadi di wilayah-wilayah tersebut, akan berakhir.
“Bhagavan, wilayah manapun dari raja para manusia, yang dikunjungi oleh bhikshu
tulus yang memegang Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, wilayah-wilayah
tersebut juga akan dikunjungi oleh Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
“Bhagavan, seandainya seorang raja para manusia mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra dan setelah mendengarkannya,
seandainya ia kemudian memberikan perlindungan, memberikan tempat bernaung,
menjaga dan menyelamatkan para bhikshu tersebut dari musuh-musuh mereka,
maka Bhagavan, kami empat maharaja akan melindungi, memberikan tempat
perlindungan, menjaga, menyelamatkan dan memberikan kedamaian dan
kebahagiaan kepada para makhluk yang tinggal di seluruh negeri raja para manusia
tersebut.
“Bhagavan, jika seorang raja para manusia membantu para bhikshu, bhikshuni,
upasaka dan upasika yang memegang sutra teragung di antara sutra-sutra ini,
dengan memberikan mereka semua sumber daya yang mendukung, maka kami,
empat maharaja akan memastikan semua makhluk yang berada di seluruh negeri
raja para manusia tersebut, mempunyai kebahagiaan dan sumber daya-sumber daya
yang sangat baik.
“Bhagavan, ketika seorang raja para manusia menghargai, menghormati dan
memberikan pelayanan kepada para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang
memegang sutra teragung di antara sutra-sutra ini, maka Bhagavan, kami empat
maharaja akan sangat menghormati, sangat memuliakan, benar-benar memberikan
pelayanan, dan sangat memuja raja para manusia tersebut. Kami akan
mengagungkannya di semua wilayah.”
Kemudian Tathagata memberikan selamat kepada keempat maharaja: “Baik sekali!
Baik sekali, oh para maharaja! Baik sekali! Baik sekali, kalian empat maharaja! Itu
adalah sebagai berikut: Kalian telah memberikan pelayanan yang luar biasa
terhadap para Buddha masa lampau, menghasilkan akar-akar kebajikan,
menghormati ratusan ribu juta Buddha, menjalankan Dharma dan menyatakan
Dharma, dan melalui Dharma, kalian telah menjadi raja para dewa dan manusia.
“Itu adalah sebagai berikut: Untuk waktu yang lama kalian telah memiliki pikiran
peduli terhadap semua makhluk, pikiran cinta kasih dan kemurahan hati dengan
kebulatan tekad untuk memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada semua
makhluk. Kalian telah menghindari hal-hal yang tidak berguna; kalian telah giat
memperjuangkan kebahagiaan sempurna demi semua makhluk.
“Oh, kalian empat maharaja! Jagalah, berikan tempat perlindungan, bimbinglah,
rawatlah, hindarkan hukuman dan pastikan kedamaian dan kebahagiaan bagi para
raja para manusia yang memuliakan dan menghormati Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra ini. Dengan cara ini, kalian empat maharaja dengan pasukan,
pengiring kalian dan ratusan ribu yaksha akan sepenuhnya menjaga ajaran Dharma
dari Buddha masa lampau, masa sekarang dan masa mendatang. Kalian juga akan
melestarikan dan mempertahankannya.
“Kemudian, kalian empat maharaja, bersama dengan pasukan, pengiring kalian dan
ratusan ribu yaksha akan menang dalam pertempuran dengan para dewa dan asura.
Para asura akan terkalahkan. Dengan cara ini, seperti Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra menaklukkan pasukan-pasukan lawan. Oh empat maharaja,
karena itu, jagalah, berikan tempat perlindungan, bimbinglah, rawatlah dan pastikan
kedamaian dan kebahagiaan bagi para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika
yang menjunjung tinggi Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.”
Kemudian Maharaja Vaishravana, Maharaja Dhrtarashtra, Maharaja Virudhaka dan
Maharaja Virupaksha, bangkit dari tempat duduk mereka dan meletakkan jubah
bagian atas di satu pundak, berlutut dengan kaki kanan. Bersujud dengan hormat ke
arah Tathagata, mereka berkata demikian:
“Bhagavan, di manapun di masa mendatang, di desa-desa, kota-kota besar, kotakota
kecil, lembah-lembah, di seluruh negeri, di istana-istana kerajaan dan wilayah
manapun yang dapat dijangkau oleh seorang raja para manusia, jika
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra digunakan oleh raja para manusia
tertentu, untuk menggunakan wewenang kekuasaan berdasarkan risalat kerajaan
yang disebut Komitmen-komitmen Teguh Tak Teringkari dari Para Raja Dewa dan
jika ia terus-menerus mendengarkan, menghormati, memuja dan memuliakan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, atau mengagungkan, menghormati,
memuja dan memuliakan para bhikshu, bhikshuni, upasaka atau upasika yang
menjunjung sutra teragung di antara sutra-sutra ini dan mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, maka melalui curahan dari
mendengarkan Dharma dan melalui amrita Dharma, tubuh suci kami empat
maharaja, pengiring kami dan ratusan ribu yaksha akan luar biasa meningkat dalam
keagungan. Kami akan mendapatkan ketekunan, energi dan kekuasaan.
Keagungan, kemuliaan kami dan keunggulan secara umum akan bertambah.
“Bhagavan, kami empat maharaja, bersama dengan pasukan, pengiring kami dan
ratusan ribu yaksha, akan membuat tubuh kami tak terlihat. Sekarang dan di masa
mendatang, kami akan mengunjungi tempat manapun – desa-desa, kota-kota besar,
kota-kota kecil, lembah, istana-istana kerajaan atau seluruh negeri – di mana
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini digunakan. Kami akan terus menerus
melindungi, memberikan tempat perlindungan, membimbing, menjaga, membuatnya
terhindar dari hukuman dan memastikan kedamaian dan kebahagiaan bagi raja para
manusia yang mendengarkan, menghormati dan memuja Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra. Kami akan terus-menerus melindungi, memberikan tempat
perlindungan, membimbing, menjaga, membuatnya terhindar dari hukuman, serta
memastikan kedamaian dan kebahagiaan di istana-istana kerajaan, daerah-daerah
dan wilayah-wilayah mereka. Kami akan membebaskan daerah-daerah ini dari
semua ketakutan, bahaya dan konflik. Pasukan-pasukan penyerbu akan dihalau.
“Seandainya seorang raja yang jahat mengganggu raja para manusia yang
mendengarkan, menghormati dan memuja Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra ini, dan Bhagavan, jika raja yang jahat ini berpikir dalam dirinya
sendiri, “Dengan empat divisi pasukan, saya akan memasuki wilayah itu dan
menghancurkannya,” kemudian Bhagavan, pada waktu itu, pada saat itu, melalui
kekuatan dari keagungan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, pertempuran
akan terjadi di antara raja yang jahat dan raja lainnya. Bahkan jika raja lainnya
menyerah dan kembali ke kerajaannya sendiri, akan ada konflik-konflik antar
wilayah. Akan ada masalah-masalah gawat bagi raja lainnya. Akan ada gangguan
perbintangan dan penyakit-penyakit di wilayahnya. Ratusan gangguan yang
berbeda-beda akan muncul di daerah itu. Bhagavan, jika raja penyerang itu kembali
ke negerinya, akan terjadi ratusan gangguan yang berbeda-beda dan ratusan
masalah mendesak yang berbeda-beda. Bhagavan, jika raja yang jahat tersebut
membangun empat divisi pasukan dan bergerak maju untuk berhadapan dengan
kekuatan asing, meninggalkan negerinya dan mengerahkan empat divisi pasukannya
ke negeri asing tersebut, dan jika negeri yang ingin ia kuasai adalah negeri di mana
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra berada, maka Bhagavan, kami empat
maharaja, dengan pasukan, pengiring-pengiring kami dan ratusan ribu yaksha, akan
membuat tubuh kami tak terlihat dan kami akan pergi ke sana. Bahkan sebelum
pasukan asing tersebut memasuki negeri itu, kami akan mengusirnya di tempat itu
juga. Kami akan menciptakan ratusan situasi sulit yang berbeda-beda untuknya dan
kami akan menyebabkan halangan-halangan. Dengan demikian, pasukan asing dari
raja yang jahat itu tidak akan dapat memasuki negeri ini, apalagi menyebabkan
kehancuran di negeri ini.”
Kemudian Tathagata memberikan selamat kepada keempat maharaja dan berkata:
“Baik sekali! Baik sekali, oh para maharaja! Oh, kalian keempat maharaja, sekali lagi,
baik sekali! Kalian telah bertindak sempurna selama ratusan ribu juta kalpa. Demi
penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna, lindungilah,
selamatkan, bimbinglah, jagalah, hindarkan hukuman, dan pastikan kedamaian dan
kebahagiaan bagi raja para manusia yang mendengarkan, menghormati dan memuja
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Demikian juga, lindungilah,
selamatkanlah, bimbinglah, jagalah, hindarkan hukuman, dan pastikan kedamaian
dan kebahagiaan di istana-istana kerajaan, kota-kota, daerah-daerah dan wilayahwilayah
tersebut. Bebaskanlah daerah-daerah tersebut dari semua ketakutan,
bahaya dan pertikaian. Halaulah pasukan-pasukan asing. Bersuka citalah dalam
memastikan raja-raja di Jambudvipa tidak berkelahi, tidak menuding, tidak berselisih
dan tidak berperang. Jika, dalam 84.000 kota di Jambudvipa ini, 84.000 raja tetap
bahagia luar biasa dan merasa puas di negeri mereka sendiri, tetap gembira luar
biasa dengan kekuasaan di kerajaan mereka, tidak saling mengintimidasi dengan
timbunan kekayaan, tidak melakukan kekerasan satu sama lain, merasa puas
dengan kepemimpinan raja di kerajaan mereka, yang didapatkan sesuai dengan
karma yang telah mereka kumpulkan, tidak saling mengancam satu sama lain dan
tidak bergerak maju untuk menghancurkan suatu negeri, tetapi sebaliknya, jika
84.000 raja di 84.000 kota di Jambudvipa memiliki pikiran saling mengasihi dan
saling peduli serta tidak berkelahi, menuding, berselisih, atau berperang dan tetap
bahagia luar biasa di negeri mereka sendiri, maka sebagai hasil dari ini, kalian empat
maharaja beserta pasukan dan pengiring-pengiring kalian akan berkembang.
Wilayah tersebut akan mendapatkan hasil panen yang baik selama bertahun-tahun,
akan menjadi tenang dan bahagia dan negeri itu akan dipenuhi orang-orang dan lakilaki.
Negeri tersebut akan menjadi subur; setiap musim, bulan, setiap minggu, dan
sepanjang tahun akan ditandai kelimpahan dan kemakmuran. Planet-planet, bintangbintang,
bulan, matahari, siang dan malam akan bergerak secara lancar; hujan akan
terus turun pada waktunya; semua makhluk di seluruh Jambudvipa akan berlimpah
dengan kekayaan dan biji-bijian. Mereka akan menjadi kaya. Mereka tidak akan kikir;
sebaliknya mereka akan bermurah hati. Mereka akan mengikuti jalan dari sepuluh
kushalakarma. Kebanyakan dari mereka akan dilahirkan di alam yang lebih tinggi.
Kediaman surgawi dari para dewa akan dipenuhi para dewa dan putra-putri mereka.
“Oh para maharaja! Seandainya ada makhluk tertentu menjadi raja para manusia.
Jika ia kemudian mendengarkan, menghormati dan memuja Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra ini, dan juga jika ia menghargai, mengagungkan, menghormati
dan memuja para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang menjunjung
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, dan jika, karena rasa simpatinya
kepada kalian, empat maharaja, bersama dengan pasukan, pengiring-pengiring
kalian dan ribuan yaksha, ia terus-menerus mendengarkan Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra ini, maka dengan curahan amrita dari ajaran-ajaran Dharma, ia
akan memuaskan tubuh kalian. Keagungan luar biasa dari tubuh-tubuh suci kalian
akan meningkat. Ia akan menyebabkan ketekunan, energi dan kekuasaan, dan ini
akan meningkatkan keagungan, kemuliaan dan keunggulan. Raja para manusia ini
akan membuat persembahan berlimpah yang tak terbayangkan banyaknya kepada-
Ku, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha Shakyamuni. Dengan semua sumber
daya materi yang berlimpah dan tak terbayangkan banyaknya, raja para manusia ini
akan membuat persembahan-persembahan kepada ratusan ribu juta Tathagata
masa lalu, masa mendatang dan juga masa sekarang. Oleh karena itu, perlindungan
agung akan diberikan kepada raja para manusia tersebut. Oleh karena itu, raja para
manusia tersebut akan sepenuhnya dilindungi, diselamatkan, dijaga dan dibimbing.
Mereka akan terhindar dari hukuman dan mereka pasti akan memperoleh kedamaian
dan kebahagiaan. Permaisuri agung, para pangeran dan para tuan putri, para
pengiring ratu dan semua pengiring istana kerajaan akan sepenuhnya dilindungi,
diselamatkan, dijaga dan dibimbing. Mereka akan terhindar dari hukuman dan
mereka pasti akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Demikian juga, semua
dewa yang bersemayam dalam istana akan memiliki keagungan dan kekuasaan
yang meningkat, kedamaian dan kebahagiaan yang tak terbayangkan. Mereka akan
mengalami kegembiraan yang berlipatganda. Kota-kota dan juga daerah-daerah
akan sepenuhnya dilindungi dan dijaga, akan bebas dari bahaya dan akan bebas
dari musuh-musuh. Tidak akan ditindas, dirugikan atau diserang oleh pasukan
musuh.”
Ketika beliau mengatakan demikian, Maharaja Vaishravana, Maharaja Dhrtarashtra,
Maharaja Virudhaka dan Maharaja Virupaksha berkata kepada Tathagata demikian:
“Bhagavan, jika seorang raja para manusia ingin mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, mencari perlindungan untuk dirinya
sendiri dan untuk permaisuri agung, begitu juga para pangeran, para tuan putri dan
para pengiring ratu, jika ia mencari kedamaian dan kebahagiaan yang luar biasa, tak
terbayangkan, tak terbandingkan unggulnya, untuk para pengiring di istana, jika
dalam kehidupan itu, ia ingin meningkatkan kekuasaan yang luar biasa dan tak
terbayangkan dari kekuasaan kerajaannya, untuk memiliki keagungan tak
terbayangkan, untuk mengumpulkan punya yang tak terhitung, untuk melindungi
seluruh negerinya, menjaganya, memastikan tidak ada bahaya, tidak ada musuh dan
tidak dikuasai oleh pasukan lawan, tidak ada penyakit menular dan tidak ada
permasalahan, maka Bhagavan, raja para manusia itu, dengan pikiran yang mantap,
penuh rasa hormat dan bhakti harus menghormati dan mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini. Demi mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, raja para manusia tersebut akan
menuju sebuah istana agung. Setelah sampai di sana, ia akan memercikkan istana
itu dengan air dari berbagai macam wewangian dan menebarkan berbagai macam
bunga. Ketika istana itu telah dipercikkan dengan air dari berbagai wewangian dan
ditaburi dengan berbagai macam bunga, ia akan mempersiapkan sebuah
singgasana Dharma yang tinggi yang dihiasi dengan berbagai perhiasan. Tempat
tersebut akan dihiasi berbagai macam payung, panji-panji kejayaan dan benderabendera.
Raja para manusia ini akan membersihkan tubuhnya, mengenakan
pakaian yang wangi, mengenakan pakaian baru dan menghias dirinya dengan
berbagai macam perhiasan. Ia sendiri akan duduk di tempat yang jauh lebih rendah.
Begitu duduk di tempat tersebut, ia tidak lagi tinggi hati dengan kesombongan
seorang raja. Di tempat tersebut, ia tidak akan memiliki keinginan kuat untuk
memperluas wilayah kekuasaannya. Dengan citta yang bebas dari kebanggaan,
keangkuhan dan kesombongan, ia akan mendengarkan Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra. Ia akan membangkitkan kesadaran untuk melihat bhikshu yang
membabarkan Dharma sebagai Guru. Pada waktu itu dan pada saat itu, raja para
manusia tersebut akan menatap permaisuri agung, para pangeran, para tuan putri
dan para pengiring ratu dengan penuh kasih sayang dan kebaikan. Ia akan
mengucapkan kata-kata yang baik kepada permaisuri agung, para pangeran dan
para tuan putri; ia juga akan mengucapkan kata-kata yang baik kepada para
pengiring ratu. Untuk merayakan didengarkannya Dharma, berbagai macam
persembahan akan disajikan. Ia akan memenuhi dirinya dengan kegembiraan tak
terbayangkan yang belum dirasakan sebelumnya. Ia akan merasa bahagia dengan
kedamaian dan kegembiraan tak terbayangkan Indera-inderanya akan dipenuhi
kebahagiaan. Ia akan bertekad mencapai tujuan yang lebih tinggi. Dengan
kegembiraan yang luar biasa ini, ia akan menyenangkan dirinya sendiri. Merasa
sangat gembira, ia akan menerima pembabar Dharma.”
Ketika mereka mengatakan hal ini kepada beliau, Tathagata berkata demikian
kepada keempat maharaja: “Oh, para maharaja, pada waktu itu dan pada saat itu,
raja para manusia tersebut akan mengenakan pakaian yang seluruhnya berwarna
putih, berwarna terang, baru dan indah. Ia akan menghiasi dirinya dengan berbagai
perhiasan. Ia juga akan memegang payung putih. Dengan kekuasaan luar biasa dan
pertunjukan kebesaran, membawa berbagai benda-benda pertanda baik, ia akan
meninggalkan istana untuk menerima pembabar Dharma. Mengapa? Karena selama
ratusan ribu juta kalpa sebanyak jumlah langkah yang diambilnya untuk mencapai
tempat tersebut, ia akan terhindar dari samsara. Selama ratusan ribu juta kalpa
sebanyak jumlah langkah yang diambilnya untuk mencapai tempat tersebut, ia akan
menjadi raja Chakravarti. Dalam kehidupan itu wilayah kerajaannya akan bertambah
tak terbayangkan sejumlah langkah yang diambilnya untuk mencapai tempat
tersebut. Ia akan mendapatkan kediaman istana surgawi yang luas yang terbuat dari
tujuh jenis ratna manikam selama ratusan ribu juta kalpa. Sebagai raja dari umat
manusia, ia akan mendapatkan ratusan ribu istana surgawi agung. Dalam semua
kelahirann, ia akan mendapatkan wilayah yang luas. Ia akan memiliki usia yang
panjang. Ia akan bertahan hidup untuk waktu yang lama. Ia akan memiliki
kepercayaan diri dalam kefasihan berbicara. Kata-katanya akan berharga untuk
diingat; ia akan terkenal; ia akan diperbincangkan secara luas; ia akan patut dipuji, ia
akan membawa kebaikan bagi dunia-dunia para dewa, manusia dan asura. Ia akan
memperoleh berbagai kebahagiaan para dewa dan manusia. Ia akan berkuasa; ia
akan memiliki kekuatan yang luar biasa dari kumpulan banyak orang, dan ia akan
tampan juga. Ia akan mempunyai penampilan indah dan menarik; ia akan memiliki
penampilan yang sangat cerah. Dalam semua kelahiran, ia akan bertemu para
Tathagata; ia akan menemukan para kalyana mitra; ia akan memiliki kumpulan
punya yang tak terhitung jumlahnya. Oh para maharaja, melihat manfaat-manfaat
kebajikan seperti itu, raja para manusia tersebut akan bepergian sejauh satu yojana
untuk menerima pembabar Dharma. Ia akan bepergian sejauh 100 yojana atau 1.000
yojana untuk menerima pembabar Dharma. Ia akan membangkitkan kesadarannya
melihat pembabar Dharma tersebut sebagai Guru.
“Ia akan berpikir dalam dirinya sendiri, ‘Hari ini Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha
Shakyamuni akan memasuki istana saya. Hari ini Tathagata, Arhat,
Samyaksambuddha Shakyamuni akan menikmati makanan di istana saya. Hari ini
saya akan mendengarkan Dharma dari Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha
Shakyamuni, yang sungguh-sungguh tiada bandingannya dengan apapun di dunia.
Hari ini, dengan mendengarkan Dharma, saya akan maju tanpa mundur menuju
penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna. Hari ini saya akan
menyenangkan ratusan ribu juta Tathagata. Hari ini saya akan membuat
persembahan luar biasa dan tak terbayangkan kepada para Buddha masa lalu, masa
mendatang dan masa sekarang. Hari ini saya akan sepenuhnya menghentikan
semua penderitaan yang berkelanjutan dari para makhluk di alam-alam neraka,
hewan dan Yama. Hari ini saya akan menanam benih-benih kebajikan untuk
mencapai beberapa ratusan ribu juta tubuh dari seorang raja Brahma. Hari ini saya
akan menanam benih-benih potensi positif untuk mencapai beberapa ratusan ribu
juta tubuh dari Shakra. Saya akan menanam benih-benih potensi-potensi positif
untuk mencapai beberapa ratusan ribu juta kelahiran sebagai raja Chakravarti. Hari
ini saya akan bebas dari samsara selama beberapa ratusan ribu juta kalpa. Hari ini
saya akan memiliki kumpulan punya yang tak terbayangkan, besar, luas dan tak
terhitung. Hari ini saya akan memberi perlindungan agung kepada seluruh pengiring
ratu. Hari ini, di istana ini, saya akan memberikan kedamaian dan kebahagiaan luar
biasa yang tak terbayangkan, teragung, tertinggi, tak terbandingkan kepada para
makhluk. Hari ini saya akan membuat seluruh negeri terlindungi, terjaga, terbebas
dari bahaya dan musuh-musuh, tak terkalahkan oleh semua pasukan asing, bebas
dari penyakit-penyakit menular dan bebas dari konflik.’
“Oh para maharaja, jika raja para manusia tersebut menghargai, mengagungkan,
memuliakan dan memuja para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang
menjunjung Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, karena devosi demikian
terhadap Dharma agung , dan jika ia memberikan sebagian besar potensi-potensi
positif (punya) yang didapat melalui cara ini kepada kalian, empat maharaja,
termasuk para pasukan dan pengiring kalian, kumpulan para dewa dan ratusan ribu
yaksha, maka kumpulan punya dan kebajikan dari raja para manusia tersebut,
kemuliaan yang tak terbayangkan dari hidupnya dan keagungannya akan meningkat
luar biasa. Dalam kehidupan itu raja tersebut akan memiliki keagungan yang tak
terbayangkan. Ia akan memiliki keagungan, keunggulan dan karisma yang agung. Ia
akan sepenuhnya menghalau semua lawan dan musuh-musuhnya sesuai dengan
Dharma.”
Setelah beliau berkata demikian, keempat maharaja tersebut mengatakan demikian
kepada Tathagata: “Seandainya ada makhluk tertentu menjadi seorang raja para
manusia. Dengan devosi seperti itu terhadap Dharma, jika ia mendengar
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini, dan juga menghargai,
mengagungkan, memuliakan dan memuja para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan
upasika yang menjunjung Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini; jika ia
sepenuhnya menyapu dan membersihkan istananya demi kami, empat maharaja,
memercikkannya dengan berbagai air wewangian, dan mendengarkan Dharma
bersama kami, empat maharaja, dan kemudian demi dirinya sendiri dan demi semua
dewa, jika ia memberikan sebagian kecil akar-akar punya, maka Bhagavan, demi
kami, empat raja, begitu bhikshu yang membabarkan Dharma tersebut duduk di atas
singgasana Dharma, ia akan menyalakan berbagai dupa harum. Bhagavan, begitu
dupa wangi dinyalakan untuk memuja Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini,
tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan wangi akan muncul. Pada saat itu,
detik itu dan momen itu, di angkasa di atas kami, empat maharaja, akan muncul
payung-payung yang terbuat dari tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan
wangi. Keharuman wewangian yang luar biasa akan tercium. Sinar-sinar cahaya
seperti keemasan akan muncul, dan cahaya ini akan menerangi kediaman kami.
Bhagavan, saat itu, detik itu dan momen itu, tanaman-tanaman merambat yang
beraroma dan wangi akan muncul di angkasa di atas kediaman Brahma, penguasa
di alam tanpa ketakutan; Indra, raja para dewa, Mahadewi Sarasvati; Mahadewi
Drdha; Mahadewi Shri; Samjnaya, jenderal agung para yaksha bersama dengan 28
jenderal yaksha; Devaputra Maheshvara; Vajrapani, jenderal agung para yaksha;
Manibhadra, jenderal agung para yaksha; Hariti dengan 500 putra pengiringnya;
Anavatapta, raja para naga dan Sagara, maharaja para naga. Payung-payung dari
berbagai macam dupa dan wewangian akan tetap mengambang di tempatnya.
Keharuman wewangian yang luar biasa akan tercium. Sinar-sinar cahaya keemasan
akan memenuhi kediaman mereka, dan sinar-sinar cahaya ini akan menerangi
semua kediaman mereka.
Ketika mereka mengatakan hal ini kepada beliau, Tathagata menjawab demikian
kepada keempat maharaja: “Oh para maharaja, bukan hanya payung-payung yang
terbuat dari tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan wangi yang akan
muncul di angkasa di atas kediaman kalian, empat maharaja. Mengapa? Itu juga
karena, oh para maharaja, begitu raja para manusia tersebut menyalakan berbagai
dupa untuk memuja Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, tanaman-tanaman
merambat yang beraroma dan wangi akan muncul dari sebatang dupa yang
dipegang di tangannya. Kemudian, pada saat itu, detik itu dan momen itu, di seluruh
ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu (trisahasra-mahasahasra) dimana terdapat
seribu juta bulan, seribu juta matahari, seribu juta samudra luas, seribu juta Sumeru,
raja gunung-gunung, seribu juta Chakravada dan Mahachakravada, raja gununggunung,
seribu juta lokadhatu dari empat benua, seribu juta dewa yang tingkatannya
setara dengan empat maharaja, seribu juta dewa Trayastrimsha dari Kamadhatu,
seribu juta dewa dari alam mendekati tahap antara sadar dan tanpa kesadaran dari
Arupadhatu, dan di kediaman seribu juta dewa Trayastrimsha di seluruh ribuan dari
ribuan dari ribuan lokadhatu, dan di angkasa di atas kediaman masing-masing
kumpulan para dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara dan
mahoraga, tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan wangi akan
mengambang. Makhluk-makhluk tersebut akan mencium keharuman wewangian
yang luar biasa. Sinar-sinar cahaya keemasan akan memenuhi dan menerangi
kediaman surgawi mereka. Oh para maharaja, dengan cara ini, seperti halnya di
angkasa di atas kediaman surgawi ini dalam ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu,
tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan wangi akan berada di sana dalam
bentuk payung-payung. Begitu raja para manusia tersebut menyalakan berbagai
dupa untuk memuja Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, melalui daya
kekuatan dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, di sana akan muncul
tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan wangi.
“Pada saat itu, detik itu dan momen itu, di semua arah di sepuluh penjuru dan di
berbagai lokadhatu sebanyak ratusan ribu juta buddhaksetra seperti jumlah butiran
pasir di sungai Gangga dan di angkasa sebanyak ratusan ribu juta Tathagata seperti
jumlah butiran pasir di sungai Gangga, payung-payung yang terbuat dari tanamantanaman
merambat yang beraroma dan wangi akan muncul. Semua ini akan sangat
beraroma bagaikan dupa dan wewangian bagi ratusan ribu juta Buddha. Akan ada
sinar cahaya keemasan dan sinar cahaya keemasan tersebut akan menerangi
ratusan ribu juta buddhaksetra sebanyak butiran pasir di sungai Gangga. Oh, para
maharaja, begitu keajaiban-keajaiban ini terjadi, maka ratusan ribu juta Tathagata
sebanyak butiran pasir di sungai Gangga akan mengenali pembabar Dharma
tersebut. Mereka akan memberikan selamat kepadanya: ‘Baik sekali! Baik sekali, oh
makhluk agung! Sangatlah luar biasa bahwa engkau, makhluk agung ingin
membabarkan secara ekstensif kualitas agung dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra, yang memiliki kualitas-kualitas tak terbayangkan seperti
‘penjelasan mengenai yang mendalam.’ Bahkan jika para makhluk yang mendengar
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, akan memiliki akar-akar kebajikan yang
tidak kecil, untuk apa menyebutkan mereka yang mengambilnya, memegangnya,
melafalnya, memahaminya dan membabarkannya secara ekstensif dalam
perkumpulan, akan menanam akar-akar kebajikan yang besar? Mengapa? Karena,
oh makhluk agung, begitu mereka mendengar Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra, ratusan ribu juta Bodhisattva akan maju tanpa mundur menuju
penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna.’
“Kemudian ratusan ribu juta Tathagata yang bersemayam dalam buddhaksetra
mereka masing-masing di seluruh sepuluh penjuru, di ratusan ribu juta buddhaksetra
sebanyak butiran pasir di Sungai Gangga, dengan satu kata, satu suara dan satu
bunyi akan menyatakan kepada bhikshu pembabar yang duduk di singgasana
Dharma: ‘Oh makhluk agung, di masa mendatang, engkau akan mencapai
penggugahan sempurna. Oh, makhluk agung, setelah mencapai intisari
penggugahan agung yang tertinggi dan duduk di bawah raja dari pepohonan (pohon
bodhi), engkau akan melampaui ketiga alam. Engkau akan memperagakan ratusan
ribu juta tindakan-tindakan pertapaan yang mengagumkan di ribuan dari ribuan dari
ribuan lokadhatu, melampaui semua makhluk tersebut. Oh makhluk agung, engkau
akan sepenuhnya memuliakan intisari penggugahan. Oh makhluk agung, engkau
akan sepenuhnya menyelamatkan ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu. Oh
makhluk agung, duduk di bawah raja dari pepohonan, engkau akan menang atas
pasukan mara yang tak terbayangkan, yang menampakkan wujud-wujud menjijikan
yang paling menakutkan dan berbagai penampakan yang menyeramkan. Oh
makhluk agung, setelah mencapai intisari penggugahan agung yang tertinggi,
engkau akan mencapai penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan
sempurna, sepenuhnya tenang, tanpa debu dan mendalam. Oh makhluk agung,
duduk di atas vajrasana yang tak tergoyahkan, engkau akan memutar Dharmacakra
yang dipuji oleh semua pemegang Dharmacakra sebagai dua belas bagian, sangat
mendalam. Oh makhluk agung, engkau akan memukul genderang agung Dharma.
Oh makhluk, agung, engkau akan membunyikan keong agung Dharma. Oh makhluk
agung, engkau akan mengibarkan panji-panji agung Dharma. Oh makhluk agung,
engkau akan menyalakan obor agung Dharma. Oh makhluk agung, engkau akan
mencurahkan hujan agung Dharma. Oh makhluk agung, engkau akan menaklukkan
ribuan klesha. Oh makhluk agung, engkau akan membebaskan ratusan ribu juta
makhluk dari samudra ketakutan yang mengerikan. Oh, makhluk agung, engkau
akan membebaskan ratusan ribu juta makhluk dari lingkar samsara. Oh makhluk
agung, engkau akan menyenangkan ratusan ribu juta Buddha.’”
Begitu beliau mengatakan demikian, keempat maharaja menjawab Tathagata:
“Bhagavan, setelah melihat bahwa raja para manusia yang memahami
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra akan memiliki kualitas-kualitas seperti ini
di kehidupan sekarang dan mendatang, bahwa ia akan membangkitkan akar-akar
kebajikan terhadap ratusan ribu Buddha dan sepenuhnya memiliki kumpulan punya
tak terhitung, maka berdasarkan welas asih, Bhagavan, kami empat maharaja,
bersama dengan para pasukan dan pengiring kami dan ratusan ribu yaksha, selagi
berada di kediaman kami masing-masing, begitu kami disenangkan hati dengan
payung-payung yang terbuat dari tanaman-tanaman merambat yang beraroma dan
wangi, kami akan membuat badan kami menghilang dan pergi ke istana raja para
manusia tersebut untuk mendengarkan Dharma, istana yang dibangun oleh raja para
manusia, yang sepenuhnya disapu dengan baik dan bersih, yang dipercikkan
dengan air dari berbagai wewangian dan sangat indah dihiasi dengan berbagai
perhiasan.
“Brahma, penguasa di alam tanpa ketakutan; Indra, raja para dewa; Mahadewi
Sarasvati; Mahadewi Drdha; Mahadewi Shri; Samjnaya, jenderal agung para yaksha
bersama dengan 28 jenderal para yaksha; Devaputra Maheshsvara; Vajrapani,
jenderal agung para yaksha; Manibhadra, jenderal agung para yaksha; Hariti dengan
500 putra pengiringnya; Anavatapta, raja para naga; Sagara, maharaja para naga
dan ratusan ribu juta dewa-dewi akan membuat badan mereka menghilang dan pergi
ke istana raja para manusia tersebut, yang dihiasi dengan baik dan di atas tanah
yang tumbuh bunga-bunga telah disiapkan sebuah singgasana tinggi yang dihiasi
secara baik dengan berbagai perhiasan untuk pembabar Dharma
“Bhagavan, kami empat raja, bersama dengan pasukan dan para pengiring kami
termasuk ratusan ribu yaksha, akan berkenan atas raja. Begitu kami telah dipuaskan
dengan sari amrita Dharma oleh raja para manusia yang membantu dalam
kebajikan, menyebabkan makhluk-makhluk mendapatkan kebajikan dan memberikan
keagungan Dharma tanpa banding, kami akan sepenuhnya melindungi raja para
manusia tersebut. Kami akan menyelamatkan, membimbing, menjaga dan
memastikan kedamaian dan kebahagiaan bagi dirinya. Kami juga akan melindungi
istananya, kota-kota dan wilayah-wilayahnya. Kami akan menyelamatkan, menjaga,
mengurus, memastikan kedamaian dan kebahagiaan dan mencegah semua
hukuman untuk para makhluk di tempat-tempat ini. Kami akan memastikan wilayah
tersebut bebas dari semua ancaman, bahaya, penyakit-penyakit menular dan konflik.
“Bhagavan, seandainya ada makhluk tertentu yang menjadi raja para manusia, dan
di negeri raja para manusia ini terdapat Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
Bhagavan, jika raja para manusia tersebut tidak menghargai, mengagungkan,
menghormati dan memuja para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang
menjunjung Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, maka ia tidak akan
menyenangkan kami, empat raja atau ratusan ribu juta yaksha dengan
mendengarkan Dharma dan sari amrita Dharma. Ia tidak menghormati kami. Tubuhtubuh
suci kami ini tidak akan meningkat dalam keagungan. Ketekunan, kekuatan
dan kekuasaan kami tidak akan meningkat. Keagungan, kemuliaan dan keunggulan
di tubuh kami tidak akan meningkat. Bhagavan, kami empat maharaja, dengan para
pasukan dan pengiring kami dan ratusan ribu juta yaksha akan mengabaikan negeri
tersebut. Bhagavan, ketika kami mengabaikan negeri tersebut, semua kumpulan
dewa-dewi yang berada di negeri itu juga akan mengabaikan negeri tersebut.
Bhagavan, ketika para dewa-dewi mengabaikan negeri tersebut, akan terjadi
berbagai konflik di sana. Akan terjadi perselisihan yang gawat di antara para raja.
Semua makhluk yang ada di negeri tersebut akan cekcok, menuding dan bertengkar.
Mereka akan terpecah-belah dan hancur. Negeri tersebut akan mengalami berbagai
penyakit dan pengaruh perbintangan yang tak menguntungkan. Komet-komet akan
berjatuhan dari berbagai arah. Planet-planet dan bintang-bintang akan bertabrakan
satu sama lain. Munculnya bulan di malam hari akan seperti terbitnya matahari. Akan
terjadi gerhana bulan dan matahari. Bahkan matahari dan bulan di atas langit secara
terus-menerus akan diserang Rahu. Dari waktu ke waktu lingkaran cahaya warna
pelangi akan muncul di langit. Akan terjadi gempa-gempa. Sumur-sumur di tanah
akan berbunyi dengan suara-suara. Angin kencang akan bertiup di negeri tersebut.
Akan terjadi hujan-hujan yang amat deras. Akan ada wabah kelaparan. Pasukanpasukan
musuh akan menghancurkan negeri tersebut. Negeri tersebut akan
dikerumuni lebah-lebah. Makhluk-makhluk akan mengalami klesha yang merajalela.
Negeri tersebut akan menjadi sangat tidak menyenangkan. Bhagavan, ketika kami
empat maharaja, dengan para pasukan dan pengiring kami, ratusan ribu yaksha,
para naga dan para putra-putri dewa yang berada di negeri tersebut
mengabaikannya, akan muncul ratusan bahaya seperti ini dan yang serupa dan
ribuan bahaya di negeri tersebut.
“Bhagavan, seandainya ada makhluk tertentu menjadi raja para manusia. Jika ia
ingin melindungi dirinya sendiri agar mengalami berbagai kebahagiaan keagungan
kerajaan, untuk menjalankan kekuasaannya dengan tujuan memberikan
kebahagiaan dan kesejahteraan kepada setiap makhluk di negeri tersebut, untuk
mengalahkan seluruh pasukan musuh, untuk menguasai seluruh negeri untuk waktu
yang sangat lama, untuk menjadi raja Dharma, dan untuk membebaskan negerinya
dari segala ketakutan, bahaya, penyakit menular dan konflik, maka Bhagavan, raja
para manusia tersebut tanpa ragu-ragu pasti akan mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Ia akan menghargai, mengagungkan,
menghormati dan memuja para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika, yang
menjunjung Sutrendrarajasutra. Kami, empat maharaja, bersama dengan para
pasukan dan pengiring kami, akan merasa senang dengan akar-akar kebajikan yang
dikumpulkan dari mendengarkan Dharma dan dengan sari amrita Dharma. Tubuhtubuh
suci kami ini akan meningkat dalam keagungan. Mengapa? Karena,
Bhagavan, raja para manusia tersebut, tanpa ragu-ragu pasti akan mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Bhagavan, Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra jauh melampaui berbagai risalat biasa dan risalat luar biasa yang
dibabarkan oleh para pemimpin Brahma, berbagai risalat biasa dan risalat luar biasa
yang dibabarkan oleh Shakra, raja para dewa dan berbagai risalat biasa dan risalat
luar biasa yang dibabarkan demi para makhluk oleh mereka yang memiliki lima
abhijna.
“Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra dibabarkan secara sempurna dan luas
demi para makhluk, oleh Tathagata yang jauh lebih agung dan tak terbandingkan
daripada ratusan ribu pemimpin para Brahma, ratusan ribu juta Shakra dan ratusan
ribu juta makhluk yang memiliki lima abhijna. Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra dibabarkan agar raja para manusia tersebut di Jambudvipa
menjadi para raja penguasa yang agung, agar semua makhluk berbahagia, agar
sepenuhnya melindungi negeri dan menguasai negeri mereka, agar negeri mereka
tanpa bahaya dan tanpa musuh-musuh, agar mereka mengalahkan pasukanpasukan
lawan dan menghalau mereka, dan agar tidak ada penyakit menular dan
konflik di negeri-negeri tersebut, agar melalui Dharma negeri-negeri tersebut menjadi
tanpa konflik dan tidak akan ditaklukkan, agar raja para manusia ini menyalakan obor
agung Dharma dan menerangi negeri-negeri mereka, agar semua kediaman surgawi
dipenuhi para dewa dan para devaputra, agar kami empat maharaja bersama
dengan para pasukan dan pengiring serta ratusan ribu yaksha dan semua kumpulan
para dewa yang berdiam di Jambudvipa menjadi bersenang hati, agar semua kondisi
menjadi menguntungkan, agar tubuh-tubuh suci kami ini menjadi meningkat dalam
keagungan, agar ketekunan, kekuasaan dan kekuatan tertanam dalam tubuh kami,
agar keagungan, kemuliaan dan keunggulan mengalir dalam tubuh kami, agar
Jambudvipa mempunyai hasil panen berlimpah dan dipenuhi dengan rakyat, dan
agar semua makhluk yang berada di Jambudvipa berbahagia dan mengalami
berbagai kesenangan, agar semua makhluk mengalami kebahagiaan dan
kegembiraan berlimpah dari para dewa dan manusia selama ratusan ribu juta kalpa,
agar mereka bersama dengan para Buddha, dan agar di masa mendatang, mereka
mencapai penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna. Bhagavan,
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha, memiliki berkah inspirasi yang dipenuhi daya
mahakaruna yang jauh melampaui dari yang dimiliki oleh ratusan ribu juta pemimpin
para Brahma, pengetahuan Tathagata yang tidak terbandingkan jauh melampaui
pengetahuan ratusan ribu juta Shakra, dan berkah inspirasi beliau jauh melampaui
ratusan ribu juta makhluk yang memiliki lima abhijna. Bhagavan, Tathagata, Arhat,
Samyaksambuddha secara luas dan sempurna telah membabarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra di Jambudvipa demi para makhluk.
“Apapun cara pandang-cara pandang agung kerajaan, risalat-risalat agung kerajaan
dan tugas-tugas kerajaan yang ada di seluruh Jambudvipa, yang memastikan
kebahagiaan para makhluk, semuanya telah diungkapkan, dinyatakan dan
dibabarkan oleh Bhagavan, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha, dalam
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Bhagavan, untuk alasan ini dan untuk
sebab ini, raja para manusia tersebut tanpa ragu-ragu akan mendengarkan,
menghormati dan memuja Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.”
Begitu mereka mengatakan ini kepada beliau, Bhagavan berkata demikian kepada
mereka: “Oleh karena itu, oh kalian, empat maharaja, dengan para pasukan dan
pengiring kalian, berbahagialah luar biasa tanpa keraguan dalam melindungi raja-
raja para manusia yang mendengarkan, menghargai dan memuja
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Oh para maharaja, perkenankanlah para
bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang memegang Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra untuk menjunjung tindakan-tindakan Buddha. Mereka akan
menjalankan tindakan-tindakan Buddha di dunia para dewa, manusia dan asura.
Mereka akan membabarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra dengan baik
dan ekstensif. Kalian, empat maharaja, tentu saja akan melindungi, menjaga,
membimbing, mengurus dan memastikan kedamaian dan kebahagiaan bagi para
bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang memegang Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra agar mereka aman, tanpa bahaya, penyakit atau konflik, dan
memiliki kedamaian citta yang memungkinkan mereka membabarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra dengan baik dan ekstensif.”
Kemudian Maharaja Vaishravana, Maharaja Dhrtarashtra, Maharaja Virudhaka dan
Maharaja Virupaksha bangkit dari tempat duduk mereka, meletakkan jubah bagian
atas di satu pundak, berlutut dengan kaki kanan dan bersujud hormat dengan tangan
beranjali ke arah Tathagata. Pada waktu itu, mereka mengagungkan Tathagata
dengan gatha-gatha berikut:
Oh Jina, wujud-Mu sempurna bagaikan bulan purnama.
Oh Jina, ribuan sinar cahaya-Mu bagaikan mentari.
Oh Jina, mata-Mu tanpa noda bagaikan kelopak teratai.
Oh Jina, gigi-Mu sempurna bagaikan tangkai teratai.
Oh Jina, kebajikan-Mu bagaikan samudra,
Merupakan sumber dari banyak permata.
Oh Jina, samudra-Mu terisi dengan air prajna,
Dan dengan seratus ribu konsentrasi.
Oh Jina, telapak kaki-Mu terukir dengan cakra-cakra,
Bundar sempurna dan dengan seribu jeruji.
Tangan-Mu dan kaki-Mu berjaring jala cahaya;
Jaring-jaring kaki-Mu seperti raja para angsa.
Oh Jina, Engkau seperti gunung keemasan.
Oh Jina, raja sempurna dari gunung keemasan,
Kebajikan-Mu seperti Gunung Sumeru.
Kami memuja-Mu, oh Jina, raja dari gunung.
Tathagata bagaikan bulan purnama
Dan juga menyerupai dan memenuhi ruang.
Kami bersujud kepada Jina sempurna.
Kemudian Tathagata mengucapkan gatha-gatha berikut kepada empat maharaja:
Oh kalian, empat penjaga dunia,
Dengan sepuluh daya kekuatan
Lindungilah dengan upaya tertinggi
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
Dengan cara ini, sutra berharga yang mendalam ini,
Yang memberikan kebaikan kepada semua makhluk,
Akan bertahan lama di Jambudvipa ini
Sebagai pelipur lara dan membawa manfaat bagi para makhluk.
Dengan cara ini, penderitaan alam-alam rendah,
Semua penderitaan makhluk-makhluk di alam-alam neraka
Dari ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu
Akan teredakan sepenuhnya.
Di sini di Jambudvipa ini,
Semua raja di negeri ini,
Akan merasakan kegembiraan luar biasa,
Dan akan memerintah sesuai dengan Dharma.
Ia yang membuat Jambudvipa tenang,
Sangat berlimpah dan penuh kegembiraan,
Akan membuat para makhluk di seluruh Jambudvipa
Penuh kedamaian.
Di sini, raja para manusia yang bergembira
Dalam membawa kebahagiaan bagi mereka sendiri dan negeri mereka
Dan yang bergembira dalam membuat makmur kerajaan mereka
Harus mendengarkan Sutrendrarajasutra ini.
Sutrendrarajasutra ini
Sepenuhnya menghancurkan musuh-musuh eksternal,
Menghalau kumpulan pasukan asing,
Menghilangkan ketakutan mereka yang takut dan miskin
Dan menyebabkan kebajikan tertinggi.
Seperti halnya pohon permata – sangat indah dan merupakan sumber dari
semua kebajikan –
Menjulang sebagai perhiasan di tengah-tengah sebuah rumah,
Begitu juga sutra teragung dari semua sutra ini seharusnya dipandang
Oleh mereka yang menginginkan kebajikan para raja.
Seperti halnya air dingin menghilangkan dahaga
Seseorang yang tersiksa kepanasan,
Begitu juga sutra teragung dari semua sutra ini menyenangkan
Para raja yang haus akan kebajikan.
Seperti memiliki sebuah kotak permata, sumber dari semua permata,
Yang berada dalam telapak tangan seseorang,
Demikianlah sutra teragung dari semua sutra,
Suvarnaprabhasottama bertindak demi raja-raja para manusia.
Dihormati oleh kumpulan para dewa,
Dan dipuja oleh raja para dewa,
Sutra teragung dari semua sutra ini dijaga dengan hati-hati
Oleh empat pelindung dunia yang memiliki kekuatan ajaib yang ampuh.
Para Buddha di sepuluh penjuru
Terus-menerus mengingat sutra teragung dari semua sutra ini
Ketika sutra teragung dari semua sutra ini dibabarkan,
Para Buddha bermudita dengan mengucapkan ‘Baik sekali!’
Lebih lanjut, seratus ribu juta yaksha
Dengan ketertarikan dan kegembiraan luar biasa
Akan melindungi negeri-negeri di sepuluh penjuru
Di mana sutra teragung dari semua sutra ini berkumandang.
Kumpulan para dewa yang tak terbayangkan
Yang berdiam di Jambudvipa
Akan mendengarkan sutra teragung dari semua sutra ini
Dengan kegembiraan luar biasa.
Para dewa akan memperoleh karisma,
Kekuasaan dan antusiasme.
Wujud suci mereka yang sangat mempesona
Akan meningkat dan semakin meningkat luar biasa.
Setelah mendengar gatha-gatha demikian dari Tathagata, keempat maharaja
merasa kagum, terpesona dan bergembira. Terdorong oleh daya kekuatan Dharma,
mereka menjadi terharu dan menitikkan air mata. Kemudian, sambil menyeka air
mata mereka, dengan kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan tak
terbayangkan, dengan tubuh tegak, bagian-bagian tubuh mereka bergetar, mereka
menebarkan bunga-bunga mandarava surgawi yang berlimpah kepada Tathagata.
Setelah menebarkan bunga-bunga kepada Tathagata, mereka bangkit dari tempat
duduk mereka, meletakkan jubah bagian atas di satu pundak, berlutut dengan kaki
kanan dan bersujud kepada Tathagata. Beranjali dengan penuh hormat, mereka
mengatakan demikian kepada beliau:
“Oh Bhagavan, demi melindungi dan menjaga para bhikshu yang membabarkan
Dharma, kami empat maharaja, masing-masing dengan 500 yaksha, akan selalu
mengikutinya.”
Inilah akhir dari bab ke-7, Bab Tentang Empat Maharaja, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 8
BAB TENTANG SARASVATI
Kemudian Mahadewi Sarasvati, meletakkan jubah bagian atas di satu pundak,
berlutut dengan kaki kanan dan bersujud penuh hormat dengan tangan beranjali
kepada Tathagata, berkata demikian:
“Oh Bhagavan, saya, Dewi Sarasvati, juga akan memberkati bhikshu yang
membabarkan Dharma dengan kefasihan berbicara untuk memperindah ucapannya.
Saya akan memberikannya dharani. Saya akan selalu membuatnya memiliki ucapan
yang penuh daya. Saya akan memberikan cahaya agung pengetahuan kepada
bhikshu yang membabarkan Dharma. Jika ia kehilangan atau lupa satu kata atau
satu huruf dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, saya akan memberikan
semua suara-suara, huruf-huruf dan kata-kata yang pasti kepada bhikshu yang
membabarkan Dharma. Saya akan memberikannya dharani agar
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra tidak hilang dan bertahan lama, tanpa
lenyap dari Jambudvipa demi kepentingan makhluk-makhluk yang menanam akarakar
kebajikan di hadapan ratusan ribu Buddha, Bhagavan, sehingga makhlukmakhluk
yang banyak ini dapat mengembangkan prajna tajam tak terbayangkan
setelah mendengarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, dapat menerima
kekayaan prajna yang tak terbayangkan, memiliki energi luar biasa dalam kehidupan
ini dan menikmati meningkatnya daya hidup, memiliki kumpulan punya tak
terbayangkan, mencari berbagai upaya kreatif, berpengetahuan dalam semua risalat
dan memiliki keahlian sempurna dalam berbagai macam seni dan keterampilan.
“Saya akan menjelaskan seni pemandian yang diberkati dengan mantra dan obatobat
aromatik demi kebahagiaan bhikshu yang membabarkan Dharma dan demi
para makhluk yang mendengarkan Dharma. Ini akan meredakan semua klesha yang
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh planet, meteor-meteor, kelahiran dan kematian;
ini akan mengakhiri konflik-konflik, pertengkaran, peperangan, kekacauan, mimpimimpi
buruk, gangguan-gangguan dari Vinayaka dan semua penyihir dan mayat
hidup (zombi). Obat-obat aromatik dan mantra-mantra yang digunakan untuk
pemandian oleh para bijaksana adalah: (1) vacha, (2) gorochana, (3) sprkka, (4)
shirisa, (5) shamyaka, (6) shami, (7) indrabasta, (8) mahabhaga, (9) jnamaka, (10)
agaru, (11) tvach, (12) shriveshtaka, (13) gandarukam/damar dari sarja, (14) shallaki,
(15) guggulu, (16) tagara, (17) patra, (18) shaileya, (19) chandana, (20) manahshila,
(21) sarochana, (22) kushtha, (23) kunkuma, (24) musta, (25) sarshapa, (26) nalada,
(25) chavya, (28) sukshmaila, (29) ushira dan (30) nagakesara.
Memperhatikan tibanya bintang Pushya,
Buatlah bahan-bahan ini dalam porsi yang sama.
Kemudian berkahilah bubuk tersebut
Dengan mantra ini seratus kali:
TADYATHA SUKRTE KRTA KAMALIJANAKARATE / HAMKARATE/ INDRAJALI
/ SHAKADDREPASHADDRE / ABARTAKSIKE / NA KUTRAKU / KAPILA
KAPILAMATI / SHILAMTI / SANDHI DHUDHUMAMABATI / SHIRI SHIRI /
SATYASHITE SVAHA
Gambarkan lingkaran gaib dengan kotoran sapi
Dan tebarkan bunga-bunga di sana.
Dalam bejana emas dan bejana perak
Masukkan madu.
Tempatkan di sana empat orang lelaki
Mengenakan tameng pelindung dan berdiri dalam posisi siaga.
Tempatkan juga empat pelayan,
Sepenuhnya dihiasi dan memegang vas-vas.
Selalu wangikan dengan bdellium
Dan mainkan musik lima simbal.
Sepenuhnya hiasi para dewi.
Dengan payung-payung, panji-panji kejayaan dan bendera-bendera.
Secara berkala, letakkan cermin-cermin,
Panah-panah dan tombak-tombak.
Kemudian, gambarkan garis pembatas,
Dan mulailah apa yang perlu dilakukan.
Lafalkan mantra berikut
Mulai gambarkan garis pembatas:
SAYADYATHEDANA ARAKE / NAYANE / HILE / MILE / GILE / KHIKHILE
SVAHA
Lakukan upacara pemandian di belakang gambar Tathagata, lafalkan mantra ini
untuk memastikan kedamaian selama proses pemandian:
TADYATHA SAGATE / BIGATE BIGATABATI SVAHA
Lindungilah kehidupan, oh engkau bintang-bintang yang bergerak
Yang bersemayam di keempat penjuru.
Agar pengaruh-pengaruh perbintangan pada saat kelahiran,
Ketakutan karena tindakan-tindakan yang telah dilakukan
Dan ketakutan yang mengerikan karena gangguan elemen-elemen dihilangkan!
TADYATHA SHAME / BISHAME SVAHA / SAGATE / BIGATE SVAHA /
SIKHATINATE SVAHA / SAGARASAMBHUTAYA SVAHA / SKANDAMATRAYA
SVAHA / NILAKANTHAYA SVAHA / APARAJITABIYAYA SVAHA /
HIMABATASABHUTAYA SVAHA / ANIMILABAKTRAYA SVAHA /
NAMOBHAGATE / BRAMANE / NAMAH SARASVATYAI DEBYAI
SIDAMHYATUMANTRAPADA / DAMBRAHMA ANUMANYATU SVAHA
Demi bhikshu yang membabarkan Dharma, mereka yang mendengarkan dan
mereka yang menulisnya, saya sendiri akan pergi ke tempat pemandian tersebut.
Bersama dengan kumpulan para dewa, saya akan sepenuhnya meredakan semua
penyakit di tempat-tempat ibadah, desa-desa, kota-kota besar dan kota-kota kecil.
Saya akan sepenuhnya meredakan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh
pengaruh planet-planet, pertikaian, pertengkaran, bintang-bintang, kelahiran, mimpimimpi
buruk, gangguan-gangguan oleh Vinayaka, pemfitnah dan semua penyihir
serta mayat hidup (zombi) sehingga daya hidup para bhikshu, bhikshuni, upasaka
dan upasika yang memegang sutra teragung dari semua sutra ini terbantu, sehingga
mereka terbebas dari samsara, maju tanpa mundur menuju penggugahan yang tak
terbandingkan, lengkap dan sempurna, dan mereka segera mencapai keadaan
penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna dari para Buddha.”
Kemudian Tathagata memuji Dewi Sarasvati dengan cara ini: “Baik sekali! Baik
sekali Mahadewi Sarasvati! Engkau telah datang ke dunia untuk menciptakan
manfaat yang luar biasa bagi banyak makhluk dan memberikan kebahagiaan kepada
mereka. Kata-kata yang engkau ucapkan, disertai mantra dan obat-obatan, memang
telah diucapkan dengan baik.”
Kemudian Dewi Sarasvati bersujud di kaki Tathagata dan duduk di satu sisi.
Kemudian, menarik perhatian Mahadewi Sarasvati, guru dan pembabar Brahmana
Kaundinya berkata:
Seorang mahashramana, Mahadewi Sarasvati layak dipuja.
Tambang agung kebajikan, engkau memberikan anugerah agung di seluruh
dunia.
Sangat cantik, engkau berdiri dengan satu kaki
Dan mengenakan pakaian yang terbuat dari rerumputan.
Semua dewa berkumpul di sini memohon engkau demikian:
Berbicaralah; ucapkan kata-kata baik yang penuh kebajikan kepada para
makhluk!
SAYADYATHEDANA MURE / CIRE / ABAJE ABAJABATI / HINGULE /
PINGALABATI / MANGUSHE / MARICI / SAMATI / DASHAMATI / AGRIMGRI /
TARA CHITARA / CHICHIRI SHIRI MIRI / MARICI PRANAYE / LOKAJAYRETHE
LOKASHRERETHE / LOKAPRIYE SIDDHIPRITE / BHIMALAMUKHI SHUCI
KHARI / APRATIHATE / APRATEHATA / BUDDHE / NAMUCI NAMUCI /
MAHADEBI PRATIGRIHNA NAMASKARAM
Agar kecerdasan saya tidak terhalang. Agar risalat-risalat dan tantra yang berbentuk
syair, Tripitaka dan karya-karya puisi menjadi anugerah bagi mantra-mantra
pengetahuan ajaib saya.
TADYATHA MAHAPRABHAVE / HILI HILI / MILI MILI
Melalui daya ajaib dari Mahadewi Sarasvati, agar saya berjaya!
KARATE KEYURE / KEYURABATI / HILI MILI / HILI MILI / HILI HILI
Melalui daya kekuatan kebenaran para Buddha, melalui daya kekuatan kebenaran
Dharma, melalui daya kekuatan kebenaran Sangha, melalui daya kekuatan
kebenaran Indra, melalui daya kekuatan kebenaran Varuna, melalui daya kekuatan
kebenaran dari mereka yang mengucapkan kata-kata kebenaran di dunia, dan daya
kekuatan kebenaran itu sendiri, saya akan mengundang kehadiran Mahadewi
Sarasvati.
TADYATHA HILI HILI / HILI MILI / HILI MILI
Agar saya sepenuhnya berjaya! Hormat kepada Bhagavati, Mahadewi Sarasvati!
Agar engkau membuat dan menganugerahkan saya kesuksesan dalam kata-kata
mantra rahasia saya!”
Kemudian guru dan pembabar Brahmana Kaundinya melantunkan pujian kepada
Mahadewi Sarasvati:
Oh kalian kumpulan para bhuta, dengarkanlah saya!
Saya akan melantunkan pujian atas kebajikan dewi agung yang berwajah agung
tanpa noda.
Beliau adalah pemimpin para dewi, yang terbaik di antara wanita-wanita mulia
Dalam dunia para dewa, gandharva dan para pemimpin asura.
Bagian-bagian tubuh beliau dihiasi berbagai kebajikan;
Beliau bersinar terang dengan punya; bermata lebar, disebut Sarasvati
Beliau sepenuhnya memiliki kebajikan prajna murni.
Dan menyerupai kumpulan permata berharga.
Saya memuji kebajikan dari kefasihan bicaranya yang luar biasa.
Beliau memberikan anugerah agung
Mantra-mantra dan kualitas-kualitas agung nan sempurna.
Beliau laksana teratai yang bersinar terang, murni tanpa noda.
Matanya suci dan tak terbandingkan.
Sumber kebajikan, beliau memancarkan cahaya untuk melihat kebajikan.
Beliau dihiasi kualitas-kualitas tak terbayangkan.
Cahaya-Nya terang laksana bulan.
Suatu tambang dari prajna agung dan smrti yang sejuk,
Beliau adalah singa betina dan kendaraan terbaik bagi para manusia.
Beliau dihiasi delapan lengan,
Dan tampak bagaikan bulan purnama.
Memiliki prajna mendalam.
Beliau memiliki suara indah dan irama yang mempesona.
Seorang makhluk yang luar biasa, beliau membantu mencapai tujuan tertinggi.
Dihormati oleh pemimpin para dewa dan asura,
Beliau terkenal di kediaman-kediaman surgawi dewa;
Dan di alam-alam para bhuta, beliau terus-menerus dipuja. Svaha!
Saya bersujud kepada Dewi Sarasvati.
Agar beliau menganugerahkan saya tumpukan kebajikan yang luar biasa;
Agar beliau menganugerahkan saya kesuksesan dalam setiap upaya
Dan beliau selalu melindungi saya di tengah-tengah para musuh.
Jika seseorang bangun di pagi hari, dan dengan jelas mengucapkan
Kata-kata ini seluruhnya, setiap suku kata secara lengkap,
Semua keinginan akan terpenuhi, ia akan memiliki kekayaan dan biji-bijian,
Dan memperoleh kebajikan luar biasa dan segala kesuksesan.
Inilah akhir dari bab ke-8, Bab Tentang Sarasvati, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 9
BAB TENTANG SHRI
Kemudian Mahadewi Shri berkata demikian kepada Tathagata: “Bhagavan, saya,
Mahadewi Shri juga akan memberikan kegembiraan dan kebahagiaan kepada
bhikshu yang membabarkan Dharma. Saya akan mempersembahkan pakaian,
makanan, tempat tidur, obat untuk menyembuhkan penyakit, dan banyak bendabenda
terbaik untuk memastikan agar bhikshu yang membabarkan Dharma memiliki
sumber daya terbaik, terbebas dari kemiskinan, agar citta-nya sehat sejahtera,
memiliki citta yang damai siang dan malam, mengingat berbagai kata-kata dan suku
kata dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, menganalisanya dan
mengucapkannya secara jelas sehingga para makhluk dapat menanam akar-akar
kebajikan terhadap ratusan ribu Buddha, agar Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra dapat bertahan lama di Jambudvipa dan tidak segera lenyap,
agar para makhluk dapat mendengarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra,
dan mengalami kebahagiaan dewa dan manusia selama ratusan ribu juta kalpa, agar
kelaparan tidak akan terjadi, agar hasil panen berlimpah dan agar para makhluk
memiliki segala hal yang meningkatkan kebahagiaan, berada bersama para
Tathagata dan di masa mendatang, mencapai penggugahan yang lengkap dan
sempurna, dan agar penderitaan para makhluk di alam-alam neraka, alam hewan
dan alam Yama berakhir sepenuhnya.”
Pada suatu masa, muncul Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha bernama
Ratnakusumagunasagaravaiduryakanakagirisuvarnakanchanaprabhasashri yang
pada-Nya Mahadewi Shri telah menanam akar-akar kebajikan. Sekarang, Mahadewi
Shri mempertimbangkan berbagai penjuru, menjaga berbagai penjuru, dan pergi ke
berbagai penjuru. Ia membawa kebahagiaan bagi ratusan ribu juta makhluk,
memberikan mereka makanan, minuman, kekayaan, biji-bijian, kulit-kulit kerang,
emas, permata, mutiara, lapis lazuli, keong, kristal, batu koral, perak dan emas murni
yang belum ditempa. Para makhluk tersebut juga tidak akan mengalami kekurangan
benda-benda lainnya. Mereka akan mendapatkan apapun yang mereka butuhkan
dan gunakan. Melalui daya kekuatan Dewi Shri, mereka akan memberikan
penghormatan kepada Tathagata tersebut. Mereka akan mempersembahkan bungabunga,
dupa dan wewangian. Jika nama Mahadewi Shri diucapkan tiga kali, jika
bunga-bunga, dupa dan wewangian dipersembahkan kepada Tathagata tersebut,
dan jika makanan dengan berbagai cita rasa juga dipersembahkan, maka kumpulan
biji-bijian akan bertambah banyak sekali. Dengan demikian, ini akan terjadi:
Kesuburan tanah akan meningkat di bumi;
Para dewa akan selalu bermudita.
Dewa-dewa buah, hasil panen, belukar dan semak-semak
Akan membuat segala hasil panen berlimpah dalam segala kondisi.
Mahadewi Shri akan mengingat para makhluk yang melafalkan nama
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Dengan demikian, mereka akan
mendapatkan keagungan luar biasa. Mahadewi Shri bersemayam di istana
Adakavati di taman agung Punyakusumaprabha di kediaman agung yang disebut
Suvarnadhvaja yang terbuat dari tujuh jenis ratna manikam. Siapapun yang ingin
meningkatkan kumpulan biji-bijian harus sepenuhnya membersihkan rumahnya,
membersihkan diri dengan baik dan mengenakan pakaian putih yang wangi dan
bersih. Memberikan penghormatan kepada Ratnakusumagunasagaravaiduryakanakagirisuvarnakanchanaprabhasashri,
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha,
mereka harus mengucapkan nama beliau tiga kali. Dengan bantuan dari Mahadewi
Shri, mereka harus memuja Tathagata dengan mempersembahkan bunga-bunga,
wewangian dan dupa dan makanan dengan berbagai cita rasa. Mereka harus
melafalkan nama Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, tiga kali. Mereka harus
mengucapkan kata-kata kebenaran. Begitu juga, jika Mahadewi Shri dihormati, jika
bunga-bunga dipersembahkan dan juga wewangian dan makanan dengan berbagai
cita rasa, maka melalui daya kekuatan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra,
Mahadewi Shri akan menjaga rumah tersebut. Kumpulan biji-bijian di rumah tersebut
akan meningkat. Mereka yang ingin mengundang kehadiran Mahadewi Shri harus
mengingat mantra-mantra berikut:
Sujud kepada semua Buddha masa lampau, sekarang dan yang akan datang!
Sujud kepada semua Buddha dan Bodhisattva!
Sujud kepada para Bodhisattva seperti Maitreya!
Dalam memberikan penghormatan kepada Mereka, saya akan menggunakan
mantra-mantra berikut. Melalui mantra-mantra ini, agar saya berhasil!
SAYADAYATHEDANA / PRATIPURNAVARE / SAMANTADARSHANE /
MAHABIHAGATE / SAMANTABEDANAGATE / MAHAKARAMYAPRATIPRABANE
/ SATTVAARTHASAMANTANUPRAPURE / AYANADHARMATA
MAHABHOGINE / MAHAMAITREUPASAMHIHE / HITAISHI SAMGRIHITE /
TESAMARTHANUPALANI
Ketika memberikan inisiasi dari mahkota kepala, ini adalah kata-kata tanpa gagal
yang secara sempurna memberikan realisasi shunyata dalam satu kata mantra
mengenai shunyata. Makhluk-makhluk yang ditempatkan di tengah-tengah, dengan
akar-akar kebajikan, terbebas dari hal-hal negatif yang tak terkatakan, harus
melafalkan dan memegang mantra ini selama tujuh tahun dan menjalankan
Hastasila. Kemudian, agar mereka dan semua makhluk menyempurnakan prajna
pengetahuan sempurna, mereka harus mempersembahkan bunga-bunga dan dupa
kepada para Buddha di pagi dan sore hari, dan berkata: “Agar keinginan saya segera
terpenuhi.”
Baik di vihara maupun di tempat-tempat retret di hutan, mereka harus membersihkan
kediaman tersebut, menggambar sebuah lingkaran dari kotoran sapi,
mempersembahkan dupa dan wewangian dan menyediakan tempat duduk yang
bersih. Menebarkan bunga-bunga di tanah, mereka harus duduk di atasnya.
Kemudian, pada saat itu, Mahadewi Shri akan muncul dan berdiam di tempat
tersebut. Ia akan memastikan tidak akan ada kemiskinan di rumah, desa, kota besar,
kota kecil, vihara atau tempat-tempat retret di hutan tersebut. Tempat itu akan
dipenuhi dengan semua perlengkapan, emas, permata, kekayaan dan biji-bijian.
Makhluk-makhluk akan dibuat nyaman dengan segala sesuatu yang memberikan
kenyamanan. Apapun akar-akar kebajikan yang mereka kumpulkan, bagian terbesar
sejogianya dipersembahkan kepada Mahadewi Shri. Kemudian, selama mereka
hidup, Mahadewi Shri akan tetap berada di tempat tersebut dan semua keinginan
mereka akan terpenuhi.
Inilah akhir dari bab ke-9, Bab Tentang Mahadewi Shri, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 10
BAB TENTANG DEWI BUMI DRDHA
Sujud kepada Bhagavan Tathagata Ratnashikhin.
Sujud kepada Bhagavan Tathagata Vimalojjvalaratnarashmiprabhasaketu.
Sujud kepada Tathagata Suvarnajambudhvajakanchanabha.
Sujud kepada Tathagata Suvarnabhasagarbha.
Sujud kepada Tathagata Suvarnashatarashmiprabhasaketu.
Sujud kepada Tathagata Suvarnaratnakaracchatrakuta.
Sujud kepada Tathagata Suvarnapushpojjvalarashmiketu.
Sujud kepada Tathagata Mahapradipa.
Sujud kepada Tathagata Ratnaketu;
Sujud kepada Bodhisattva bernama Ruchiraketu,
Bodhisattva bernama Suvarnabhasottama,
Bodhisattva bernama Suvarnagarbha,
Bodhisattva bernama Sadaprarudita,
Bodhisattva bernama Dharmodgata;
Sujud kepada Tathagata di sebelah Timur bernama Akshobhya,
Di sebelah Selatan Tathagata bernama Ratnaketu,
Di sebelah Barat Tathagata bernama Amitayus,
Di sebelah Utara Tathagata bernama Dundubhisvara.
Siapapun yang memegang, melafalkan dan menghafalkan nama-nama para
Tathagata dan para Bodhisattva ini akan selalu mengingat kehidupan-kehidupan
lampau mereka.
Kemudian dewi bumi Drdha berkata demikian kepada Tathagata: “Oh Bhagavan,
sekarang dan di masa mendatang, di desa-desa, kota-kota besar, kota-kota kecil,
lembah-lembah, tempat-tempat retret di hutan, lembah-lembah yang dipenuhi
tanaman-tanaman obat, atau istana-istana, di manapun Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra berada, maka oh Bhagavan, saya, Drdha, dewi bumi akan pergi
ke tempat-tempat tersebut, baik di desa-desa, kota-kota besar, kota-kota kecil,
lembah-lembah, tempat-tempat retret di hutan, lembah-lembah yang dipenuhi
tanaman-tanaman obat maupun istana-istana. Oh Bhagavan, di manapun
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra dibabarkan dengan baik dan ekstensif, di
manapun singgasana untuk bhikshu pembabar telah ditata, dan di manapun bhikshu
pembabar tersebut duduk dan secara sempurna mengajarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, oh Bhagavan, saya, dewi bumi Drdha
akan pergi ke tempat-tempat tersebut. Tanpa terlihat, saya akan berada di bawah
singgasana Dharma itu. Dengan kepala saya yang paling berharga, saya akan
menopang telapak kaki bhikshu tersebut. Saya juga akan mendengarkan Dharma
dan menyenangkan diri saya dengan amrita Dharma. Saya akan sepenuhnya
menghormatinya. Saya akan sepenuhnya memujanya. Saya akan bersenang hati.
Saya akan melakukan tindakan-tindakan mulia. Bersenang hati, saya akan
menyuburkan bumi dengan nutrisi-nutrisi esensial, sebanyak tanah sejauh 68.000
yojana dari vajrasana. Saya akan bersujud dan menyempurnakannya. Selain itu
juga, saya akan melembabkan lapisan bumi ini sampai batas samudra dengan
minyak esensial dari bumi. Saya akan membuat bumi agung ini berkilau dengan
cahaya terang. Oleh karena itu, rerumputan, semak-semak, tanaman-tanaman obat
dan hutan-hutan di Jambudvipa ini akan tumbuh berkilauan. Semua jenis taman,
hutan, pepohonan megah, dedaunan, bunga-bunga, buah dan hasil panen juga akan
menjadi sangat berkilauan. Semuanya akan memiliki aroma wangi, minyak esensial
dan rasa yang nikmat. Semuanya akan indah dipandang dan besar dalam ukuran.
Makhluk-makhluk ini akan mencari berbagai jenis minuman dan makanan. Dengan
mengonsumsinya, umur, penampilan yang cerah dan kekuatan mereka akan
meningkat secara drastis. Dengan meningkatnya keagungan, kekuatan dan
penampilan yang cerah serta memiliki tubuh yang kuat, mereka akan menyelesaikan
ratusan dan ribuan aktivitas yang berbeda-beda di bumi ini. Mereka akan tekun.
Mereka akan berusaha keras. Mereka akan melakukan tindakan-tindakan yang
memberikan kekuatan. Oh Bhagavan, melalui cara-cara ini Jambudvipa akan damai,
mempunyai hasil panen yang baik, makmur dan berada dalam keadaan
kegembiraan yang tenang. Jambudvipa ini akan dipenuhi banyak manusia. Semua
makhluk di Jambudvipa akan bahagia dan akan mengalami kegembiraan yang
berlimpah. Makhluk-makhluk ini akan memiliki penampilan yang cerah, tubuh yang
kuat, karisma dan kekuatan yang luar biasa. Demi Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra, saya akan berada bersama bhikshu, bhikshuni, upasaka, atau
upasika yang menjunjung sutra teragung dari semua sutra ini dan yang duduk di atas
singgasana Dharma.
“Setelah berada di sana, demi kesejahteraan, kebahagiaan dan semua makhluk, dan
dengan citta yang sangat tajam, saya akan memohon para pembabar tersebut untuk
mengajarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra secara ekstensif.
Mengapa? Karena jika Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra diajarkan dengan
jelas, maka saya, Drdha, dewi bumi bersama dengan para pengiring saya akan
memiliki cahaya yang berkilau terang dan kekuatan yang luar biasa. Ajaran ini akan
membangkitkan kekuatan yang besar, kegembiraan yang luar biasa dan
keperkasaan dalam tubuh kami. Tubuh kami akan memperoleh keunggulan, karisma
dan keagungan. Oh Bhagavan, saya, Drdha, dewi bumi akan disenangkan hati
dengan amrita Dharma ini. Dengan mendapatkan karisma, kekuatan, ketekunan dan
keperkasaan yang luar biasa, nutrisi-nutrisi esensial bumi di Jambudvipa ini yang
terdiri dari 7.000 akan meningkat luar biasa. Bumi agung ini akan menjadi berkilauan.
Oh Bhagavan, makhluk-makhluk yang mengandalkan bumi ini akan bertambah,
tumbuh dan berkembang. Mereka akan menjadi luar biasa. Setelah makhlukmakhluk
yang berada di bumi ini menjadi luar biasa, mereka akan menikmati
kesejahteraan materi dan berbagai hal-hal yang bermanfaat. Mereka akan
mengalami kebahagiaan. Mereka akan menikmati makanan dan minuman, berbagai
macam buah kering, pakaian, tempat tidur, kediaman, rumah-rumah, istana-istana,
taman, sungai-sungai, kolam-kolam, mata air, danau, danau kecil dan sumber air,
berbagai sumber daya dan sarana yang ada di bumi, yang berasal dari bumi dan
tergantung pada bumi. Karena ini, oh Bhagavan, semua makhluk akan bersyukur
dan membalas kebaikan saya. Tanpa diragukan, mereka akan menghargai,
mendengarkan, menghormati, memuliakan dan memuja Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.
“Oh Bhagavan, makhluk-makhluk akan meninggalkan rumah dan suku mereka
masing-masing agar dapat hadir di hadapan pembabar Dharma. Setelah tiba di
sana, mereka akan mendengarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
Setelah mendengarnya, mereka akan kembali ke suku, rumah, desa dan kota
mereka masing-masing. Kepada orang-orang yang ada di rumah dan kepada satu
sama lain, mereka akan berkata, ‘Hari ini kami telah mendengar Dharma yang
mendalam. Hari ini, kami memiliki kumpulan punya yang tak terbayangkan. Tindakan
dari mendengarkan Dharma telah menyenangkan ratusan ribu juta Tathagata.
Dengan mendengarkan Dharma hari ini, makhluk-makhluk di neraka akan
sepenuhnya terbebaskan. Makhluk-makhluk di dunia Yama, hewan dan preta juga
akan sepenuhnya terbebaskan. Dengan mendengarkan Dharma hari ini, di masa
mendatang selama ratusan ribu kelahiran, kami akan dilahirkan sebagai dewa dan
manusia.’ Jika mereka yang tinggal di rumah masing-masing, menunjukkan kepada
makhluk lain bahkan hanya satu contoh dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra, atau membuat makhluk lain mendengar bahkan hanya satu bab
dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, satu cerita tentang kejadian masa
lampau, hanya satu nama Bodhisattva, hanya satu nama Tathagata, hanya satu
gatha berbaris empat, hanya satu kata, atau bahkan hanya nama
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra atau, oh Bhagavan, jika makhluk-makhluk
ini di berbagai tempat menyebutkan berbagai baris penalaran dari sutra ini kepada
makhluk lain, atau membuat mereka mendengarnya, atau menceritakannya, maka
Bhagavan, semua tempat tersebut akan menjadi sangat berkilauan. Berbagai nutrisi
bumi dan sumber daya akan tumbuh berlimpah di tempat-tempat tersebut demi
semua makhluk, akan bertambah dan berkembang luar biasa. Dengan demikian,
semua makhluk akan sejahtera. Mereka akan mempunyai banyak kekayaan dan
sumber daya, dan akan bermurah hati. Mereka akan mempunyai keyakinan yang
kuat terhadap Triratna.”
Setelah dijabarkan demikian, Tathagata berkata berikut kepada dewi bumi Drdha:
“Oh, dewi bumi Drdha, jika ada makhluk yang mendengar bahkan hanya satu kata
dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, maka setelah meninggal dunia,
mereka akan dilahirkan sebagai dewa di Surga Trayastrimsha. Oh dewi bumi, demi
menghormati Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, jika ada makhluk yang
menghiasi tempat-tempat tersebut bahkan dengan satu payung, satu bendera, atau
satu potongan kain, maka tempat-tempat yang dihiasi tersebut, oh dewi bumi, akan
menjadi istana-istana surgawi yang terbuat dari tujuh jenis ratna manikam, dihiasi
dengan segala hiasan, di antara tujuh tingkatan kediaman para dewa di Kamadhatu.
Ketika makhluk-makhluk tersebut meninggalkan alam manusia ini, mereka akan
dilahirkan di istana-istana surgawi yang terbuat dari tujuh jenis ratna manikam. Oh
dewi bumi, makhluk-makhluk tersebut akan dilahirkan tujuh kali di setiap istana
surgawi tersebut yang terbuat dari tujuh jenis ratna manikam. Mereka akan
mengalami kebahagiaan surgawi yang tak terbayangkan.
Setelah Tathagata mengatakan ini, dewi bumi Drdha berbicara demikian kepada
Tathagata: “Oleh karena itu, Bhagavan, saya, Drdha, dewi bumi akan berdiam di
wilayah-wilayah bumi tersebut yang berada di bawah tempat duduk bhikshu yang
menduduki singgasana Dharma. Agar Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra
bertahan lama di Jambudvipa untuk memberi manfaat bagi mereka yang telah
menanam akar-akar kebajikan terhadap ratusan ribu Buddha, agar
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra tidak cepat menghilang, dengan demikian
agar makhluk-makhluk akan mendengar Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra,
agar di masa mendatang, mereka akan mengalami kebahagiaan yang tak
terbayangkan dari para dewa dan manusia selama ratusan ribu juta kalpa, agar
mereka berada bersama para Tathagata dan di masa mendatang akan mereka
mencapai penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna, dan agar
penderitaan di alam-alam neraka, alam hewan dan alam Yama akan sepenuhnya
berakhir, saya akan membuat tubuh saya tidak terlihat dan menyentuhkan bagian
tubuh saya yang paling berharga, kepala saya, ke telapak kaki bhikshu yang
membabarkan Dharma.”
Inilah akhir dari bab ke-10, Bab Tentang Dewi Bumi Drdha, dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 11
BAB TENTANG SAMJNAYA
Kemudian jenderal agung para yaksha bernama Samjnaya, bersama dengan 28
jenderal agung para yaksa, bangkit dari tempat duduknya, meletakkan jubah bagian
atas di satu pundak, dan berlutut dengan kaki kanan. Bersujud dengan hormat ke
arah Tathagata, ia berkata demikian kepada Tathagata:
“Oh Bhagavan, sekarang atau di masa mendatang, di desa-desa, kota-kota besar,
kota-kota kecil, lembah-lembah, tempat-tempat-tempat retret di hutan, lembahlembah
berbukit yang dipenuhi tanaman-tanaman obat, atau istana-istana, di
manapun Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra berada, oh Bhagavan, saya,
Samjnaya, jenderal agung para yaksha, bersama dengan 28 jenderal agung para
yaksha, akan pergi ke desa-desa, kota-kota besar, kota-kota kecil, lembah-lembah,
tempat-tempat retret di hutan, lembah-lembah berbukit yang dipenuhi tanamantanaman
obat, atau istana-istana tersebut. Dengan membuat tubuh kita tidak terlihat,
kami akan melindungi bhikshu yang membabarkan Dharma. Kami akan memberinya
perlindungan, menjaga dan merawatnya, membuatnya terhindar dari hukuman dan
membuatnya damai dan sejahtera. Kami akan sepenuhnya melindungi para pria,
wanita, anak laki-laki atau anak perempuan yang mendengarkan Dharma ini. Kami
akan sepenuhnya melindungi mereka yang mendengarkan dan mengingat sebuah
gatha berbaris empat atau bahkan satu kata dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra. Kami akan sepenuhnya melindungi mereka yang mendengar dan
mengingat satu nama Bodhisattva dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra,
satu nama Tathagata, atau nama dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini.
Kami akan memberikan mereka perlindungan, menjaga dan merawat mereka,
membuat mereka terhindar dari hukuman dan membuat mereka damai dan
sejahtera. Kami juga akan sepenuhnya melindungi kelompok-kelompok orang
tersebut, rumah tangga, desa-desa, kota-kota besar, kota-kota kecil, tempat-tempat
retret di hutan dan istana-istana tersebut. Kami akan memberikan mereka
perlindungan, menjaga dan merawat mereka, membuat mereka terhindar dari
hukuman dan membuat mereka damai dan sejahtera.
“Oh Bhagavan, untuk alasan apa nama saya disebut Samjnaya, Jenderal Agung
Para Yaksha? Bhagavan mengetahui secara langsung alasannya. Oh Bhagavan,
saya mencari semua Dharma, sepenuhnya mencari semua Dharma dan memahami
semua Dharma. Oh Bhagavan, apapun dharma yang ada, apapun keberadaan dari
semua dharma dan bagaimanapun keberadaan dari semua dharma, apapun
banyaknya kategori dari semua dharma, oh Bhagavan, semua dharma, demikian
diketahui oleh saya. Oh Bhagavan, cahaya pengetahuan saya akan semua Dharma
adalah tak terbayangkan; kejelasan pengetahuan saya adalah tak terbayangkan
luasnya pengetahuan saya adalah tak terbayangkan, tubuh pengetahuan saya
adalah tak terbayangkan. Oh Bhagavan, luasnya semua Dharma sebagai objek
pengetahuan saya adalah tak terbayangkan. Oh Bhagavan, karena saya
sepenuhnya mencari, sepenuhnya menganalisa, sepenuhnya dan secara sempurna
memahami, sepenuhnya memeriksa dan sepenuhnya menghayati semua Dharma,
untuk alasan tersebut, oh Bhagavan, saya, jenderal agung para yaksha disebut
Samjnaya.
“Oh Bhagavan, saya akan menganugerahkan kefasihan berbicara kepada bhikshu
pembabar demi menghiasi ucapannya. Agar bhikshu pembabar tersebut tidak lelah
secara fisik, agar indera-indera tubuhnya sehat dan agar ia memiliki kegembiraan
luar biasa, saya akan memberikan kilauan cahaya ke dalam pori-porinya. Pada
dirinya, saya akan membangkitkan energi, kemampuan dan ketekunan. Saya akan
membuat cahaya pengetahuannya tak terbayangkan, menyebabkan ia mempunyai
smrti dan antusiasme yang luar biasa sehingga Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra dapat bertahan lama di Jambudvipa ini dan tidak cepat
menghilang, agar makhluk-makhluk yang telah menanam akar-akar kebajikan
terhadap ratusan ribu Buddha, dengan demikian dapat mendengarkan
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, dapat mencapai tubuh pengetahuan
yang tak terbayangkan, memiliki prajna, memiliki kumpulan punya yang tak
terbayangkan, mengalami kebahagiaan para dewa dan manusia yang tidak
terbayangkan selama ratusan ribu juta kalpa, berada bersama para Tathagata, dan
di masa mendatang mereka akan mencapai penggugahan yang tak terbandingkan,
lengkap dan sempurna, dan agar semua penderitaan di alam Yama, alam neraka
dan alam hewan sepenuhnya berakhir.”
Inilah akhir dari bab ke-11, Bab Tentang Samjnaya, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 12
BAB TENTANG RISALAT KERAJAAN BERJUDUL
KOMITMEN-KOMITMEN TEGUH TAK TERINGKARI DARI PARA RAJA DEWA
Sujud kepada Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha Ratnakusumagunasagaravaiduryakanakagirisuvarnakanchanaprabhasashri.
Sujud kepada Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha Shakyamuni, yang tubuh-
Nya dihiasi ratusan ribu juta kebajikan dan yang membuat cahaya Dharma ini
bersinar terang.
Sujud kepada Mahadewi Shri, yang memiliki kebajikan, biji-bijian dan
keberuntungan tak batas.
Sujud kepada Mahadewi Sarasvati, yang memiliki kualitas-kualitas prajna tak
terbatas.
“Kemudian pada waktu itu, pada saat itu, Raja Balendraketu mengatakan demikian
kepada putranya, Raja Ruchiraketu, yang telah ia nobatkan dan belum lama menjadi
raja: ‘Putraku, ada suatu risalat kerajaan yang disebut Komitmen-komitmen Teguh
Tak Teringkari dari Para Raja Dewa, dimana tidak lama setelah saya dinobatkan,
telah saya terima dari ayah saya Raja Varendraketu. Saya memerintah kerajaan
selama 20.000 tahun sesuai dengan risalat kerajaan tersebut dan sepanjang ingatan
saya tidak pernah melanggarnya bahkan satu saat pun. Oh, putraku, lalu apa risalat
kerajaan ini, Komitmen-komitmen Teguh Tak Teringkari dari Para Raja Dewa?
“Oh dewi agung, pada waktu itu, pada saat itu, Raja Balendraketu secara jelas
membabarkan Komitmen-komitmen Teguh Tak Teringkari dari Para Raja Dewa,
risalat kerajaan, kepada putranya Raja Ruchiraketu dalam gatha-gatha berikut:
Saya akan menjelaskan risalat kerajaan
Yang bermanfaat bagi semua makhluk,
Menebas keragu-raguan
Dan mempurifikasi setiap tindakan negatif.
Oh para raja, semuanya, satu per satu,
Berbahagialah!
Dengarkanlah dengan tangan beranjali
Seluruh Komitmen-komitmen Para Raja Dewa ini.
Di sini di Vajrakara, raja dari semua gunung,
Ketika para pemimpin dewa berkumpul,
Semua pelindung dunia berdiri
Untuk bertanya kepada Brahma, raja dewa:
‘Oh Brahma, engkau adalah dewa utama;
Engkau adalah raja para dewa
Agar engkau menebas semua kekhawatiran kami;
Agar engkau menghilangkan keragu-raguan kami.
Mengapa seorang raja yang dilahirkan di antara manusia disebut ‘dewa’?
Atas alasan apa ia disebut ‘devaputra’?
Terlahir di alam manusia,
Ia akan menjadi seorang raja manusia;
Bagaimana para dewa menggunakan kekuasaan raja dewa di antara manusia?’
Ketika Brahma ditanya demikian
Oleh para pelindung dunia,
Brahma, raja para dewa,
Menjawab demikian:
Karena para pelindung dunia bertanya demikian kepada saya,
Demi memberikan manfaat kepada semua makhluk
Saya akan mengungkapkan risalat agung ini.
Saya akan menjelaskan asal para raja
Yang terlahir di alam manusia
Dan dengan cara apa mereka
Menjadi para raja di negeri mereka.
Diberkahi oleh para raja dewa
Mereka memasuki rahim ibu mereka;
Setelah pertama-tama diberkahi oleh para dewa,
Sesudah itu mereka masuk ke rahim ibu mereka.
Begitu terlahir di dunia manusia,
Mereka menjadi raja para manusia.
Karena mereka terlahir dari para dewa;
Maka mereka disebut ‘devaputra.’
Memberikan mereka sebagian kekuasaan kerajaan
Dan mengatakan ‘Engkau adalah putra para dewa,’
Penguasa surgawi dari Trayastrimsha
Menciptakan para raja manusia tersebut dengan cara ini
Demi mengakhiri tindakan-tindakan negatif,
Mencegah apa yang bertentangan dengan Dharma
Dan mengarahkan makhluk-makhluk pada tindakan-tindakan bajik
Agar mereka menuju kediaman-kediaman surgawi.
Raja-raja para manusia – baik gandharva, raksasa
Kasta rendah, manusia maupun dewa – akan mengakhiri tindakan-tindakan
negatif.
Para pemimpin manusia ini, diberkati oleh para dewa
Untuk menunjukkan efek matangnya karma,
Adalah seperti orang tua bagi mereka yang melakukan kebajikan.
Mereka diberi kekuatan oleh para dewa
Untuk menunjukkan matangnya karma –
Dari tindakan-tindakan bajik yang telah dilakukan dan
Tindakan-tindakan negatif yang telah dilakukan dalam hidup ini.
Ketika para pemimpin mengabaikan
Tindakan-tindakan negatif yang dilakukan di negeri mereka
Dan mengabaikan mereka yang melanggar hukum
Gagal memberi ganjaran yang sesuai,
Karena mengabaikan tindakan-tindakan yang melanggar hukum
Maka yang bukan Dharma akan berkuasa.
Konflik-konflik dan tindakan-tindakan terselubung
Akan terjadi di wilayah tersebut berulang-ulang.
Pemimpin para dewa yang bersemayam di Trayastrimsha
Akan marah sekali.
Ketika seorang raja mengabaikan adanya
Pelaku-pelaku kejahatan di wilayahnya
Tindakan-tindakan terselubung yang mengerikan
Akan meruntuhkan dan menghancurkan negeri tersebut.
Dengan tibanya pasukan asing,
Negeri tersebut akan sepenuhnya terkalahkan.
Sumber daya dan bangsa juga akan hilang.
Mereka yang menimbun kekayaan
Melalui kecurangan dan tipu muslihat
Semua sarana akan saling dirampok.
Jika seorang raja tidak menjalankan fungsinya
Demi alasan dimana kerajaan telah dianugerahkan kepadanya,
Ia menghancurkan negerinya sendiri
Bagaikan pemimpin gajah menghancurkan kolam teratai.
Angin yang tak menguntungkan akan muncul;
Hujan yang tak menguntungkan akan turun;
Matahari dan bulan menjadi tak menguntungkan,
Dan begitu pula planet-planet dan bintang-bintang.
Di mana seorang raja bersikap lalai,
Kelaparan akan terjadi di negeri tersebut;
Bibit-bibit, hasil-hasil panen, bunga-bunga dan buah
Akan berhenti tumbuh dan berkembang.
Ketika seorang raja mengabaikan
Orang-orang yang melakukan kejahatan di negerinya,
Para dewa di kediaman mereka
Akan merasa tidak bahagia.
Raja-raja para dewa
Akan meratap satu sama lain:
‘Raja ini tidak mengikuti hukum, karena ia
Tetap berada di sisi tanpa hukum.’
Tidak lama lagi, raja ini akan menyebabkan
Kemurkaan para dewa.
Begitu para dewa menunjukkan kemurkaannya
Kerajaannya akan binasa.
Kekacauan akan terjadi di negeri itu;
Negeri tersebut juga akan hancur oleh senjata.
Berbagai tindakan tersembunyi, perselisihan dan penyakit
Akan terjadi.
Dikuasai kemarahan, pemimpin para dewa
Dan juga para dewa akan mengabaikannya.
Negeri tersebut akan berada dalam kehancuran,
Hanya kesedihan mendalam yang akan menemani raja tersebut.
Ia akan kehilangan orang-orang terkasihnya,
Saudara-saudara dan bahkan putra-putranya.
Ia juga akan berpisah dari istri tercintanya;
Putri-putrinya akan bertemu ajal.
Meteor-meteor akan berjatuhan;
Begitu juga gerhana matahari akan bermunculan.
Ketakutan terhadap pasukan-pasukan asing
Dan kelaparan akan terjadi.
Menteri-menterinya yang begitu dihargai, dan gajah-gajah tercinta
Serta unta-unta yang disayangi juga akan mati.
Rakyat akan merampas satu sama lain,
Menjarah rumah-rumah, sumber daya dan kekayaan.
Wilayah demi wilayah di seluruh negeri,
Mereka akan membantai sama sama lain dengan senjata.
Perkelahian, pertengkaran dan penipuan
Akan memecah-belah negeri mereka
Setan-setan akan masuk ke wilayah tersebut,
Dan penyakit-penyakit mengerikan akan menjangkiti mereka.
Kemudian bahkan para sesepuh
Juga menteri-menteri mereka dan para pengiringnya,
Akan terkalahkan oleh tindakan-tindakan negatif dan tipu muslihat.
Kemudian mereka yang tidak bajik
Menjadi dihormati di negeri tersebut,
Mereka yang baik dan bajik
Akan selalu menjadi korban.
Ketika mereka yang jahat dihormati
Dan mereka yang bajik dianiaya,
Tiga hal – bintang-bintang, air dan angin –
Akan menjadi malapetaka di sana.
Ketika yang jahat dipegang teguh,
Tiga hal – rasa, sari dan kekuatan
Dharma agung, kekuatan para makhluk
Dan kualitas bumi – akan sepenuhnya binasa.
Ketika mereka yang korup dijunjung
Dan mereka yang mulia direndahkan,
Tiga hal – kelaparan, halilintar
Dan kematian - akan terjadi di tempat tersebut.
Buah dan hasil panen akan tidak memiliki rasa
Dan tidak berkhasiat setelah itu.
Wilayah tersebut akan sepenuhnya dipenuhi
Makhluk-makhluk yang terjangkiti penyakit.
Buah yang besar dan manis akan menyusut menjadi pahit dan masam.
Permainan, humor dan hal-hal yang menyenangkan – kesenangan-kesenangan
masa dahulu
Sekarang dipenuhi dengan klesha tak terhingga –
Akan kehilangan sentuhan kenikmatannya.
Buah-buah dan hasil panen akan kehilangan air dan khasiatnya.
Buah-buah dan hasil panen tidak lagi memberi nutrisi pada tubuh, elemenelemen
atau indera-indera.
Makhluk-makhluk akan menjadi lemah, lesu dan tanpa tenaga,
Pucat dan kehilangan penampilan yang cerah.
Meskipun mereka mengonsumsi banyak makanan
Mereka akan tetap tidak terpenuhi.
Kekuatan, kemampuan dan tenaga mereka akan menghilang.
Negeri akan dipenuhi dengan makhluk-makhluk
Yang sepenuhnya tanpa vitalitas.
Banyak sekali makhluk-makhluk akan
Dijangkiti berbagai penyakit.
Karena berbagai tindakan-tindakan kanibalistik,
Akan muncul planet-planet dan bintang-bintang yang tak menguntungkan.
Ketika raja tidak [bertindak] sesuai dengan Dharma
Dan berpihak pada mereka yang tidak bajik,
Ketiga alam dalam ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu
Akan sepenuhnya binasa.
Ketika raja memihak,
Mengabaikan mereka yang melakukan tindakan-tindakan negatif,
Kemalangan-kemalangan seperti ini
Akan terjadi di wilayah-wilayah mereka.
Ketika raja mengabaikan para pelaku kejahatan tersebut,
Raja lalai dalam menjalankan kekuasannya
Berdasarkan mandat yang dianugerahkan kepadanya
Oleh pemimpin para dewa.
Mereka yang melakukan tindakan-tindakan bajik
Akan terlahir di kediaman para dewa.
Mereka yang melakukan tindakan-tindakan negatif
Akan terlahir sebagai para preta,
Hewan dan makhluk neraka.
Ketika seorang raja mengabaikan mereka yang
Melakukan tindakan-tindakan negatif di negerinya,
Karena tindakan-tindakan negatif tersebut,
Para dewa akan terjatuh dari Surga Trayastrimsha.
Ketika seorang raja tidak menjalankan tugasnya,
Ia tidak lagi adalah putra nenek moyangnya,
Raja-raja para dewa,
Akan menghujani kemalangan pada kerajaannya.
Ketika negerinya porak-poranda
Oleh tindakan-tindakan negatif yang merajalela,
Ia harus mengakhiri kegagalan-kegagalan ini
Dan memberikan dorongan semangat atas tindakan-tindakan positif.
Dengan demikian pemimpin para dewa memberikan
Kekuasaan raja kepadanya di alam manusia.
Dialah yang menyebabkan matangnya hasil
Dari makhluk-makhluk di kehidupan ini,
Karena ia menunjukkan
Matangnya hasil tindakan-tindakan bajik dan tidak bajik;
Untuk alasan inilah ia disebut ‘raja.’
Demi dirinya sendiri dan demi makhluk-makhluk lain,
Demi keteraturan di negeri tersebut,
Ia diberkati dan disetujui oleh kumpulan para dewa.
Demi membawa keharmonisan di kerajaannya,
Ia seharusnya tidak terikat pada kehidupan dan kekuasaannya.
Dan menaklukkan yang jahat dan yang negatif di wilayah kekuasaannya.
Seandainya ia mentolerir pelanggaran hukum
Dan sengaja mengabaikan hukum,
Tidak ada ancaman lain
Yang mengerikan seperti ini.
Ketika kejahatan dan kekejaman muncul
Jika mereka yang bertanggung jawab tidak dituntut,
Negerinya akan diserbu
Oleh penjahat-penjahat yang tidak benar
Seperti gajah-gajah menghancurkan kolam-kolam besar,
Demikianlah wilayah-wilayah ini akan hancur.
Begitu kediaman para dewa hancur,
Raja para dewa menjadi murka;
Maka segala sesuatu di negeri tersebut
Akan dirundung kemalangan.
Karena itu, mereka yang melakukan tindakan-tindakan negatif
Harus dijinakkan sesuai dengan kejahatan mereka.
Di negeri yang terlindungi karena menjalankan Dharma,
Raja tersebut seharusnya tidak melakukan tindakan-tindakan yang melanggar
hukum.
Bahkan mengorbankan hidupnya demi keadilan,
Ia seharusnya tidak pernah mengalah pada sikap memihak.
Seandainya bahkan hanya sekali raja tersebut memihak
Orang yang ada hubungan keluarga dengannya atau tidak,
Atau siapapun yang ada di negerinya,
Ia akan sepenuhnya terjatuh dalam prasangka.
Ketenaran dan kemashyuran dari raja yang bajik dalam Dharma
Memenuhi ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu,
Dan membuat pemimpin para dewa bahagia
Di kediaman Trayastrimsha.
Para dewa tersebut akan berkata:
‘Putra kita di Jambudvipa adalah seorang raja yang begitu jujur.
Memantapkan makluk-makhluk dalam tindakan-tindakan bajik,
Ia memerintah negerinya sesuai dengan Dharma.
Melalui tindakan-tindakan baik, raja ini
Membantu makhluk-makhluk mencapai alam kita.
Ia memenuhi kediaman para dewa
Dengan para dewa dan para devaputra.
Karena ia memerintah negerinya sesuai dengan Dharma,
Kami, raja-raja para dewa sungguh sangat bahagia.’
Merasa bahagia, raja-raja para dewa
Akan memberikan perlindungan kepada raja para manusia ini.
Matahari, bulan dan demikian juga
Bintang-bintang akan bergerak dengan baik.
Angin akan bertiup pada waktunya;
Hujan juga akan turun pada waktunya.
Kemakmuran pasti akan dialami di kediaman para dewa
Dan begitu juga di negeri raja tersebut
Jumlah para dewa dan para devaputra
Akan selalu berlimpah di tempat tersebut.
Karena itu, raja seharusnya tidak terikat pada kehidupan yang begitu dicintainya,
Namun tidak pernah meninggalkan Dharmaratna.
Untuk memastikan kebahagiaan di dunia,
Ia seharusnya selalu bersama para Arya
Sepenuhnya dihiasi kebajikan, bahagia dengan rakyatnya
Dan menghindari tindakan-tindakan negatif.
Melindungi negerinya sesuai Dharma
Dan juga mengajarkan ajaran-ajaran Dharma,
Mereka yang melakukan kebajikan harus diberikan dorongan semangat
Dan ia sendiri meninggalkan tindakan-tindakan negatif.
Ketika mereka yang melakukan tindakan-tindakan negatif
Telah demikian dijinakkan,
Kelimpahan akan terjadi sepanjang tahun.
Raja akan baik dan bermurah hati
Memerintah rakyatnya dalam kedamaian
Memiliki kemashyuran dan ketenaran.
Inilah akhir dari bab ke-12, Bab Tentang Risalat Kerajaan yang disebut Komitmenkomitmen
Teguh Tak Teringkari dari Para Raja Dewa, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 13
BAB TENTANG SUSAMBHAVA
Ketika saya menjadi raja Chakravarti,
Saya mempersembahkan bumi dengan samudra-samudranya,
Empat benua yang dipenuhi permata-permata,
Kepada semua Buddha di masa lampau.
Tidak ada satu hal pun yang saya cintai atau yang saya hargai
Yang tidak saya tinggalkan
Agar saya sepenuhnya dapat mencapai Dharmakaya.
Selama berkalpa-kalpa, saya bahkan memberikan kehidupan yang saya cintai,
Seperti yang telah saya lakukan selama kalpa-kalpa lampau tak terhitung
Pada masa Sugata Ratnashikhin.
Setelah Sugata tersebut parinirvana
Muncullah seorang raja bernama Susambhava.
Dipuja sebagai seorang Chakravarti,
Yang memerintah empat benua,
Ia memerintah bumi sejauh samudra-samudra.
Suatu hari raja yang baik tersebut tertidur
Di dalam istana yang disebut Jinendraghosha.
Dalam mimpi ia mendengar kebajikan-kebajikan Buddha;
Di tengah-tengah tidurnya, ia melihat dengan jelas
Pembabar Dharma Ratnocchaya,
Bersinar di tengah-tengah sinar-sinar cahaya mentari,
Dan membabarkan secara ekstensif sutra teragung dari semua sutra ini.
Dan ketika raja tersebut terbangun dari tidurnya,
Seluruh tubuhnya diliputi kebahagiaan.
Gembira luar biasa, beliau keluar dari istana
Dan menghampiri kumpulan murid-murid agung.
Membuat persembahan-persembahan kepada murid-murid Jina,
Ia menanyakan Ratnocchaya, pembabar Dharma:
‘Dalam kumpulan Sangha ini
Yang manakah Bhikshu Ratnoccaya, yang penuh kebajikan?’
Pada waktu itu Ratnocchaya
Sedang berdiam di gua lainnya,
Duduk dengan nyaman, melafalkan sutra teragung dari semua sutra ini,
Dan merenungkannya.
Lalu mereka menunjukkan pada raja,
Ratnocchaya, bhikshu pembabar Dharma,
Duduk di tempat lain di dalam gua,
Bersinar dengan keagungan, kecemerlangan dan kemuliaan.
Di sini, Ratnocchaya, pembabar Dharma
Menjunjung lingkup yang mendalam dari aktivitas kerajaan;
Beliau selalu membabarkan sutra teragung dari semua sutra ini,
Yang disebut Suvarnaprabhasottama.
Sambil bersujud di kaki Ratnocchaya,
Raja Susambhava berkata demikian:
‘Oh, Engkau yang berwajah seperti bulan menuju purnama,
Ajarkanlah saya, Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.’
Ratnocchaya menerima permohonan ini,
Menyakinkan Raja Susambhava bahwa beliau akan mengajarkannya,
Dan para dewa dari ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu
Bermudita dengan kebahagiaan luar biasa.
Kemudian raja para manusia itu
Memercikan tempat yang agung dan bersih tersebut
Dengan air yang seperti permata dan juga air wangi,
Ia menutupi tanah dengan taburan bunga-bunga dan mempersiapkan sebuah
singgasana.
Menghiasi singgasana dengan payung-payung,
Dengan panji-panji kejayaan dan ribuan hiasan rumbai,
Raja memerciki singgasana tersebut
Dengan bubuk cendana warna-warni.
Para dewa dan naga, asura dan kinnara
Para raja yaksha dan juga mahoraga
Menaburi singgasana tersebut
Dengan bunga-bunga mandarava surgawi.
Para dewa yang jumlahnya terbayangkan dan tak terhitung,
Demikian juga ratusan ribu juta dewa – yang haus akan Dharma –
Menaburi Ratnocchaya dengan bunga-bunga pohon sala
Saat beliau meninggalkan guanya.
Ratnocchaya, bhikshu pembabar Dharma,
Setelah membersihkan diri sepenuhnya dan mengenakan pakaian bersih;
Menuju singgasana,
Beranjali dan bernamaskara pada singgasana tersebut.
Para raja dewa, dewi dan para dewa mengambang di angkasa
Menaburi bunga-bunga mandarava dan memenuhi angkasa
Dengan musik-musik yang mengalun dari
Ratusan ribu alat musik tidak terhitung.
Kemudian Ratnocchaya, bhikshu pembabar Dharma,
Mengingat ratusan ribu juta Buddha di sepuluh penjuru.
Beliau menaiki singgasana dan duduk di atasnya,
Kemudian membangkitkan hati yang penuh kebaikan kepada semua makhluk;
Beliau membangkitkan citta karuna dengan sempurna
Dan membabarkan sutra ini kepada Raja Susambhava.
Beranjali dan bernamaskara,
Raja tersebut bermudita.
Tergerak oleh Dharma, ia menitikkan air mata;
Seluruh tubuhnya diliputi kebahagiaan luar biasa.
Pada waktu itu, Raja Susambhava,
Demi memuliakan sutra ini,
Memegang Chintamani, raja dari semua permata,
Dan membuat dedikasi berikut ini demi semua makhluk:
‘Agar perhiasan-perhiasan yang terbuat dari tujuh jenis ratna manikam,
Dan kemakmuran berlimpah yang membawa kedamaian dan kebahagiaan
Untuk makhluk-makhluk di dunia ini
Turun menghujani Jambudvipa sekarang.’
Lo! Di empat benua
Tujuh jenis ratna manikam turun menghujani;
Gelang-gelang, kalung-kalung dan anting-anting,
Makanan, minuman dan juga pakaian turun menghujani.
Raja Susambhava melihat permata-permata yang berjatuhan ini
Menghujani Jambudvipa,
Dan mempersembahkan empat benua yang dipenuhi permata
Kepada kumpulan suci Ratnashikhin.
Saya, Tathagata Shakyamuni
Dulu adalah Raja Susambhava,
Yang pada waktu itu sepenuhnya tidak terikat pada
Empat benua dan permata-permata di dalamnya.
Tathagata Akshobhya dulu adalah Ratnocchaya,
Bhikshu pembabar Dharma,
Yang membabarkan dengan baik
Sutra ini kepada Raja Susambhava.
Pada waktu itu, saya mendengar sutra ini,
Dan turut bermudita.
Karena tindakan yang sangat bajik tersebut –
Mendengarkan Dharma dan ikut bermudita –
Saya telah mendapatkan tubuh yang berwarna keemasan ini,
Yang dihiasi dengan tanda-tanda ratusan punya.
Indah dipandang dan sangat mempesona,
Memberikan kegembiraan kepada ribuan juta dewa;
Ketika makhluk-makhluk melihat tubuh ini,
Mereka akan selalu mendapatkan tubuh sukha.
Selama sembilan puluh sembilan milyar kalpa
Saya telah menjadi raja Chakravarti.
Selama ratusan ribu kalpa
Saya memerintah sebagai raja kecil.
Selama kalpa-kalpa tak terbayangkan, saya menjadi Shakra
Dan juga Brahma dengan citta yang tenang.
Saya telah mendapatkan sepuluh daya kekuatan tak terbayangkan
Yang luasnya tak terukur.
Menyamai kumpulan punya tersebut adalah
Mendengarkan sutra ini dan kemudian bermudita.
Seperti yang saya inginkan, saya telah mencapai penggugahan sempurna;
Saya telah memperoleh tubuh suci Dharmakaya.
Inilah akhir dari bab ke-13, Bab Tentang Susambhava, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 14
BAB TENTANG PERLINDUNGAN YANG DISEBUT PENGANDALAN PARA
YAKSHA
“Oh Mahadewi Shri, seorang putra atau putri berbakti dari keluarga agung yang ingin
membuat persembahan yang ekstensif dan luar biasa tak terbayangkan dari sumber
daya dan benda-benda kepada para Buddha masa lampau, masa mendatang dan
masa sekarang, dan mereka yang ingin mengetahui buddhaksetra yang mendalam
dari para Buddha masa lampau, masa mendatang dan masa sekarang, harus
mendengarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra ini dengan citta yang
penuh keyakinan, penuh konsentrasi dan penuh perhatian di tempat, vihara atau
tempat-tempat retret di hutan di mana Suvarnaprabhasottama ini dibabarkan secara
menyeluruh.”
Kemudian Tathagata, Bhagavan, mengucapkan gatha-gatha berikut untuk
mengelaborasi lebih lanjut mengenai hal ini:
Ia yang ingin membuat
Persembahan-persembahan tak terbayangkan kepada semua Buddha,
Dan ia ingin mengetahui
Ksetra yang mendalam dari para Tathagata
Seharusnya pergi ke tempat itu –
Baik vihara maupun tempat tinggal –
Di mana sutra agung ini dijelaskan.
Sutra ini adalah tak terbayangkan
Karena samudra kebajikannya adalah tanpa akhir;
Sutra ini membebaskan setiap makhluk
Dari samudra penderitaan tak terhitung.
Saya belum melihat awal,
Pertengahan, tidak juga akhir dari sutra ini.
Sutra ini sangatlah mendalam,
Karena tiada bandingannya:
Tidak juga butiran-butiran pasir di sungai Gangga,
Yang ada di bumi, di samudra-samudra,
Tidak juga atom-atom di angkasa dapat menyamainya.
Ketika memasuki Dharmadhatu,
Ia seharusnya pergi pada waktu itu,
Karena di dalamnya terdapat sebuah stupa
Yang sifat keberadaannya adalah Dharmadhatu,
Tidak berubah-ubah dan mendalam.
Di dalamnya, ia melihat Buddha Shakyamuni
Membabarkan sutra ini dengan suara yang mempesona dan merdu,
Di sana dan pada saat itu juga ia akan mengetahui hal ini:
Siapapun yang mendengarkan sutra ini
Mengumpulkan punya tak terbayangkan;
Dengan demikian selama puluhan juta kalpa tak terhitung yang menakjubkan
Mereka akan mengalami kebahagiaan manusia dan dewa.
Begitu ia memasuki
Vihara atau tempat tinggal tersebut,
Tindakan-tindakan negatifnya akan terpurifikasi.
Bagi mereka yang dapat menyeberangi
Ratusan yojana yang terkurung kawah-kawah api
Dan menahan penderitaan hebat untuk mendengarkan sutra ini,
Semua mimpi buruk dan pertanda-pertanda buruk,
Gangguan-gangguan dari planet-planet dan bintang-bintang,
Mantra-mantra jahat dan iblis-iblis
Akan segera berakhir.
Saat ia memasuki vihara atau tempat tinggal tersebut,
Di dalamnya ia harus mempersiapkan
Sebuah singgasana yang menyerupai teratai
Seperti terlihat olehnya dalam mimpi.
Duduk di atas singgasana tersebut
Ia harus membabarkan sutra ini secara menyeluruh.
Ia harus membaca apa yang tertulis
Dan juga memahaminya.
Ketika ia turun dari singgasana ini,
Meskipun ia pergi ke tempat lain,
Keajaiban-keajaiban akan terlihat
Di atas singgasana tersebut.
Pada saat-saat tertentu, wujud dari
Pembabar Dharma akan terlihat;
Pada saat-saat yang lain, wujud Buddha dan Bodhisattva
Akan terlihat.
Kadang-kadang wujud Samantabhadra,
Demikian juga, wujud-wujud Manjushri,
Dan kadang-kadang juga wujud Maitreya
Akan terlihat di atas singgasana tersebut.
Pada saat-saat tertentu, hanya cahaya yang terlihat;
Pada saat-saat tertentu, para dewa akan terlihat,
Muncul hanya sesaat
Dan kembali menghilang lagi.
Diagungkan ketika terlihat, para Buddha
Membawa keberhasilan di semua tempat.
Biji-bijian dan tanda-tanda keberuntungan yang luar biasa
Adalah kreasi ajaib para Buddha.
Mereka memastikan kemenangan, keagungan dan ketenaran;
Menghalau para penantang yang kejam,
Mereka sepenuhnya menghancurkan kekuatan-kekuatan asing;
Menghancurkan musuh-musuh dalam pertempuran,
Mereka membawa kemenangan dalam peperangan.
Meredakan semua mimpi buruk,
Mereka menghilangkan tindakan-tindakan negatif
Dan meredakan semua tindakan-tindakan tidak bajik.
Seluruh Jambudvipa ini
Akan bergema dengan ketenaran-Nya.
Musuh-musuh akan dikalahkan sepenuhnya;
Musuh-musuh akan ditaklukkan seluruhnya.
Ia akan sepenuhnya menghindari tindakan-tindakan negatif.
Sepenuhnya menang dalam pertempuran,
Ia sepenuhnya tidak akan memiliki musuh
Dan dipenuhi dengan kebahagiaan agung.
Raja Brahma, Shakra dan pelindung-pelindung dunia,
Juga para pemimpin Trayastrimsha,
Samjnaya, pemimpin Jina,
Dan Vajrapani, pemimpin yaksha,
Anavatapta, pemimpin para naga,
Sagara dan para pemimpin asura,
Para pemimpin kinnara,
Demikian juga, para pemimpin garuda –
Pemimpin-pemimpin ini dan yang lainnya
Dan juga semua dewa
Akan datang untuk memuja tanpa henti
Stupa Dharmadhatu yang tak terbayangkan.
Karena mereka melihat para makhluk yang patut dimuliakan
Mereka akan dipenuhi kegembiraan luar biasa.
Semua pemimpin para dewa yang agung
Akan berkata demikian pada diri mereka sendiri dan pada satu sama lain:
‘Tataplah mereka semua yang memiliki
Punya, kesempurnaan dan keagungan!
Para manusia dengan punya murni –
Keyakinan mereka melampaui kepercayaan –
Telah tiba di tempat ini
Untuk mendengarkan sutra mendalam ini.
Mereka mengagungkan stupa Dharmadhatu.
Terinspirasi oleh karuna demi dunia
Mereka bertindak demi kebahagiaan para makhluk.
Mereka adalah wadah-wadah yang cocok
Bagi intisari Dharma yang mendalam tersebut.
Dengan memasuki Dharmadhatu saat mendengarkan sutra ini
Mereka sepenuhnya tiba.
Mereka yang mendengarkan kebajikan tertinggi,
Suvarnaprabhasottama,
Di masa-masa lampau telah menyenangkan
Ratusan ribu Buddha.
Melalui akar-akar kebajikan ini,
Mereka yang mendengarkan sutra ini
Akan memiliki perlindungan penuh
Di keempat penjuru dan di semua tempat
Oleh raja-raja para dewa dan Sarasvati,
Demikian juga Shri dan Vaishravana,
Oleh keempat maharaja
Dengan ratusan ribu yaksha
Yang memiliki kekuatan ajaib dan kekuatan luar biasa.
Indra, Soma dan Yama,
Vayu, Varuna dan Skanda,
Vishnu dan Sarasvati,
Prajapati dan Hutashana –
Para pelindung dunia ini,
Yang penuh daya dan mengungguli setiap musuh,
Siang dan malam akan memberikan perlindungan tanpa gagal
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Narayana dan Maheshvara,
Dua pemimpin para yaksha yang berdaya kuat,
Ke-28 pemimpin yaksha lainnya yang dipimpin Samjnaya
Dan ratusan ribu yaksha
Yang memiliki kekuatan hebat dan kekuatan supernatural
Akan memberikan perlindungan dari ketakutan dan teror
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Vajrapani, pemimpin para yaksha
Bersama juga 500 yaksha lainnya
Dan semua Bodhisattva akan memberikan perlindungan
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Manibhadra, pemimpin para yaksha,
Demikian juga Purnabhadra,
Kumbhira dan Atavaka,
Pingala dan juga Kapila –
Masing-masing pemimpin yaksha
Bersama dengan 500 yaksha
Akan memberikan perlindungan
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Chitrasena, gandharva,
Jinarshabha, raja para Jina,
Manikantha dan Nikantha,
Dan juga Varshadhipati,
Mahagrasa dan Mahakala,
Bersama dengan Suvarnakesha,
Panchika dan Chagalapada,
Mahabhaga, Pranalin dan Dharmapala,
Markata dan Vali,
Suchiroma dan Suryamitra,
Demikian juga Ratnakesha,
Mahapranalin dan Nakula,
Bersama dengan Kamashreshtha dan Chandana,
Nagayana dan Haimavata
Demikian juga Satagiri –
Makhluk-makhluk penuh daya ini yang menaklukkan setiap musuh,
Akan memberikan perlindungan dengan kekuatan supernatural
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Anavatapta, pemimpin para naga,
Demikian juga Sagara,
Baik Muchilinda maupun Elapatra,
Nanda dan Upanandaka,
Bersama dengan ratusan ribu naga,
Yang memiliki kekuatan supernatural,
Akan memberikan perlindungan dari semua ketakutan dan teror
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Bali, Rahu dan Namuchi,
Vemachitra dan juga Samvara,
Prahlada dan Kharaskandha,
Demikian juga para pemimpin asura,
Bersama dengan ratusan ribu asura,
Yang memiliki kekuatan hebat dan kekuatan supernatural,
Akan memberikan perlindungan dari semua ketakutan dan teror
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Hariti, ibu para bhuta,
Bersama 500 putranya
Akan memberikan perlindungan kepada mereka,
Baik ketika mereka sedang berdiri, duduk atau tidur.
Chanda dan Chandalika,
Demikian juga Yakshini Chandika,
Kunti dan Kutadanti –
Ia yang mencuri cahaya para makhluk –
Mereka yang penuh daya, yang menaklukkan makhluk-makhluk lain,
Yang memiliki kekuatan supernatural,
Akan memberi perlindungan di keempat penjuru
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Sarasvati, pemimpin para dewi tak terhitung jumlahnya
Demikian juga Shri dan sebagainya
Dewa-dewi buah, hutan dan hasil panen,
Mereka yang berdiam di stupa-stupa, pepohonan dan taman-taman,
Dewa angin dan setiap dewa-dewi di sini,
Dewi-dewi ini dan Dewi Bumi sendiri,
Dengan citta penuh kegembiraan,
Mereka akan memberikan perlindungan
Kepada mereka yang mendengarkan sutra ini.
Mereka akan memberikan umur panjang, penampilan yang cerah,
Dan kekuatan kepada makhluk-makhluk ini;
Mereka akan terhiasi
Dengan kesempurnaan, punya dan keagungan.
Mereka akan meredakan gangguan-gangguan dari planet-planet dan bintangbintang,
Menghilangkan kemalangan, tindakan-tindakan negatif dan mimpi-mimpi buruk.
Dewi Bumi sendiri,
Berdaya kuat dan selalu mendalam,
Sepenuhnya disenangkan hati dengan intisari
Dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
Kekuatan bumi ini,
Enam juta, delapan ratus ribu yojana,
Seluas vajrasana akan bertambah besar.
Kekuatan luar biasa ini akan menembus
Sejauh seratus yojana ke bawah.
Melalui daya kekuatan dari mendengarkan sutra ini,
Kekuatan yang luar biasa ini akan kembali naik ke atas,
Menyebabkan permukaan bumi bersinar seluruhnya.
Semua dewa dan juga dewi
Akan bersenang hati oleh intisari
Dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.
Mereka akan memiliki penampilan yang cerah,
Damai, senang dan sangat kuat;
Disenangkan hati dengan berbagai rasa,
Dewa-dewi buah, hasil panen dan hutan di semua Jambudvipa akan dipenuhi
kegembiraan luar biasa.
Bahagia dengan intisari sutra ini,
Mereka akan memastikan tumbuhnya buah-buah dan hasil panen,
Campuran dari berbagai bunga
Dan banyak sekali pepohonan berbuah yang megah.
Semua taman, semua hutan dan semua pepohonan penghasil buah
Akan dipenuhi bunga-bunga mekar yang menebarkan wewangian semerbak.
Di atas bumi ini akan tumbuh segala jenis hutan dan semak-semak,
Dihiasi bunga-bunga dan penuh dengan buah-buah.
Di seluruh Jambudvipa, gadis-gadis naga yang tak terhitung jumlahnya –
Citta mereka dipenuhi kegembiraan luar biasa –
Akan menghampiri kolam-kolam teratai dan menanam banyak teratai di sana,
Sedap malam, biru dan putih.
Langit akan menjadi cerah
Tanpa asap dan gumpalan awan;
Bebas dari kegelapan dan debu,
Setiap penjuru akan bersinar terang dengan cahaya.
Ribuan sinar-sinar cahaya mentari,
Indah berhiaskan jaring-jaring cahaya,
Bersinar terang luar biasa,
Akan muncul dengan cemerlang di negeri tersebut.
Mentari agung, putra para dewa
Yang berdiam di istana keemasan Jambunada,
Akan sepenuhnya disenangkan hati oleh sutra ini.
Mentari agung, dengan kebahagiaan luar biasa
Akan terbit di Jambudvipa
Dengan jaring-jaring cahaya tak terbatas
Menyinari setiap negeri.
Saat terbit,
Mentari memancarkan sinar-sinar cahaya,
Memekarkan teratai-teratai
Yang berlimpah di berbagai kolam.
Untuk menyenangkan seluruh bumi
Mentari akan sepenuhnya memekarkan
Berbagai bunga, buah dan tanaman-tanaman obat.
Di seluruh Jambudvipa ini.
Mentari dan juga bulan
Kemudian akan bersinar dengan keagungan yang tak dikenal.
Bintang-bintang, angin dan hujan
Akan muncul secara sempurna.
Seluruh Jambudvipa ini
Akan berlangsung sangat baik sepanjang tahun;
Tempat di mana sutra in disimpan,
Akan selalu berlimpah.
Inilah akhir dari bab ke-14, Bab Tentang Perlindungan yang disebut Pengandalan
Para Yaksha, dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra

BAB 15
BAB TENTANG PREDIKSI SEPULUH RIBU DEVAPUTRA
Ketika Tathagata mengamati demikian, Dewi agung Bodhisattvasamucchaya
menanyakan Tathagata demikian: “Oh Bhagavan, untuk alasan apa dan sebab apa
serta dengan menyelesaikan dan melaksanakan tindakan bajik apa sehingga 10.000
devaputra seperti Jvalanantaratejoraja, begitu mendengarkan prediksi penggugahan
dari ketiga makhluk agung ini, telah tiba di sini dari Surga Trayastrimsha dengan
tujuan untuk mendengarkan Dharma dari Tathagata?”
Tathagata menjawab: “Demikianlah. Di masa mendatang, ketika ratusan ribu juta
kalpa tak terhitung yang melampaui perhitungan telah berlalu, makhluk agung ini,
Bodhisattva Ruchiraketu, akan mencapai penggugahan yang tak terbandingkan,
lengkap dan sempurna (Anuttara Samyaksambodhi) di dunia Suvarnaprabhasita. Ia
akan muncul di dunia sebagai Suvarnaratnakaracchatrakuta, Tathagata, Arhat,
Samyaksambuddha, sempurna pengetahuan dan tindakannya, Sugata, Lokavidu,
pembimbing para makhluk yang tak terbandingkan (Anuttaro purisadammasarathi),
guru agung para dewa dan manusia. Jadi hingga Suvarnaratnakaracchatrakuta,
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha telah parinirvana, Dharma agung telah
menghilang dan ajaran-Nya telah sepenuhnya menghilang. Pada waktu itu, anak
laki-laki ini Rupyaketu, penerus Tathagata sebelumnya, akan mencapai Anuttara
Samyaksambodhi di dunia yang disebut Virajadhvaja. Ia akan muncul di dunia
sebagai Suvarnajambudhvajakanchanabha, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha.
Ajaran-Nya akan bertahan hingga Suvarnajambudhvajakanchanabha Tathagata,
Arhat, Samyaksambuddha mencapai parinirvana dan ajaran-Nya telah seluruhnya
hilang sepenuhnya. Pada waktu itu, anak laki-laki ini Rupyaprabha, penerus
Tathagata sebelumnya, akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi di dunia yang
disebut Virajadhvaja. Ia akan muncul sebagai Suvarnashatarashmiprabhasaketu,
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha, sempurna pengetahuan dan tindakannya,
Sugata, Lokavidu, pembimbing para makhluk yang tak terbandingkan, guru agung
para dewa dan manusia.”
Dewi agung Bodhisattvasamucchaya menjawab: “Demikianlah, ketiganya
diprediksikan oleh Tathagata, akan mencapai Anuttara Samyaksambodhi. Tetapi
hingga waktu itu, oh, Bhagavan, 10.000 devaputra ini seperti Jvalanantaratejoraja,
belum menjalankan tindakan-tindakan Bodhisattva secara ekstensif seperti itu.
Bahkan tidak terdengar bahwa mereka telah menjalankan enam paramita di masa
lampau. Bahkan tidak terdengar satu kata pun bahwa mereka telah sepenuhnya
memberikan tangan, kaki, mata, bagian tubuh yang paling berharga yaitu kepala,
putra-putra, putri-putri dan istri-istri tercinta. Bahkan tidak terdengar bahwa mereka
telah memberikan kekayaan, biji-bijian, tempat tinggal, emas, permata, mutiara, lapis
lazuli, kulit kerang, kristal, batu koral, perak, kuningan emas dan batu permata.
Bahkan tidak terdengar satu kata pun bahwa mereka telah memberikan makanan
dan minuman, tunggangan-tunggangan, pakaian, tempat tidur, tempat-tempat
tinggal, istana-istana, taman-taman, tempat-tempat bernaung, telaga-telaga dan
kolam-kolam. Bahkan tidak terdengar satu kata pun bahwa mereka telah
memberikan gajah-gajah, sapi-sapi dan kerbau-kerbau, kuda-kuda serta para
pelayan pria dan wanita. Sebelum mereka menerima prediksi nama Tathagata
mereka sendiri dari para Buddha, ratusan ribu juta tak terhitung Bodhisattva selama
ratusan ribu juta kalpa telah melakukan ratusan ribu tindakan penghormatan tak
terhitung dengan semua kepemilikian mereka kepada ratusan ribu juta Tathagata tak
terhitung. Mereka sepenuhnya telah memberikan semua sumber daya yang perlu
diberikan seluruhnya. Mereka sepenuhnya telah memberikan tangan, kaki, mata,
bagian yang paling berharga yaitu kepala, putra-putra, putri-putri dan istri-istri
tercinta; mereka telah sepenuhnya memberikan apa yang perlu sepenuhnya
diberikan. Mereka telah memberikan kekayaan, biji-bijian, tempat tinggal, kuningan
emas, permata, mutiara, lapis lazuli, kulit kerang, kristal, batu koral, perak dan emas.
Mereka telah memberikan makanan dan minuman, tunggangan-tunggangan,
pakaian, tempat tidur, tempat-tempat tinggal, istana-istana, taman-taman, tempattempat
bernaung, telaga-telaga dan kolam-kolam, gajah-gajah, sapi-sapi dan kerbaukerbau,
kuda-kuda serta para pelayan pria dan wanita. Dengan berjalannya waktu,
mereka sepenuhnya menyempurnakan enam paramita. Setelah menyempurnakan
enam paramita, mereka mengalami ratusan ribu keadaan kebahagiaan.
“Oh Bhagavan, sama halnya, untuk alasan apa dan sebab apa serta dengan
menyelesaikan dan melaksanakan tindakan bajik apa sehingga 10.000 devaputra,
seperti Jvalanantaratejoraja, telah datang ke sini untuk mendengarkan Dharma dari
Tathagata? Mengapa Tathagata telah memprediksikan bahwa mereka akan
mencapai Anuttara Samyaksambodhi setelah ratusan ribu juta kalpa telah berlalu?
Untuk alasan apa mereka akan mencapai penggugahan di dunia yang disebut
Salendradhvajagravati, dengan keluarga dan suku yang sama, seperti 10.000
Buddha tersebut yang bernama Prasannavadanotpala-gandhakuta, sempurna
pengetahuan dan tindakannya, Sugata, Lokavidu, pembimbing para makhluk yang
tak terbandingkan, guru agung para dewa dan manusia?”
Ketika ditanya demikian, Tathagata berkata berikut kepada dewi agung
Bodhisattvasammucchaya: “Oh dewi agung, ada alasan dan ada penyebab serta ada
tindakan dan pengumpulan akar-akar kebajikan murni yang telah menghasilkan
munculnya 10.000 devaputra ini seperti Jvalanantaratejoraja dari Surga
Trayastrimsha untuk mendengarkan ajaran Dharma ini. Oh dewi agung, begitu
mereka mendengarkan prediksi dari ketiga makhluk agung ini, mereka
membangkitkan penghormatan dan keyakinan yang luar biasa pada
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra. Seketika mereka memiliki citta murni
seperti lapis lazuli tanpa noda dan sempurna. Mereka [menjadi] memiliki citta seperti
angkasa: jernih, murni, lapang dan meluas. Mereka [menjadi] memiliki kumpulan
punya tak terbayangkan. Oh dewi agung, karena 10.000 devaputra seperti
Jvalanantaratejoraja, begitu mendengarkan sutra ini, seketika memiliki citta murni
seperti lapis lazuli tanpa noda dan sempurna, mereka menerima tahap prediksi. Oh
dewi agung, melalui daya kekuatan kumpulan punya dari mendengarkan ajaran
Dharma ini dan melalui daya pranidhana sebelumnya, 10.000 devaputra seperti
Jvalanantaratejoraja, sekarang telah mencapai tahap prediksi Anuttara
Samyaksambodhi. Dan dewi agung, apakah pranidhana sebelumnya tersebut?”
Inilah akhir dari bab ke-15, Bab Tentang Prediksi dari Sepuluh Ribu Devaputra, dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 16
BAB TENTANG PENYEMBUHAN PENYAKIT
“Oh dewi agung, suatu waktu ketika kalpa-kalpa tak terhitung dan lebih banyak lagi
kalpa-kalpa tak terhitung – luar biasa lama tak terbayangkan dan tak terhitung – telah
berlalu, pada waktu itu, pada saat itu, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha
bernama Ratnashikhin, sempurna pengetahuan dan tindakannya, Sugata, Lokavidu,
pembimbing para makhluk yang tak terbandingkan (Anuttaro purisadammasarathi),
guru agung para dewa dan manusia, muncul di dunia.
“Oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu ketika Ratnashikhin, Tathagata,
Arhat, Samyaksambuddha mencapai parinirvana, ketika ajaran-Nya telah
sepenuhnya menghilang dan ketika yang tersisa hanyalah penampakanpenampakan
luar dari ajaran, ada seorang raja bernama Sureshvaraprabha yang
bajik dan memerintah kerajaannya sesuai dengan Dharma dan tidak dengan non-
Dharma. Ia seperti seorang ibu dan ayah bagi para makhluk yang tinggal di
negerinya.
“Oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu, di kerajaan Raja
Sureshvaraprabha, tinggallah seorang saudagar bernama Jatimdhara, seorang tabib
dan penyembuh, seorang ahli elemen-elemen. Ia sangat berpengalaman dalam
delapan risalat ilmu pengobatan. Dan, oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat
itu, saudagar Jatimdhara memiliki seorang putra, Jalavahana, tampan, menarik,
memiliki penampilan yang sangat cerah, seorang ahli dalam berbagai risalat dan
seorang pakar dari semua risalat, ahli dalam menulis, numerologi, pembacaan
telapak tangan dan astrologi.
“Oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu, ratusan ribu makhluk dalam
kerajaan Sureshvaraprabha dijangkiti berbagai penyakit. Mereka menderita karena
berbagai penyakit; mereka mengalami sakit yang sangat intens, parah dan gawat
yang tak tertahankan. Kemudian, oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu,
Jalavahana, putra dari saudagar tersebut mengembangkan citta yang penuh
mahakaruna terhadap ratusan ribu makhluk yang terjangkit dan menderita karena
berbagai penyakit: “Ratusan ribu makhluk ini terjangkit dan menderita karena
berbagai penyakit. Mereka mengalami sensasi-sensasi penderitaan yang intens,
parah dan gawat yang tak tertahankan. Ayah saya, Jatimdhara, seorang tabib dan
penyembuh, seorang ahli elemen-elemen, pakar dalam delapan risalat ilmu
pengobatan, sudah tua, dalam kondisi melemah, uzur dan bergantung pada tongkat
untuk berjalan. Beliau tidak mampu lagi pergi ke desa-desa, kota-kota, pemukimanpemukiman,
lembah-lembah, wilayah-wilayah dan istana-istana kerajaan. Demi
sepenuhnya membebaskan para makhluk yang terjangkit dan menderita karena
berbagai penyakit, saya akan menghampiri dan berkonsultasi sepenuhnya dengan
ayah saya Jatimdhara tentang bagaimana menjadi ahli dalam elemen-elemen yang
berhubungan dengan penyakit. Dengan keahlian khusus ini, saya akan mengunjungi
desa-desa, kota-kota, pemukiman-pemukiman, lembah-lembah, wilayah-wilayah dan
istana-istana kerajaan dan sepenuhnya membebaskan ratusan ribu makhluk dari
berbagai penyakit.’
“Lebih lanjut, oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu, Jalavahana putra
saudagar tersebut pergi menemui ayahnya, Jatimdhara. Ia mendekati ayahnya dan
bersujud pada kaki ayahnya Jatimdhara, beranjali dengan hormat dan duduk di satu
sisi. Berada di satu sisi, ia bertanya kepada ayahnya Jatimdhara dalam gatha-gatha
berikut ini:
Bagaimana indera-indera berhubungan dengan objek-objek?
Bagaimana elemen-elemen berubah?
Pada waktu apa makhluk-makhluk yang memiliki tubuh
Mengalami elemen-elemen yang menyebabkan penyakit?
Bagaimana konsumsi makanan,
Yang tepat waktu atau tidak, mempengaruhi kesehatan?
Dengan apa sehingga elemen api
Di dalam tubuh tidak terpengaruh?
Bagaimana obat bekerja
Dalam mengatasi penyakit-penyakit
Yang muncul dari prana dan empedu,
Yang muncul dari lendir dan dari kombinasi semua ini?
Kapan prana,
Kapan empedu,
Kapan lendir
Yang berbahaya bagi para makhluk menjadi aktif?
“Kemudian saudagar Jatimdhara menjelaskan gatha-gatha yang membuat
seseorang menjadi ahli dalam elemen-elemen kepada putranya Jalavahana:
Pahamilah bahwa ada tiga bulan musim panas dan tiga bulan musim gugur,
Tiga bulan musim dingin dan tiga bulan musim semi.
Karena itu urutan dari bulan-bulan ini membentuk enam fase.
Dua belas bulan disebut sebagai satu tahun.
Ketahuilah, masing-masing tiga fase adalah fase-fase singkat;
Setiap fase bulanan terdiri dari dua.
Ketika makanan dan minuman dikonsumsi dan dicerna,
Tabib, elemen-elemen dan fase-fase juga muncul.
Indera-indera dan elemen-elemen pada gilirannya
Berubah dalam berbagai fase tahunan.
Ketika indera-indera mengalami perubahan-perubahan demikian
Berbagai gangguan muncul pada makhluk-makhluk yang memiliki tubuh.
Pada kasus tersebut, seorang tabib harus memiliki pengetahuan tentang
Empat pembagian yang terdiri dari triwulan
Dan pengelompokan enam fase yang terdiri dari dua bulan.
Makanan, minuman dan obat mengikuti urutan ini:
Pada musim panas, muncul penyakit-penyakit karena kelebihan prana;
Ketika musim gugur tiba, muncul gangguan karena empedu;
Begitu juga, pada musim dingin muncul penyakit karena kombinasi;
Pada musim semi, muncul penyakit-penyakit karena kelebihan lendir.
Rasa berlemak, hangat, asin dan asam adalah rasa-rasa di musim panas;
Rasa berlemak, manis dan dingin adalah rasa-rasa di musim gugur;
Rasa manis, berlemak dan asam adalah rasa-rasa di musim dingin;
Rasa kasar, hangat dan pahit adalah rasa-rasa di musim semi.
Kelebihan lendir segera muncul setelah makan;
Kelebihan empedu muncul selama masa pencernaan,
Kelebihan prana segera muncul setelahnya;
Inilah bagaimana perubahan elemen-elemen terjadi.
Sembuhkan prana dalam tubuh seseorang dengan makanan yang bergizi dan
berkhasiat;
Hilangkan empedu dengan membersihkan isi perut;
Untuk kelebihan lendir, berikanlah obat perangsang muntah
Ketika kombinasi dari gangguan-gangguan di atas terjadi,
Berikan obat berkhasiat yang memiliki tiga kualitas.
Ketahuilah dengan seksama dalam fase mana
Kelebihan prana, empedu, lendir dan gabungannya terjadi.
Demikianlah kita harus memberikan obat, makanan dan minuman yang sesuai,
Berdasarkan elemen-elemen, tubuh dan waktu.
“Kemudian putra saudagar, Jalavahana, memahami delapan cabang ilmu
pengobatan setelah bertanya tentang elemen-elemen tersebut.”
“Oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu, Jalavahana, putra saudagar
tersebut menuju semua desa, kota-kota besar, kota-kota kecil, lembah-lembah,
wilayah-wilayah dan istana-istana kerajaan di negeri Raja Sureshvaraprabha. Ia
menenangkan ratusan ribu makhluk yang terjangkit dan menderita karena berbagai
penyakit, menyatakan: ‘Saya adalah tabib! Saya adalah tabib’ Mengumumkan dirinya
dengan cara demikian, ia membuat mereka lega, dan berkata, ‘Saya akan
sepenuhnya membebaskan kalian dari setiap penyakit.’
“Oh dewi agung, begitu mereka mendengar pernyataan-pernyataan demikian dari
Jalavahana, putra saudagar, ratusan ribu makhluk tersebut diliputi kebahagiaan yang
tak terbayangkan. Mereka mendapatkan kenyamanan dan diliputi kebahagiaan,
kedamaian dan ketenangan citta yang tak terbayangkan. Pada waktu itu dan pada
saat itu, ratusan ribu makhluk yang terjangkit dan menderita karena berbagai
penyakit, sepenuhnya sembuh dan dan terbebaskan dari penyakit-penyakit mereka.
Setelah bebas dari penyakit, mereka menjadi memiliki kemampuan, kekuatan dan
penuh energi seperti sebelumnya.”
“Lebih lanjut, pada waktu itu dan pada saat itu, di antara ratusan ribu makhluk yang
terjangkit dan mendertia karena berbagai penyakit, mereka yang terjangkit penyakit
parah secara akut, mendekati Jalavahana, putra saudagar. Apapun obat yang
ditentukan oleh Jalavahana, putra saudagar untuk ratusan ribu makhluk yang
terjangkit dan menderita karena berbagai penyakit, telah membuat mereka sembuh
dari penyakit-penyakit tersebut. Tersembuhkan dari semua penyakit atau dengan
berkurangnya penderitaan secara drastis, mereka [menjadi] memiliki kemampuan,
kekuatan dan penuh energi seperti sebelumnya.”
“Oh dewi agung, pada waktu itu dan pada saat itu, di desa-desa, kota-kota besar,
kota-kota kecil, lembah-lembah, wilayah-wilayah dan istana-istana di kerajaan Raja
Sureshvaraprabha, ratusan ribu makhluk yang terjangkit dan menderita karena
berbagai penyakit, sepenuhnya bebas dari penyakit-penyakit berkat Jalavahana,
putra saudagar.”
Inilah akhir dari bab ke-16, Bab Tentang Penyembuhan Penyakit, dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 17
BAB TENTANG KEHIDUPAN-KEHIDUPAN LAMPAU
DARI IKAN-IKAN PARA MURID JALAVAHANA
“Lebih lanjut, oh dewi agung, karena Jalavahana, putra saudagar, membuat semua
makhluk di kerajaan Raja Sureshvaraprabha menjadi bebas dari penyakit atau
membuat penyakit mereka menjadi sangat ringan, tubuh mereka memiliki kekuatan
dan kenyamanan seperti sebelumnya. Semua makhluk di kerajaan Raja
Sureshvaraprabha bermudita, bersuka cita, bersenang-senang, memberikan hadiahhadiah
dan melakukan tindakan-tindakan bajik. Mereka menghormati dan menyoraki
Jalavahana, putra saudagar, dengan kata-kata ini: ‘Jayalah Jalavahana, putra
saudagar! Jayalah dia! Raja dari obat-obatan, ia telah menyembuhkan semua
makhluk dari penyakit. Ia pasti seorang Bodhisattva! Ia telah menguasai seluruh
delapan risalat ilmu pengobatan.’
“Oh dewi agung, Jalavahana putra saudagar mempunyai seorang istri bernama
Jalambugarbha. Oh dewi agung, istrinya Jalambugarbha, mempunyai dua putra.
Yang satu bernama Jalambara; satunya lagi bernama Jalagarbha. Kemudian, oh
dewi agung, Jalavahana putra saudagar bersama kedua putranya mengunjungi
desa-desa, kota-kota besar, kota-kota kecil, lembah-lembah, wilayah-wilayah dan
istana-istana kerajaan. Pada kesempatan lain, oh dewi agung, Jalavahana putra
saudagar mengunjungi hutan belantara. Di dalam hutan belantara tersebut, ia
melihat hewan-hewan pemakan daging seperti anjing-anjing, serigala-serigala, jakaljakal,
kawanan gagak dan burung-burung lainnya semua menuju ke arah telaga
hutan Atavisambhava. Dan Jalavahana bertanya-tanya: ‘Mengapa semua hewanhewan
pemakan daging seperti anjing-anjing, serigala-serigala, jakal-jakal, kawanan
gagak dan burung-burung lainnya menuju ke arah itu?” Ia berpikir: ‘Saya harus
menuju arah di mana anjing-anjing, serigala-serigala, jakal-jakal, kawanan gagak dan
burung-burung lainnya berlarian ke sana.’ Oh dewi agung, kemudian Jalavahana
putra saudagar perlahan-lahan menuju telaga hutan Atavisambhava.
“Dalam telaga yang besar tersebut hiduplah 10.000 ikan. Di sana ia melihat ratusan
ikan kekurangan air. Ia merasakan mahakaruna terhadap ikan-ikan itu. Saat pikiran
tersebut muncul, ia melihat seorang dewi muncul dari sebuah pohon dengan
setengah tubuhnya. Dewi tersebut berkata demikian kepada Jalavahana, putra
saudagar: ‘Baik sekali! Baik sekali, oh Kulaputra (putra keluarga agung)! Karena
engkau dipanggil Jalavahana, Pembawa Air, berikanlah air untuk ikan-ikan ini.
Engkau disebut Jalavahana karena dua alasan – membawakan air dan memberikan
air. Karena itu, jalankan hidup sesuai namamu.’ Jalavahana bertanya, Oh dewi, ada
berapa banyak ikan di sana?’ Dewi itu berkata, ‘Semuanya berjumlah 10.000 ikan.’
Kemudian, oh dewi agung, Jalavahana putra saudagar dipenuhi mahakaruna.
“Pada waktu itu, oh dewi agung, hanya tersisa sedikit air dalam telaga hutan,
Atavisambhava. Tanpa air, 10.000 ikan itu sedang sekarat dan menggelepar dengan
hebat. Kemudian, oh dewi agung, Jalavahana putra saudagar berlari ke empat
penjuru. Ke arah manapun Jalavahana putra saudagar itu berlari, ke arah tersebut
10.000 ikan itu melihat dengan tatapan menyedihkan. Oh dewi agung, walaupun ia
berlari ke empat penjuru untuk mencari air, Jalavahana putra saudagar tidak
menemukan air di sana. Kemudian ia melihat ke empat penjuru dan tidak jauh dari
sana, ia melihat banyak pepohonan tinggi. Ia memanjat pohon-pohon tersebut dan
memotong cabang-cabangnya. Dengan membawa cabang-cabangnya ke telaga itu,
ia meneduhi 10.000 ikan tersebut.
“Setelah ini, oh dewi agung, Jalavahana, putra saudagar, pergi mencari air untuk
dialirkan ke telaga itu. Ia berlari ke empat penjuru, berpikir, ‘Darimana air dapat
muncul?’ Tetapi ia tidak menemukan air. Dengan sangat cepat ia mengikuti arah air
mengalir. Kemudian, oh dewi agung, ia tiba di sungai besar bernama Jalagama,
yang merupakan sumber air dari telaga di hutan belantara tersebut. Ia melihat air
sungai mengalir ke suatu saluran yang dibuat oleh seorang yang jahat yang
menginginkan 10.000 ribu ikan tersebut kekurangan air dan kemudian memakannya.
Ia berpikir: ‘Karena sungai ini tidak dapat dialihkan bahkan oleh seribu orang, apa
yang dapat saya lakukan sendirian untuk mengalirkannya kembali?’ Dengan
pemikiran ini, ia kembali ke telaga itu.
“Kemudian, oh dewi agung, Jalavahana, putra saudagar, dengan cepat menuju
tempat di mana Raja Sureshvaraprabha berada. Memberikan penghormatan dengan
kepalanya di kaki Raja Sureshvaraprabha, ia duduk di satu sisi dan menceritakan ini:
’Di kerajaan Baginda, saya telah menghilangkan penyakit-penyakit para makhluk di
setiap desa, kota besar dan kota kecil. Di suatu tempat, ada sebuah telaga bernama
Atavisambhava. Di telaga tersebut, ada 10.000 ikan tanpa air dan terjemur oleh terik
matahari. Seperti halnya yang telah saya berikan kepada para manusia, demikian
juga saya berupaya dengan segala cara untuk memberikan kehidupan kepada para
makhluk yang terlahir sebagai hewan. Saya mohon pada Baginda untuk memberikan
saya 20 ekor gajah.’ Kemudian Raja Sureshvaraprabha memerintahkan menterimenterinya,
‘Berikan 20 ekor gajah kepada raja para tabib ini.’ Dan para menteri
berkata, ‘Pergilah ke kandang gajah. Bawalah 20 ekor gajah. Bantulah dan berikan
kebahagiaan kepada para makhluk.’
“Kemudian, oh dewi agung, Jalavahana, putra saudagar bersama dengan kedua
putranya, Jalambara dan Jalagarbha, membawa 20 ekor gajah dan seratus kantung
kulit lembu, kembali ke tempat di mana sungai besar Jalagama mengalir. Mereka
mengisi kantung-kantung tersebut dengan air, menaruhnya di punggung gajah-gajah
dan bergegas menuju hutan belantara di mana telaga Atavisambhava berada.
Mereka mengambil kantung-kantung dari punggung gajah-gajah itu dan memenuhi
telaga dengan air. Mereka berjalan ke empat penjuru. Ke manapun Jalavahana putra
saudagar itu berjalan, 10.000 ikan tersebut mengikutinya.
“Kemudian, oh dewi agung, muncul pemikiran demikian dalam diri Jalavahana, putra
saudagar, ‘Mengapa 10.000 ikan ini mengikutiku?’ Lalu terpikir olehnya, ‘Tidak
diragukan lagi 10.000 ikan ini tersiksa oleh rasa lapar dan menginginkan makanan
dariku. Aku harus memberinya makanan.’
“Kemudian, oh dewi agung, Jalavahana, putra saudagar, berkata kepada putranya,
Jalambara: ‘Oh, putraku, tunggangilah gajah yang tercepat di antara semua gajah
dan pergilah segera ke rumahku. Sampaikan pesan ini kepada kakekmu, saudagar
dan katakanlah: “Kakek, Jalavahana berkata: ‘Apapun makanan yang ada di rumah
ini untuk orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan, pembantu pria dan
pembantu wanita atau para pekerja, jadikan satu paket, taruhlah di punggung gajah
Jalambara dan kirimkan secepatnya ke Jalavahana.’”
“Kemudian, Jalambara menunggangi gajah dan berangkat, bergegas menuju rumah
ayahnya. Sesampainya di sana, ia menyampaikan pesan secara rinci kepada
kakeknya. Kemudian Jalambara meletakkan makanan di atas punggung gajah dan
kembali ke telaga Atavisambhava. Gembira melihat putranya, Jalavahana menerima
makanan tersebut. Ia memotongnya kecil-kecil, melemparkannya ke telaga dan
memuaskan 10.000 ikan tersebut. Kemudian muncul pemikiran ini, ‘Pada waktu yang
lain, dari seorang bhikshu yang menyendiri di hutan dan melafalkan teks Mahayana,
saya mendengar bahwa siapapun yang mendengarkan nama Tathagata
Ratnashikhin, pada saat kematian akan terlahir kembali di alam-alam yang lebih
tinggi. Saya harus mengajarkan ajaran mendalam mengenai pratityasamutpada dan
mengucapkan nama Buddha Ratnashikhin, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha.’
“Namun pada waktu itu, cara pandang makhluk-makhluk di Jambudvipa terbagi dua:
Ada yang menyukai dan percaya pada Mahayana, yang lainnya merendahkannya.
Kemudian Jalavahana, putra saudagar, pada waktu itu berdiri sedalam lutut di dalam
telaga. Ia menyerukan dengan tulus dan sungguh-sungguh, ‘Saya bersujud kepada
Buddha Ratnashikhin, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha! Ketika Tathagata
Ratnashikhin sedang berlatih menjalankan tindakan-tindakan Bodhisattva, beliau
membuat pranidhana ini: “Pada saat kematian, siapapun di sepuluh penjuru yang
mendengar nama-Ku, agar mereka terbebas dari alam mereka dan terlahir kembali
di Surga Trayastrimsha. Di sana agar mereka menjadi setara dengan para dewa.’
“Kemudian, Jalavahana, putra saudagar, membabarkan Dharma dengan cara ini
kepada para makhluk tersebut di alam hewan: ‘Karena ini ada, maka ini muncul;
karena ini dihasilkan maka ini dihasilkan. Demikianlah, karena kesalahpengertian
(avidya), muncul samskara; karena samskara, muncul kesadaran (vijnana). Karena
kesadaran muncul nama-rupa; karena nama-rupa, muncul enam indera. Karena
enam indera, muncul kontak (sparsha); karena kontak, muncul vedana. Karena
vedana, muncul cengkeraman keinginan (trsna/tanha); karena cengkeraman
keinginan, muncul keterikatan (upadana). Karena keterikatan, muncul keberadaan
(bhava). Dari keberadaan, muncul kelahiran (jati). Karena kelahiran, muncul penuaan
dan kematian (jaramarana), kesedihan, ratapan, penderitaan, pikiran yang
bergejolak, konflik dan pertikaian. Dengan cara ini, kumpulan berbagai duhkha ini
muncul. Lebih lanjut, demikianlah: dengan berakhirnya kesalahpengertian, samskara
berakhir dan begitu juga hingga berakhirnya kumpulan berbagai duhkha ini.’
“Setelah memberikan ajaran Dharma ini kepada para makhluk tersebut di alam
hewan, oh dewi agung, pada waktu itu, pada saat itu, Jalavahana, putra saudagar,
pulang ke rumah dengan putra-putranya, Jalambara dan Jalagarbha.
“Kemudian pada kesempatan lain, setelah pesta makan dan minum pada suatu
perayaan besar, Jalavahana putra saudagar berbaring karena mabuk di tempat
tidurnya. Pada waktu itu, pada saat itu, satu pertanda baik yang luar biasa muncul:
Setelah malam berakhir, 10.000 ikan tersebut mati dan terlahir kembali sebagai
dewa di Surga Trayastrimsha. Segera setelah mereka terlahir di sana, muncul
pemikiran dalam diri mereka: ‘Karena tindakan bajik apa sehingga kita terlahir
sebagai dewa di Trayastrimsha?’ Muncul jawaban dalam citta mereka: ‘Di
Jambudvipa, dulunya kita adalah 10.000 ikan. Ketika kita menjadi hewan,
Jalavahana, putra saudagar, menyenangkan kita dengan air dan makanan. Kita juga
diberikan ajaran Dharma yang mendalam tentang pratityasamutpada. Ia melafalkan
nama Buddha Ratnashikhin, Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha kepada kita.
Karena sebab dan kondisi ini, kita terlahir sebagai dewa. Kita harus pergi ke tempat
di mana Jalavahana putra saudagar berada dan membuat persembahanpersembahan
kepadanya.’
“Kemudian, 10.000 devaputra tersebut menghilang dari alam dewa Trayastrimsha
dan menuju rumah Jalavahana, putra saudagar. Pada waktu itu, ketika Jalavahana,
putra saudagar, sedang tidur berbaring di tempat tidurnya, para devaputra tersebut
meletakkan 10.000 kalung mutiara di kepalanya. Mereka meletakkan 10.000 kalung
mutiara pada telapak kakinya. Mereka meletakkan 10.000 kalung mutiara pada sisi
kanannya. Mereka meletakkan 10.000 kalung mutiara pada sisi kirinya. Mereka
menghujani bunga-bunga surgawi mandarava dan maha-mandarava. Mereka
memainkan musik simbal surgawi dan suara musik ini membangunkan orang-orang
di Jambudvipa. Jalavahana putra saudagar juga terbangun. Kemudian 10.000
devaputra tersebut naik ke langit. Setelah menghujani bunga-bunga surgawi di
wilayah-wilayah lain di negeri Raja Sureshvaraprabha, mereka menuju telaga hutan
Atavisambhava dan menghujani bunga-bunga surgawi maha-mandarava. Setelah
menjadi tak terlihat di tempat itu, mereka melayang tinggi kembali ke kediaman
surgawi mereka. Di sana mereka bersuka ria dalam lima objek inderawi dan
bersenang-senang. Bergembira dengan apa yang membuat mereka senang, mereka
mengalami keagungan luar biasa dan keberuntungan.
“Kemudian, menjelang fajar di Jambudvipa, Raja Sureshvaraprabha melihat
pertanda-pertanda ini dan bertanya kepada para ahli astrologi dan perdana
menterinya: ‘Mengapa muncul pertanda-pertanda itu kemarin malam?’ Mereka
berkata, ‘Semoga Baginda berbahagia mengetahui hal ini: Di rumah Jalavahana,
putra saudagar, di sana, dihujani 40.000 kalung mutiara dan taburan bunga-bunga
surgawi maha-mandarava.’ Kemudian Raja Sureshvaraprabha berkata kepada para
menterinya: ‘Tuan-tuan, dengan kata-kata yang baik, undanglah Jalavahana, putra
saudagar.’ Para ahli astrologi dan para menteri senior menuju rumah Jalavahana
dan berkata kepada Jalavahana, putra saudagar, ‘Raja Sureshvaraprabha
mengundangmu.’
“Kemudian, Jalavahana, putra saudagar, bersama dengan menteri-menteri senior,
menghadap Raja Sureshvaraprabha. Raja bertanya, ‘Jalavahana, pertanda-pertanda
baik muncul kemarin malam. Tahukah engkau mengapa pertanda-pertanda baik
tersebut muncul?’ Kemudian Jalavahana, putra saudagar, menjawab Raja
Sureshvaraprabha: ‘Saya tahu, Baginda. Pasti itu adalah pertanda-pertanda baik
atas kematian 10.000 ikan.’ Raja berkata, ‘Bagaimana engkau mengetahuinya?’
Jalavahana berkata: ‘Baginda, ijinkan putraku Jalambara pergi ke telaga tersebut
untuk melihat apakah 10.000 ikan tersebut masih hidup atau sudah mati.’ Raja
berkata: ‘Lakukanlah.’ Kemudian Jalavahana, putra saudagar, berkata kepada
Jalambara: ‘Putraku, pergilah. Periksalah apakah 10.000 ikan di dalam telaga
Atavisambhava sudah mati atau masih hidup.’ Kemudian Jalambara bergegas
menuju telaga Atavisambhava dan melihat bahwa 10.000 ikan tersebut telah mati. Ia
melihat di sana juga telah dihujani bunga-bunga surgawi maha-mandarava. Ia
kembali dan berkata kepada ayahnya: ‘Ikan-ikan itu telah mati.’
“Begitu mendengar kata-kata ini dari putranya Jalambara; Jalavahana, putra
saudagar menghampiri Raja Sureshvaraprabha dan menyampaikan pesan ini secara
rinci: ‘Baginda, perkenankanlah saya menyampaikan berita ini kepada Baginda: Ke-
10.000 ikan itu sudah mati dan terlahir kembali sebagai dewa di Trayastrimsha.
Karena daya kekuatan mereka dan juga daya kekuatan saya sehingga muncul
pertanda-pertanda baik kemarin malam. Di rumah saya juga, di sana dihujani 40.000
kalung mutiara dan bunga-bunga surgawi maha-mandarava.’ Setelah mendengar
berita ini, raja bergembira dan diliputi kebahagiaan.”
Kemudian Tathagata, berkata demikian kepada dewi agung
Bodhisattvasamucchaya: “Oh dewi agung, jika engkau berpikir bahwa Raja
Sureshvaraprabha pada waktu itu, pada saat itu, adalah orang lain, janganlah
berpikir demikian. Mengapa? Karena Dandapani, dari suku Shakya pada waktu itu,
pada saat itu adalah Raja Sureshvaraprabha. Oh dewi agung, jika engkau berpikir
bahwa saudagar Jatimdhara, pada waktu itu, pada saat itu, adalah orang lain,
janganlah berpikir demikian. Mengapa? Karena Raja Shuddhodana pada waktu itu,
pada saat itu adalah saudagar bernama Jatimdhara. Oh dewi agung, jika engkau
berpikir bahwa Jalavahana pada waktu itu, pada saat itu, adalah orang lain,
janganlah berpikir demikian. Mengapa? Pada waktu itu, pada saat itu, saya adalah
putra saudagar bernama Jalavahana, oh dewi agung, jika engkau berpikir bahwa
istrinya yang bernama Jalamburgarbha pada waktu itu, pada saat itu, adalah orang
lain, janganlah berpikir demikian. Mengapa? Gopa, putri suku Shakya, pada waktu
itu, pada saat itu adalah istri yang bernama Jalamburgarbha. Pada waktu itu, pada
saat itu, Rahula adalah putranya yang bernama Jalambara. Bhikshu Ananda adalah
putranya yang bernama Jalagarbha. Oh dewi agung, jika engkau berpikir bahwa
10.000 ikan tersebut adalah orang-orang lain pada waktu itu dan pada saat itu,
janganlah berpikir demikian. Mengapa? Pada waktu itu, pada saat itu, 10.000
devaputra seperti Jvalanantaratejoraja adalah 10.000 ikan yang saya puaskan
dengan air dan makanan yang terbaik, dan yang saya ajarkan Dharma mendalam
tentang pratityasamutpada dan yang saya lafalkan nama Buddha Ratnashikhin,
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha. Karena sebab bajik tersebut, mereka telah
datang ke sini dan menerima prediksi Anuttara Samyaksambodhi. Lebih lanjut,
karena mereka telah mendengarkan ajaran Dharma ini dengan kegembiraan yang
luar biasa, aspirasi, kegembiraan tertinggi dan penghormatan, mereka semua telah
menerima prediksi dan nama-nama mereka. Oh dewi agung, jika engkau berpikir
bahwa dewi hutan, pada waktu itu, pada saat itu adalah orang lain, janganlah berpikir
demikian. Mengapa? Oh dewi agung, pada waktu itu, pada saat itu, engkau adalah
dewi hutan tersebut.
“Berkenaan dengan hal-hal tersebut, oh dewi agung, ketahuilah bahwa ketika
berputar-putar dalam samsara, saya telah sepenuhnya mematangkan potensi
banyak makhluk menuju penggugahan sempurna dan mereka semua menerima
prediksi pencapaian Anuttara Samyaksambodhi.”
Inilah akhir dari bab ke-17, Bab Tentang Kehidupan-kehidupan Lampau dari Ikanikan
Para Murid Jalavahana dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 18
BAB TENTANG INDUK HARIMAU
“Lebih lanjut, oh dewi agung, seorang Bodhisattva bahkan memberikan tubuh dan
hidupnya untuk menolong makhluk lain. Mengapa demikian?
“Didampingi oleh 1.000 bhikshu, Tathagata – yang memancarkan sinar-sinar cahaya
terang dari ratusan kebajikan murni dan luas ke surga dan bumi, memiliki daya untuk
mengalahkan para penantang dengan prajna, penglihatan dan kekuatan tanpa
halangan – sedang melintasi wilayah-wilayah Pancala ketika mereka tiba di suatu
hutan. Di sana beliau melihat suatu area yang dipenuhi rerumputan lembut berwarna
hijau tua dan dihiasi berbagai bunga-bunga wangi yang tumbuh di padang rumput.
Melihat ini, Tathagata berkata kepada Bhikshu Ananda. ‘Tempat ini indah, Ananda.
Tempat ini mempunyai tanda-tanda pernah menjadi tempat pembabaran Dharma.
Siapkanlah tempat duduk untuk Tathagata.’
Seperti diminta oleh Tathagata, sebuah tempat duduk disiapkan. Setelah
mempersiapkan tempat duduk, Ananda berkata kepada Tathagata:
Tempat duduk telah disiapkan, oh Bhagavan, pemimpin dan teragung di antara
para makhluk;
Membebaskan makhluk-makhluk dari belenggu,
Engkau melimpahkan manfaat tertinggi kepada para manusia.
Duduklah dan mohon berikanlah amrita pembabaran Dharma agung
Demi manfaat bagi para manusia.
“Kemudian Tathagata duduk di atas tempat duduk dan berkata kepada para bhikshu
dengan cara ini: ‘Apakah kalian ingin melihat relik-relik seorang Bodhisattva yang
telah melakukan tindakan-tindakan yang sulit dilakukan?’
“Ketika ditanya demikian, para bhikshu tersebut menjawab Tathagata:
Oh Mahamuni, waktunya tepat bagi kami untuk melihat relik-relik
Yang teragung di antara makhluk-makhluk agung, yang pada-Nya terdapat
kebajikan-kebajikan tak terbayangkan
Dari kshanti, virya dan prajna luar biasa
Bergembira dalam ketenangan, kerendahan hati dan smrti. Mohon beritahukan
kami dengan jelas.
“Kemudian Tathagata menepuk permukaan bumi dengan tangan-Nya, yang telapak-
Nya selembut teratai yang baru mekar dan ditandai cakra berjeruji seribu. Begitu
beliau menepuknya, seketika itu juga bumi berguncang dalam enam cara, dan di situ
muncul sebuah stupa yang terbuat dari perak, emas dan permata-permata.
Kemudian Tathagata berkata kepada Bhikshu Ananda: ‘Ananda, bukalah stupa ini.’
Mengikuti permintaan tersebut, Bhikshu Ananda membuka stupa. Di dalamnya ia
melihat sebuah guci yang dilapisi emas dan bertatahkan permata-permata dan
mutiara-mutiara. Setelah melihat hal ini, ia berkata kepada Tathagata, ”Oh
Bhagavan, ada sebuah guci yang terbuat dari emas.’ Tathagata berkata, ‘Bukalah
ketujuh guci ini.’ Sesuai dengan yang diminta, ia membukanya. Ia melihat relik-relik
berwarna seperti salju dan bunga bakung putih. Melihat ini, Bhikshu Ananda berkata
kepada Tathagata, ‘Oh Bhagavan, ada relik-relik.’ Kemudian Tathagata berkata,
‘Ananda, bawalah kemari relik-relik dari makhluk agung tersebut.’ Kemudian Bhikshu
Ananda mengambil relik-relik itu dan menyerahkannya kepada Tathagata. Dengan
membawa relik-relik itu ke hadapan seribu bhikshu dan memegang dengan tangan-
Nya, Tathagata berkata demikian kepada mereka:
Ini adalah tulang belulang dari seseorang yang memiliki kebajikan luar biasa dan
kecerdasan agung,
Kerendahan hati, meditasi, gembira dalam kshanti dan ketenaran agung;
Seseorang yang terus-menerus berjuang demi prajna penggugahan-Nya;
Cerdas dan memiliki virya yang kokoh
Ia selalu bergembira dalam memberi.
“Kemudian Tathagata berkata demikian kepada 1.000 bhikshu: “Oh para bhikshu,
berilah penghormatan kepada relik-relik Bodhisattva yang penuh dengan sila dan
kebajikan, yang merupakan punyaksetra dan sangat langka ditemui.’ Kemudian,
dengan hati yang dipenuhi aspirasi, para bhikshu tersebut memberikan
penghormatan pada relik-relik tersebut dengan tangan beranjali.
‘Kemudian, dengan tangan beranjali, Bhikshu Ananda berkata demikian kepada
Tathagata. “Bhagavan Tathagata telah melampaui seluruh dunia dan dimuliakan oleh
semua makhluk. Mengapa Tathagata menghormati relik-relik ini?’
“Kemudian Tathagata menjawab demikian kepada Bhikshu Ananda: ‘Ananda, karena
relik-relik inilah saya dengan cepat mencapai Anuttara Samyaksambodhi. Ananda, di
suatu masa yang telah berlalu, ada seorang raja bernama Maharatha yang memiliki
kereta-kereta kuda, mempunyai kekuasaan hebat, dan menaklukkan lawanlawannya
dengan keperkasaan dan kekuatan yang tak terhalangi. Ia memiliki tiga
orang putra, yang menyerupai putra para dewa: Mahapranada, Mahadeva dan
Mahasattva.
“Suatu hari raja mengunjungi suatu taman untuk bersenang-senang. Tertarik dengan
keindahan taman yang mempesona dan ingin mencari bunga-bunga, para pangeran
berlarian memasuki hutan Dvadashavanagulma. Ketika para pangeran berlarian,
para pengiring mereka dibubarkan dan mereka berjalan sendiri-sendiri. Para
pangeran tersebut memasuki dua belas hutan lebat dari hutan lindung tersebut.
Kemudian Mahapranada berkata kepada kedua saudaranya: “Hatiku diliputi
ketakutan. Kita bisa terbunuh oleh binatang-binatang buas. Tetaplah berdekatan.”
Mahadeva berkata: “Bagiku, saya tidak takut, tetapi saya khawatir saya mungkin
akan berpisah dengan orang-orang yang saya cintai.” Mahasattva berkata:
Di sini di dalam kesunyian hutan yang dipuji oleh para makhluk yang waskita,
Saya tidak cemas maupun takut.
Hatiku benar-benar sangat bergembira
Berharap menemukan kesempatan akan manfaat yang luas dan besar.
“‘Kemudian selagi para pangeran berjalan-jalan melewati hutan
Dvadashavanagulma, mereka bertemu seekor induk harimau yang baru saja
melahirkan seminggu sebelumnya, dikelilingi oleh anak-anaknya, merasa lapar dan
haus, menderita kelaparan, tubuhnya luar biasa lemah. Melihat induk harimau ini,
Mahapranada berkata: “Aduh! Mungkin sudah enam atau tujuh hari sejak makhluk
malang ini melahirkan. Ia belum menemukan makanan. Ia akan mati kelaparan atau
melahap anak-anaknya sendiri.”
“‘Berkenaan dengan ini, Mahasattva berkata, “Apa makanan dari makhluk malang
ini?”
“‘Mahapranada berkata, “Dikatakan daging segar dan darah hangat adalah makanan
yang cocok untuk harimau, beruang, anjing hutan dan singa.”
“‘Mahadeva berkata: “Tubuh makhluk malang ini tersiksa oleh rasa lapar dan haus,
daya hidupnya tinggal sedikit. Ia luar biasa lemah dan tidak mampu mencari
makanan. Siapa yang bersedia mengorbankan hidup mereka demi
menyelamatkannya?”
“‘Mahapranada berkata: “Oh teman-teman baik, memberikan tubuh adalah tugas
yang sulit.”
“‘Mahasattva berkata: “Untuk orang-orang seperti kita, yang pikirannya lemah dan
sangat terikat pada tubuh ini, tindakan seperti itu memang sulit. Tetapi, makhlukmakhluk
suci sepenuhnya memberikan tubuh mereka dan berjuang tanpa gentar
demi kebahagiaan makhluk lain.
Lebih lanjut, terlahir dari maitri dan karuna,
Para Arya yang menganggap tubuh mereka hanya diperoleh di surga atau di
bumi,
Citta mereka sangat bahagia dalam menyelamatkan hidup makhluk lain,
Tetap tabah, akan mempunyai karuna ratusan kali lipat dalam hal ini.
“‘Merasa sangat sedih, pangeran muda tersebut melihat ke arah induk harimau untuk
beberapa saat tanpa berkedip dan kemudian berlalu. Kemudian muncul pemikiran
dalam diri Mahasattva: “Sekarang waktunya telah tiba bagi saya untuk memberikan
tubuh ini. Mengapa?
Meskipun telah lama saya menjaga tubuh busuk ini, yang akan mati dan rusak,
Memberinya makanan dan minuman, pakaian, tunggangan dan tempat tidur yang
mewah,
Pada akhirnya tubuh ini pasti akan remuk dan berakhir dalam kesedihan
mendalam.
Tubuh ini tidak mempunyai tujuan kecuali meninggalkan sifat keberadaannya
yang tak diketahui.
“‘Lebih lanjut, karena tubuh ini sepenuhnya tidak murni, tubuh ini tidak akan bertahan
lama. Sekarang saya harus menggunakannya untuk tujuan yang mulia. Dengan
demikian, tubuh ini akan menjadi perahu bagi saya untuk menyeberangi lautan
kematian dan kelahiran kembali.
Lebih lanjut, memberikan tubuh ini yang penuh dengan ratusan bisul bernanah,
Penuh dengan kotoran dan air seni, tanpa inti, seperti buih, menampung ratusan
cacing, menyia-nyiakan atas hal-hal yang telah dilakukan,
Saya akan mencapai keadaan Dharmakaya abadi, bebas dari skandha-skandha
tidak murni,
Bebas dari penderitaan dan memiliki samadhi, dipenuhi ratusan kebajikan murni
tak bernoda.
“‘Hatinya diliputi mahakaruna dan keteguhan hati, ia meminta kedua saudaranya
untuk meninggalkannya: “Kalian berdua bisa pergi. Saya akan kembali ke
Dvadashavanagulma untuk keperluan pribadi.” Kemudian, Pangeran Mahasattva
meninggalkan bagian hutan itu dan kembali ke tempat di mana induk harimau itu
berada. Ia menggantungkan pakaiannya di atas cabang pohon dan berpranidhana:
Demi memberikan manfaat kepada makhluk-makhluk dalam samsara, saya
bertekad memperoleh kedamaian penggugahan sempurna;
Dengan citta yang diliputi karuna dan keteguhan hati, saya memberikan tubuh ini
yang sulit diberikan bagi makhluk lain;
Saya bertekad mencapai Anuttara Samyaksambodhi, yang begitu dicari para
Bodhisattva.
Saya akan membebaskan makhluk-makhluk di ribuan dari ribuan dari ribuan
lokadhatu dari ketakutan hebat akan lautan keberadaan samsara.
“‘Kemudian Mahasattva berbaring di hadapan induk harimau, tetapi induk harimau itu
tidak melakukan apa-apa terhadap Bodhisattva yang penuh welas asih tersebut.
Bodhisattva berpikir: “Aduh! Ia terlalu lemah dan tidak mampu!” Ia berdiri untuk
mencari benda yang tajam, tetapi tidak menemukannya. Memegang batang bambu
yang kuat, yang berusia seratus tahun, ia memotong tenggorokannya sendiri dan
jatuh di hadapan induk harimau tersebut. Ketika Bodhisattva jatuh ke tanah, bumi
berguncang dalam enam cara, seperti perahu yang dihempaskan angin di tengah
lautan. Matahari seolah-olah tertutup oleh Rahu, tidak bersinar dengan cahayanya.
Bunga-bunga berbaur dengan bubuk dan wewangian surgawi berjatuhan. Kemudian,
seorang dewi yang citta-nya diliputi kekaguman, memuji Bodhisattva:
Oh Engkau yang berhati luhur, memandang semua makhluk dengan karuna-Mu,
Di sini, selagi Engkau dengan gembira memberikan tubuh-Mu, pahlawan di
antara para manusia,
Tak begitu lama lagi dan tanpa kesulitan, Engkau akan menemukan kedamaian
tertinggi,
Keadaan keheningan tertinggi yang bebas dari penderitaan kelahiran dan
kematian.
“‘Kemudian, sambil menjilati tubuh Bodhisattva yang berlumuran darah, induk
harimau tersebut melahap tubuhnya hingga yang tersisa hanyalah tulang belulang
tanpa daging dan darah.
“‘Merasakan gempa tersebut, Mahapranada berkata kepada Mahadeva:
Cara bumi dengan lautan-lautannya berguncang hebat
Sejauh lautan-lautan di sepuluh penjuru,
Cara matahari kehilangan sinar-sinar cahayanya dan hujan bunga berjatuhan,
Pikiranku penuh kecemasan, adikku sekarang telah memberikan tubuhnya.
“‘Mahadeva berkata:
Memikirkan kata-kata penuh welas asih yang diucapkannya,
Dan cara ia mengamati induk harimau dengan tajam –
Yang hampir memakan anak-anaknya sendiri, tersiksa penderitaan dan lemah –
Saya pun diliputi kecemasan.
“‘Kemudian, diliputi duka cita mendalam, mata mereka dipenuhi air mata, kedua
pangeran tersebut kembali ke arah jalan di mana induk harimau itu berada. Mereka
melihat pakaiannya tergantung di pucuk bambu, tulang belulangnya berlumuran
darah berserakan di mana-mana, dan rambutnya berserakan di setiap penjuru.
Begitu melihat hal ini, mereka jatuh pingsan di atas sisa-sisa tubuh tersebut. Sadar
kembali setelah beberapa saat, mereka mengangkat tangan dan menangis pilu:
Aduh, adik kita yang tercinta!
Raja dan ibu kita juga teramat mencintai putra mereka.
Ibu kita pasti akan bertanya, ‘Di mana kalian meninggalkan adik kalian,
Yang matanya panjang seperti kelopak teratai?’
Aduh! Bagi kita berdua di dalam bagian hutan ini,
Hidup tidak sebaik bertemu ajal.
Setelah kehilangan Mahasattva, bagaimana orang tua kita akan merawat kita?
“‘Kemudian, meratap dalam banyak cara, kedua pangeran muda tersebut berlalu.
Pelayan-pelayan berlarian ke segala arah mencari para pangeran, melihat mereka
dan bertanya: “Pangeran, apa yang telah terjadi? Apa yang terjadi?”
“‘Pada waktu itu, permaisuri sedang berbaring di tempat tidurnya. Ia bermimpi
berpisah dengan seseorang yang dicintainya: Kedua buah dadanya terpotong dan
gigi-giginya dicabut dengan paksa. Permaisuri melihat tiga ekor merpati muda yang
ketakutan, salah satunya direnggut seekor elang. Ketakutan karena gempa bumi,
permaisuri tiba-tiba terbangun dan berpikir:
Mengapa penyokong para makhluk yang diselimuti lautan-lautan, terguncang
begitu hebat?
Cahaya mentari telah terenggut, mengarah pada kepedihan di hatiku.
Dalam mimpiku, tubuhku lemah, mataku gemetar, buah dadaku terpotong.
Aku ingin tahu apakah putra-putraku yang pergi ke hutan untuk bermain-main
dalam keadaan baik-baik saja.
“‘Saat permaisuri terus-menerus berpikiran demikian, seorang pelayan masuk.
Dengan sedih, ia berkata kepada permaisuri: “Ibunda, para pengiring pangeran
sedang mencari pangeran. Terdengar kabar bahwa putra permaisuri yang tercinta
telah tewas!” Ketika permaisuri mendengar kata-kata ini, dengan hati yang berdegup
dan mata penuh air mata, permaisuri menghampiri raja dan berkata: “Baginda, saya
mendengar bahwa putraku yang tercinta telah tewas.” Raja juga sangat sedih.
Dengan hati yang berdegup, raja berkata: “Saya telah kehilangan putra tercinta.”
“‘Untuk menghibur permaisuri, raja berkata: “Janganlah bersedih, permaisuri yang
baik. Saya akan segera mencari putra kita.” Sewaktu berangkat, raja melihat orangorang
berkerumun. Kemudian raja melihat dua pangeran mendekat dari kejauhan.
Melihat mereka, raja menangis: “Para pangeran sedang kemari, tetapi tidak ketigatiganya.
Aduh! Sungguh menyakitkan melihat seseorang kehilangan putranya.
Bagi seseorang, kegembiraan memperoleh seorang putra
Tidak sebanding dengan penderitaan kehilangan seorang putra;
Apakah orang-orang yang tidak bahagia adalah mereka yang tidak mempunyai
putra di dunia ini,
Atau mereka yang masih hidup tetapi anak-anaknya telah meninggal?
“‘Diliputi duka cita, permaisuri seperti seekor induk unta yang dipukul di bagian
vitalnya, mengeluarkan tangisan yang paling menyedihkan:
Jika ketiga putraku dengan kumpulan pelayan mereka
Memasuki hutan yang penuh dengan bunga-bunga mekar,
Putra bungsu tercinta belum kembali.
Di manakah putra bungsu yang seperti hatiku sendiri?
“‘Ketika kedua pangeran mendekat, raja bertanya, “Di mana adik bungsu kalian?”
“‘Diliputi duka cita, mata mereka penuh air mata. Mulut mereka kering, mereka tidak
mengucapkan apapun. Permaisuri bertanya: “Di mana putra bungsuku?’ Hatiku
seolah-olah akan hancur. Tubuhku merasakan penderitaan yang tak tertahankan.
Pikiranku kacau. Berbicaralah.”
“‘Kemudian kedua putranya menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah
mendengarnya, raja dan permaisuri menjadi tak sadarkan diri. Ketika sadar kembali,
mereka menangis penuh iba dan menuju tempat tersebut. Melihat tulang tanpa
daging, darah atau otot dan rambut berserakan, raja dan permaisuri jatuh ke tanah
seperti pepohonan yang tumbang ditiup angin. Para pendeta dan para menteri yang
menyaksikan kejadian tersebut, kemudian menyegarkan dan memulihkan tubuh raja
dan permaisuri dengan minyak cendana Malaya. Setelah pulih, raja berdiri dan
menyerukan ratapan ini:
Aduh! Putra tercinta yang penuh kasih sayang dan periang,
Mengapa engkau pergi begitu cepat?
Mengapa bukan saya saja yang meninggal?
Tidak pernah saya merasakan penderitaan sehebat ini.
“‘Dengan rambut kusut, sambil memukuli dadanya, permaisuri juga meratap penuh
iba. Permaisuri menggeliat-geliat ke tanah seperti seekor ikan yang dilempar ke
tanah yang kering, seperti seekor kerbau betina yang telah kehilangan anaknya,
seperti induk unta yang anaknya telah tewas:
Aduh! Putraku tercinta yang seperti bunga teratai, yang penuh kasih sayang
Yang telah hancur dan berserakan di tanah
Musuh saya yang mana yang pada hari ini di bumi
Telah membunuh putraku yang bermata mempesona dan berwajah seperti bulan.
Aduh! Ketika melihat putra tercinta terbunuh di atas tanah
Mengapa tubuh ini tidak jatuh?
Hatiku ini jelas terbuat dari besi;
Tidak retak menghadapi penderitaan tragis.
Hari ini di dalam mimpi, payudaraku terpotong oleh sebilah pedang,
Gigiku dicabut keluar dari mulutku;
Dan hari ini putra tercinta mendadak sudah tidak ada lagi.
Seperti salah satu dari ketiga merpati yang direnggut dari tanganku oleh seekor
elang,
Hari ini, dikelilingi ketiga putraku, kematian telah merenggut salah satunya.
Aduh! Akibat dari mimpi burukku telah terjadi!
“‘Kemudian raja dan permaisuri meratap dalam berbagai cara. Dikelilingi oleh
kerumunan orang banyak, mereka melepaskan perhiasan-perhiasan, memberi
hormat pada sisa tubuh putra mereka dan meletakkan sisa tubuhnya di tempat ini.
“Ananda, jika engkau berpikir bahwa pangeran muda yang bernama Mahasattva,
pada waktu itu, pada saat itu adalah orang lain, janganlah berpikir demikian.
Mengapa? Pada waktu itu, pada saat itu, saya adalah pangeran muda yang bernama
Mahasattva. Ananda, bahkan sebelum saya bebas sepenuhnya dari avidya, dvesha
dan raga, saya telah menyelamatkan makhluk-makhluk dari penderitaan di nerakaneraka.
Karena sekarang saya telah bebas dari semua kekurangan dan telah
mencapai penggugahan sempurna, bagaimana saya tidak lebih bertekad untuk
membebaskan semua makhluk? Dalam cara ini, bahkan demi kebahagiaan satu
makhluk pun, saya dengan senang hati tetap berada di alam-alam neraka selama
berkalpa-kalpa. Saya telah sepenuhnya membebaskan makhluk-makhluk dari
samsara. Dengan mahakaruna, saya telah membantu semua makhluk dan telah
melakukan banyak tindakan-tindakan sulit.”
“Kemudian pada waktu itu Tathagata mengucapkan gatha-gatha ini:
Selagi mencari penggugahan sempurna,
Saya telah memberikan tubuh saya selama berkalpa-kalpa,
Seperti ketika saya menjadi seorang raja atau pangeran,
Saya telah sepenuhnya memberikan tubuh saya.
Ketika saya mengingat kelahiran-kelahiran lampau saya,
Suatu ketika ada seorang raja bernama Maharatha
Mempunyai seorang putra yang sangat pemurah
Bernama Mahasattva, yang agung.
Dan Mahasattva mempunyai dua saudara laki-laki
Bernama Mahapranada dan Mahadeva.
Mereka memasuki hutan lebat,
Dan di sana melihat seekor induk harimau tersiksa kelaparan.
Sungguh luar besar welas asih Mahasattva terhadap makhluk ini:
‘Karena induk harimau ini begitu kelaparan dan kehausan,
Ia pasti akan memangsa anak-anaknya sendiri.
Oleh karena itu saya akan memberikan tubuh saya padanya.’
Mahasattva, putra dari Maharatha,
Melihat induk harimau dan anak-anaknya yang kelaparan;
Dengan citta welas asih untuk menyelamatkan mereka
Ia menjatuhkan diri ke jurang.
Bumi dengan gunung-gunungnya berguncang –
Menghamburkan berbagai kawanan burung
Dan menakutkan gerombolan rusa –
Dan dunia ini diselubungi kegelapan.
Kedua saudaranya, Mahapranada dan Mahadeva,
Mencarinya di dalam hutan luas tersebut.
Gagal menemukan Mahasattva,
Mereka berlari kebingungan.
Diliputi duka cita, hati mereka penuh penderitaan,
Mereka berkelana di dalam hutan;
Air mata membanjiri wajah mereka,
Selagi mereka mencari adiknya.
Kedua pangeran muda ini, Mahapranada dan Mahadeva
Mendekati tempat di mana induk harimau yang lemah itu berbaring.
Mereka melihat induk harimau dan anak-anaknya,
Dengan mulut dipenuhi darah.
Di atas tanah terdapat beberapa tetesan darahnya;
Beberapa tulang dan rambut berserakan.
Ketika mereka melihat bumi berceceran darah,
Hati mereka hancur, pikiran mereka hampa.
Kedua pangeran tersebut pingsan dan jatuh ke tanah,
Tubuh mereka dipenuhi debu dan tanah.
Begitu juga para pengiring mereka
Menyerukan ratapan dan diliputi duka cita
Segera memercikkan air pada kedua pangeran,
Dengan tangan terangkat, mereka menangis.
Permaisuri tercinta,
Ibunda yang telah mengandungnya,
Sedang duduk dengan nyaman di istana,
Ditemani oleh lima ratus wanita.
Pada saat Mahasattva jatuh ke tanah, air susu mengalir dari payudaranya
Dan seketika berubah menjadi darah.
Tubuh dan anggota-anggota tubuhnya sakit luar biasa,
Seakan-akan ditusuk jarum.
Sangat bersedih, permaisuri merasa ditusuk oleh panah-panah kesedihan.
Hatinya dibanjiri duka cita, ia mendekati raja.
Sangat sedih, menangis di hadapan raja,
Ia berkata kepada Raja Maharatha:
‘Dengarkanlah saya, Baginda, pemimpin para manusia;
Tubuhku terbakar oleh api duka cita;
Air susu yang mengalir dari puting-puting payudaraku
Segera berubah menjadi darah.
Tubuhku terasa sakit seakan-akan tertusuk jarum;
Hatiku terasa akan hancur.
Itu adalah pertanda-pertanda bahwa aku tidak akan melihat putra-putraku lagi.
Itulah takdir anak-anak saya.
Berwelas asihlah; berikanlah hidupku.
Hari ini, dalam mimpi, aku melihat tiga merpati muda,
Satu merpati, putra bungsuku – baik dan penuh kasih sayang –
Disambar oleh seekor elang di tempat itu.
Kesedihan mimpi-mimpi tersebut telah merasuki hatiku;
Pikiranku terbakar kesedihan.
Begitulah takdir putra-putraku;
Tak lama lagi aku akan dirundung duka cita;
Oh yang penuh welas asih, berikanlah hidupku.’
Setelah berkata demikian,
Permaisuri pingsan dan jatuh ke tanah.
Hilang ingatan, tak sadarkan diri,
Dan tidak dapat berpikir.
Melihat permaisuri
Pingsan dan jatuh ke tanah,
Semua orang di istana itu juga
Menangis dan meratap dengan suara-suara penuh iba.
Seketika itu
Raja dikuasai rasa kehilangan putranya;
Juga para menteri dan para pengiring
Berangkat mencari para pangeran.
Rakyat di seluruh kota
Keluar dari rumah mereka masing-masing.
Menangis dan dengan air mata bercucuran,
Mereka menanyakan Mahasattva:
‘Apakah ia hidup atau meninggal?
Ke mana Mahasattva telah pergi?
Apakah kami akan melihatnya hari ini,
Ia yang penuh kasih sayang dan menyenangkan untuk dipandang?’
Tiba-tiba angin duka cita yang hening,
Kencang dan tanpa suara,
Bertiup di seluruh negeri tersebut;
Namun karena keajaiban tanpa batas, ada suatu suara yang tajam.
Kemudian Raja Maharatha bangkit,
Tertekan duka cita dan menangis.
Raja memercikkan air ke permaisurinya,
Yang telah pingsan dan jatuh ke tanah.
Setelah sadar kembali, ratu bangkit;
Pikirannya menjadi sedih, ia bertanya,
‘Apakah putra-putraku telah meninggal atau masih hidup?
Kemudian Raja Maharatha
Berkata kepada permaisuri:
‘Para menteri dan juga para pengiring
Telah pergi mencari para pangeran.
Janganlah putus asa.
Janganlah bersedih hati.’
Dengan cara ini, setelah menghibur permaisuri,
Raja Maharatha keluar dari istana.
Dikelilingi oleh kumpulan para menteri
Raja menangis, pikirannya lemah
Tubuhnya lemah dan dikuasai duka cita.
Ratusan makhluk-makhluk juga
Menangis dengan air mata bercucuran.
Mereka berlarian di kota agung tersebut
Untuk mencari para pangeran muda.
Melihat raja keluar dari istana,
Demikian mereka mengikutinya.
Saat raja meninggalkan kota tersebut
Untuk mencari putra-putra tercintanya
Ia melihat ke setiap penjuru dengan pandangan membelalak.
Ia melihat seseorang datang ke arahnya,
Kepalanya tercukur, tubuhnya berlumuran darah;
Pakaiannya penuh debu dan tanah,
Wajahnya bergelimang air mata.
Kesedihan luar biasa menguasai
Hati Raja Maharatha
Ia menangis dengan wajah bercucuran air mata.
Berdiri dengan kedua tangan diangkat ke atas, ia meratap.
Kemudian dari kejauhan seorang menteri
Bergegas menghampiri.
Datang mendekati Raja Maharatha,
Pemimpin para manusia, ia berkata:
‘Oh pemimpin manusia, janganlah bersedih.
Putra-putramu yang menawan masih hidup!
Tidak lama lagi engkau akan melihat
Putra-putra tercinta di hadapanmu.’
Raja melanjutkan perjalanannya
Dan kemudian menteri berikutnya mendatanginya;
Dengan pakaian yang penuh debu dan keringat,
Dengan suara sedih, ia berkata kepada raja:
‘Oh maharaja, dua putramu masih hidup,
Dirundung oleh api kesedihan yang mendalam.
Oh raja, putra ketigamu hilang.
Mahasattva telah tertangkap anitya.
Ia melihat seekor induk harimau kelaparan
Yang baru saja melahirkan
Dan hampir memakan anak-anaknya.
Demi mereka Mahasattva muda,
Dengan hati yang dipenuhi welas asih,
Mengumandangkan pranidhana agung bodhicitta:
“Semua makhluk akan saya bebaskan; di masa mendatang saya akan mencapai
Anuttara Samyaksambodhi yang begitu saya inginkan.”
Kemudian Mahasattva melompat ke jurang yang terjal;
Induk harimau yang kelaparan bangkit.
Dengan cepat melahap tubuhnya tanpa menyisakan daging,
Namun hanya menyisakan sedikit tulang belulang.’
Setelah mendengar kata-kata mengerikan ini,
Hati raja menjadi hancur.
Raja Maharatha pingsan dan jatuh ke tanah.
Api kesedihan berkobar tanpa henti.
Begitu juga para menteri dan para pengiringnya
Menangis pilu, diliputi kesedihan.
Mereka memercikkan air pada raja dan meratap dengan tangan diangkat ke atas.
Kemudian menteri berikutnya berkata demikian kepada raja:
‘Hari ini saya telah melihat kedua pangeran
Terbaring di atas tanah di dalam hutan lebat,
Mereka tak sadarkan diri; pikiran mereka kacau.
Kami memercikkan air yang banyak pada kedua pangeran
Hingga mereka sadar dan bangun kembali.
Terperanjat, mereka melihat ke segala penjuru;
Begitu berdiri, mereka jatuh lagi ke tanah.
Mereka meratap dengan suara memilukan;
Dengan tangan diangkat di atas, mereka memanjatkan pujian untuk adik
mereka.’
Pikiran raja menjadi sangat lemah
Dan tertekan karena kehilangan putranya.
Dalam kesedihan yang mendalam, ia meratap.
Kemudian pemikiran ini muncul:
‘Putraku Mahasattva yang tercinta dan menawan,
Telah tertangkap anitya.
Hidup kedua putraku yang lain
Sekarang bisa hilang karena api kesedihan
Oleh karena itu, saya harus segera menuju ke sana
Untuk melihat putra-putraku yang menyenangkan untuk dipandang.
Dengan tunggangan yang cepat menuju alun-alun istana,
Saya akan segera membawa putra-putraku
Jika tidak, hati ibu yang mengandung mereka
Akan hancur karena api kesedihan.
Begitu melihat kedua putranya, ibundanya akan menjadi damai,
Dan karena itu, ibundanya tidak akan kehilangan hidupnya.’
Raja diiringi rombongan menterinya
Menunggangi gajahnya untuk melihat kedua putranya.
Menangis dengan suara memilukan,
Kedua pangeran berjalan, memanggil-manggil nama adik mereka.
Raja menangis penuh kesedihan.
Ia membawa kedua putranya dan kembali ke rumah.
Dengan segera, seperti orang yang terburu-buru,
Ia membawakan putra-putranya kepada permaisuri.
Saya, Tathagata Shakyamuni
Dulu adalah Mahasattva,
Putra Raja Maharatha
Yang memulihkan induk harimau.
Maharaja Shuddhodana
Adalah raja bernama Maharatha,
Dan Ratu Maya adalah permaisurinya.
Mahapranada adalah Maitreya.
Demikian juga, Pangeran Mahadeva
Adalah Manjushri yang belia.
Induk harimau adalah Mahaprajapati;
Kelima bhikshu adalah kelima anak harimau.
“Kemudian Maharaja Maharatha dan permaisuri meratap penuh kesedihan. Mereka
melepaskan perhiasan-perhiasan di tubuh mereka, dan bersama kerumunan banyak
orang, memberikan penghormatan pada sisa-sisa tubuh pangeran. Menempatkan
sisa-sisa tubuh Pangeran Mahasattva di tempat itu juga, mereka membangun
sebuah stupa dari tujuh jenis permata. Sewaktu Mahasattva memberikan tubuhnya
kepada induk harimau, ia membuat tekad bodhicitta berikut: “Melalui punya dari
memberikan tubuhku sepenuhnya, agar di masa mendatang selama berkalpa-kalpa
tak terhitung, saya melakukan tindakan-tindakan para Buddha demi semua
makhluk.”
“Ketika penjelasan ini diberikan, makhluk-makhluk yang jumlahnya tak terbayangkan
termasuk para dewa dan manusia, membangkitkan bodhicitta untuk mencapai
Anuttara Samyaksambodhi. Dan inilah alasan dan sebab Tathagata memperlihatkan
stupa ini di sini.
“Kemudian, melalui daya kekuatan Tathagata, stupa itu masuk ke bumi di tempat itu
juga.”
Inilah akhir dari bab ke-18, Bab Tentang Induk Harimau, dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.

BAB 19
BAB TENTANG PUJIAN OLEH SEMUA BODHISATTVA
Kemudian ratusan ribu Bodhisattva menghampiri Tathagata
Suvarnaratnakaracchatrakuta. Memberi penghormatan dengan bersujud di kaki
Tathagata Suvarnaratnakaracchatrakuta, mereka berdiri di satu sisi. Setelah berdiri
di satu sisi, kemudian ratusan ribu Bodhisattva beranjali dengan hormat dan memuji
Tathagata Suvarnaratnakaracchatrakuta dengan gatha-gatha berikut ini:
Oh Jina, tubuh-Mu bagaikan emas murni,
Karena kehadiran tubuh agungnya memancarkan warna keemasan.
Keemasan-Mu bagaikan keemasan raja dari semua gunung.
Sang Teratai Putih yang waskita memiliki warna emas.
Tanda-tanda utama agung menghiasi seluruh tubuh-Mu;
Tanda-tanda sekunder agung menghiasi bagian-bagian tubuh-Mu.
Engkau cemerlang dan memiliki kemuliaan agung bagaikan emas.
Sepenuhnya murni, tenang bagaikan raja dari semua gunung,
Engkau memiliki suara dan irama merdu Brahma.
Engkau mengeluarkan auman singa dan naga yang menggetarkan;
Enam puluh melodi-Mu bergema dan mengalun.
Jina, melodi-Mu bagaikan nyanyian burung tekukur dan burung merak.
Sepenuhnya tanpa noda, tanpa cacat dan bersinar dengan cahaya keagungan,
Oh Jina, tanda-tanda ratusan kebajikan menghiasi-Mu.
Samudra prajna-Mu agung dan murni sempurna;
Jina, seperti Sumeru, Engkau memiliki setiap kebajikan.
Dengan mahakaruna demi kebahagiaan semua makhluk,
Engkau adalah pemberi kedamaian tertinggi pada dunia.
Memberikan keadaan kedamaian melampaui kematian,
Oh Jina, Engkau membabarkan kebenaran agung tertinggi
Dan penghantar menuju kedamaian Nivana.
Oh Jina, melalui penyingkapan amrita Dharma
Engkau menghantarkan pada ketidakmatian;
Suatu keadaan kedamaian,
Engkau adalah sumber segala kedamaian.
Oh Jina, Engkau membebaskan makhluk-makhluk samsara dari penderitaan
Dan membebaskan makhluk-makhluk dari samudra penderitaan;
Engkau benar-benar menghantarkan mereka pada jalan menuju kedamaian
Dan memberikan kebahagiaan kepada setiap makhluk.
Tak dapat ditemukan apapun yang sebanding
Dengan samudra kebajikan dan prajna Munendra.
Yang memiliki karuna untuk makhluk-makhluk yang terbebani kehidupan,
Engkau memiliki daya cinta kasih, virya dan upaya.
Tiada di antara makhluk-makhluk,
Bahkan di antara para dewa dalam ribuan juta kalpa
Dapat sepenuhnya menjelaskan bahkan hanya setetes kebajikan
Dari samudra kualitas-kualitas agung-Mu.
Setetes samudra kebajikan-Mu,
Telah saya ungkapkan hanya sedikit secara singkat,
Melalui punya apapun yang telah saya kumpulkan
Dengan demikian, agar semua makhluk mencapai Anuttara Samyaksambodhi.
Inilah akhir dari bab ke-19, Bab Tentang Pujian oleh Semua Boddhisatva dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 20
PUJIAN KEPADA SEMUA TATHAGATA
Kemudian Bodhisattva Ruchiraketu bangkit dari tempat duduknya, meletakkan ujung
jubah bagian atas di satu pundak, berlutut dengan kaki kanan, beranjali ke arah
Tathagata dan memuji Tathagata:
Munendra, Engkau agung dihiasi ribuan kebajikan yang memikat;
Engkau memiliki tanda-tanda ratusan punya;
Dengan penampilan yang sangat indah, Engkau tampak luar biasa tenang
Bagaikan seribu mentari bersinar terang dengan cahaya gemilang.
Berkobar dengan sinar-sinar, Engkau diliputi cahaya.
Gilang gemilang dengan warna – seperti permata-permata biru dan putih,
Emas, lapis lazuli, tembaga dan cahaya kristal di kala fajar –
Engkau menghancur-leburkan Sumeru, raja vajra dari semua gunung.
Engkau menyinari puluhan juta dunia
Dan melegakan penderitaan hebat mereka;
Engkau menyenangkan makhluk-makhluk dengan kedamaian tertinggi.
Penampilan dan enam indera-Mu cerah dan indah untuk dipandang.
Tubuh-Mu senantiasa memberikan kegembiraan bagi
Makhluk-makhluk yang melihat-Mu.
Rambut-Mu indah mempesona – berwarna burung merak –
Bersinar bagaikan teratai yang dipenuhi lebah-lebah.
Engkau dihiasi kebajikan karuna murni.
Engkau telah mengumpulkan punya tertinggi melalui samadhi dan maitri.
Memiliki tanda-tanda sekunder agung dalam berbagai warna,
Engkau memenuhi makhluk-makhluk dengan semua kebahagiaan.
Diperindah dengan tujuh sayap penggugahan,
Engkau dihiasi kebajikan-kebajikan seperti samadhi.
Pemberi kebahagiaan, semua kedamaian dan kebahagiaan bersumber dari-Mu.
Engkau diperkaya dan dihiasi berbagai kebajikan mendalam
Dan bersinar cerah dalam puluhan juta buddhaksetra.
Bersinar cemerlang bagaikan sinar cahaya api
Engkau menyerupai mentari yang bersinar penuh di langit.
Memiliki semua kebajikan seperti Gunung Sumeru,
Engkau bermurah hati di setiap alam.
Deretan gigi-gigi-Mu indah
Bagaikan susu sapi, keong, bunga bakung putih atau bulan,
Putih seperti salju murni,
Seperti raja angsa yang anggun di angkasa.
Urna di tengah-tengah kedua alis mata,
Di wajah-Mu yang tenang bagaikan rembulan
Melingkar ke kanan, indah mempesona,
Bersinar terang bagaikan lapis lazuli atau mentari di langit.
Inilah akhir dari bab ke-20, Bab Tentang Pujian Kepada Semua Tathagata dari
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.

BAB 21
BAB KESIMPULAN
Kemudian, pada waktu itu, pada saat itu, dewi agung Bodhisattvasamucchaya
memuji Tathagata:
Sujud kepada Buddha, yang memiliki citta yang luar biasa murni sempurna,
Merealisasi Dharma yang sepenuhnya sempurna,
Mengetahui keberadaan dan ketidakberadaan dengan sempurna,
Citta-Nya yang sempurna bebas dari pembentukan karma negatif.
Betapa menakjubkan! Keagungan Buddha adalah tak terbatas.
Betapa menakjubkan! Bagaikan samudra dan Gunung Sumeru.
Betapa menakjubkan! Lingkup aktivitas-aktivitas Buddha adalah tanpa akhir.
Kehadiran Buddha adalah langka bagaikan mekarnya udumvara.
Betapa luar biasanya welas asih Tathagata –
Pemimpin tertinggi para raja Shakya,
Bagaikan mentari di antara pemimpin para manusia –
Beliau telah membabarkan sutra teragung seperti ini
Demi menjaga dan membimbing semua makhluk!
Dengan kedamaian indera-inderanya, Tathagata Shakyamuni
Telah memasuki keadaan kedamaian tertinggi.
Konsentrasi-Mu begitu dalam, hening dan murni,
Engkau bersemayam dalam lingkup pengalaman para Jina.
Dengan cara ini tubuh para Shravaka adalah shunya,
Yang tertinggi di antara para makhluk juga adalah shunya.
Karena semua fonomena ini bersifat shunya,
Tak dapat ditemukan sama sekali apapun yang tidak bersifat shunya.
Teguh tanpa goyah saya mengingat Jina,
Saya selalu ingin bertemu Buddha
Dengan sungguh-sungguh dan tanpa henti saya bertekad
Untuk melihat mentari Tathagata Samyaksambuddha.
Terus-menerus dengan kaki berlutut,
Saya merindukan Jina dengan sangat dahaga.
Saya memanggil Buddha dengan tersedu-sedu penuh iba;
Saya tetap sangat dahaga akan kehadiran Sugata.
Karena tanpa henti saya diluapi keinginan tersebut,
Curahkanlah air sejuk pandangan-Mu padaku.
Oh Buddha, bertindaklah padaku dengan penuh welas asih;
Berikanlah saya anugerah kehadiran-Mu,
Karena saya sangat dahaga akan wujud agung-Mu.
Puaskanlah saya dengan air welas asih-Mu.
Engkaulah andalan semua makhluk, termasuk para dewa.
Dengan demikian tubuh para Shravaka adalah shunya;
Keberadaan semua makhluk bagaikan mimpi.
Seperti ruang dan sifat ruang,
Suatu ilusi, fatamorgana atau seperti pantulan bulan di air.
Oh Buddha, Engkau memiliki shunyata agung.
Kemudian Tathagata bangkit dari tempat duduk-Nya dan berkata dalam suara
Brahma: “Baik sekali, dewi agung! Baik sekali!”
Ketika Tathagata berkata demikian, para Bodhisattva yang dipimpin oleh dewi agung
Bodhisattvasamucchaya, putri-putri para dewa seperti dewi agung Sarasvati,
rombongan para dewi seperti dewi agung Shri, para raja dewa seperti Vaishravana,
seluruh kumpulan dan seluruh alam dewa, manusia, asura, gandharva, kinnara,
maharoga dan sebagainya bergembira dan sangat memuji pembabaran dari
Tathagata.
Inilah akhir dari bab ke-21, Bab Kesimpulan dari Suvarnaprabhasottama
Sutrendrarajasutra.
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra telah selesai.

------------------------------------------------------------------------------------------------

《金光明經》是釋迦牟尼佛說的,有佛力在。
Suvarna Prabhasa Sutra disabdakan oleh Sakyamuni Buddha, mengandung kekuatan Buddha.

《金光明經》是諸經之王,有經力在。
Suvarna Prabhasa Sutra merupakan Raja Sutra, terdapat kekuatan sutra.

《金光明經》有堅牢地神守護,有神力在。
Suvarna Prabhasa dilindungi oleh Vajra Bumi Prthivi, ada kekuatan para dewata.

Grand Master Book 127

------------------------------------------------------------------------------------------------

Keterangan: Svarnaprabhasa Sutra (金光明經), nama lengkapnya adalah Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra
(金光明最勝經) sebenarnya kedua Sutra ini sama, namun pada masa sekarang umumnya yang beredar ada 2 versi, yaitu versi lengkap yang biasanya berjudul Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra (金光明最勝經), yang mana pada versi ini dituliskan lengkap semua Mantra yang ada diajarkan Buddha Sakyamuni sewaktu membabarkan Sutra ini dan versi umum yang berjudul Svarnaprabhasa Sutra (金光明經), yang mana pada versi ini sebagian Mantra yang diajarakn oleh Buddha Sakyamuni saat membabarkan Sutra ini tidak dituliskan, yang dituliskan hanya pembabaran nya saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music