Oleh: Buddha Hidup Lian Sheng
Berita New Zealand menyebutkan ada seorang pria, menyetir melalui jembatan gantung, tiba-tiba mobil berhenti, tangannya menggendong seorang bayi perempuan berusia 4 tahun, kemudian, dari jembatan yang tinggi, ia melempar sang bayi perempuan ke bawah, lempar ke tengah laut yang dalam dan deras.
Kejadian ini disaksikan oleh banyak pengendara mobil. Anggota penyelamat bergegas tiba, menyelamatkan si bayi perempuan, helikopter mengantarnya ke rumah sakit agar diberikan pertolongan darurat. Sayang, terlanjur meninggal dunia.
Konon, pria tersebut memperebutkan hak asuh dengan mantan istrinya, mungkin karena emosi sesaat, lantas, membunuh putri mereka yang baru berusia 4 tahun. Pria tersebut dituduh melakukan tindak kriminal pembunuhan.
Begitu membaca berita ini, saya menyebutkan, "Namo Amitabha!" dan mengeluh.
Kasus penganiayaan anak-anak ada di mana-mana, kasus pembunuhan anak-anak juga sering terdengar, betapa memprihatinkan!
*
Mengenai "aborsi", itu bahkan lebih sering terjadi lagi, ada sebagian negara yang mensahkan perbuatan aborsi dalam undang-undang negaranya. Ada sebagian negara yang melarang aborsi dalam undang-undang negaranya, antara keduanya juga cukup kontroversial.
Saya pribadi berasumsi, selama tubuh bardo (arwah) telah masuk ke janin, itu adalah nyawa, jika digugurkan, itu merupakan tindak pembunuhan. Makanya, saya menentang aborsi.
Saya bahkan menentang, setelah pelecehan seksual, si wanita hamil, lalu wanita yang mengalami pelecehan seksual melakukan aborsi. Mengapa? Karena hamil berarti nyawa. Ada nyawa berarti ada Buddhata. Aborsi sama dengan membunuh Buddha.
Banyak orang mengira, mengalami pelecehan seksual itu kotor, aib, pelecehan seksual menyebabkan hamil, si wanita juga merasa berdosa. Namun, apa salah sang janin? Nyawa ini juga memiliki Buddhata, maka, jangan dibunuh!
Saya menentang semua jenis "aborsi". Bila hasil diagnosa dokter menyatakan bahwa: janin itu "Janin mati", "Janin aneh", " Hydatidiform", atau "Janin cacat". Saya tak bisa berkata apa-apa.
*
Saya berkata:
Dulu "Buddha Sakyamuni" masuk ke dalam janin "Permaisuri Mahamaya", juga muncul berbagai pengajaran di dalam janin, sehingga muncullah kitab "Sutra Bodhisattva Menempati Janin" yang tersebar di dunia ini. (Mana boleh aborsi)
Lebih lanjut:
Banyak Mahasattva masuk ke dalam kandungan, belum tentu selalu berada di dalam kandungan, ia dapat senantiasa menjelajahi Buddhaloka yang bersih dan mulia dari Para Buddha. Menerima ajaran dari Buddha. (Mana boleh membunuh janin Bodhisattva)
Lebih lanjut:
Sepanjang hidup manusia, ada yang namanya "Lima Gejala di Dalam Kandungan" dan "Lima Gejala di Luar Kandungan", lima gejala di dalam kandungan juga merupakan gejala biologis. (Mana boleh aborsi)
Lima gejala di luar kandungan terdiri dari: "bayi", "anak-anak", "muda", "setengah baya", dan "lanjut usia".
Lebih lanjut:
Konon di dalam janin terdapat istana janin, istana janin tidak boleh terpancar sinar matahari dan bulan, namun, istana ini dibangun dari tujuh jenis mustika, di dalamnya juga terdapat kebahagiaan, bagai Surga Trayastrimsa. Barangsiapa meragukan kekuatan Buddha, namun, mengandalkan kekuatan sendiri dari penjapaan nama Buddha, ia justru berada dalam janin, itulah istana janin kota keraguan. (Mana boleh aborsi)
Di dalam "Sutra Janin" menjelaskan, jodoh karma memasuki janin, bentuk wajah kita, dan semua gejala yang dialami manusia di dalam janin adalah gejala biologis.
Ketika saya masih di dalam kandungan, saya sudah tahu masa depan saya, sedari awal saya sudah terbahak-bahak tiga kali, HA HA HA!
Selasa, 03 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan
Om Mani Padme Hum
Om Mani Padme Hum
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar