Sabtu, 21 Februari 2009

Semua Guru Sesepuh Agama Buddha yang Mencapai Pencerahan Tampil dalam Wujud Bhiksu

(Ceramah Buddha Hidup Lian Sheng di Ling Shen Ching Tze Temple pada Kebaktian Sabtu 22 November 2008)

Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala! Gurudhara, Para Acarya, Para Dharmacarya, Lama, juga ketua vihara, para umat se-Dharma, seluruh umat se-Dharma di internet, salam sejahtera semuanya.

Tadi, pemimpin kebaktian Acarya Lian Ning menyampaikan tentang "menembakkan anak panah", hari ini saya mengukuhkan, sesungguhnya "pengukuhan" itu tidak ada, karena tidak ada "pengukuhan", makanya disebut "pengukuhan", semua ini yang tersebut di dalam "Sutra Vajra". Sesungguhnya, "Sutra Vajra" menyebutkan banyak penyataan serupa, yang namanya "insan" justru karena "bukan insan", barulah disebut "insan", di dalamnya mengandung arti yang sangat dalam.

Marilah kita bicara tentang pengukuhan! Ada dua umat se-Dharma, satu adalah Lianhua Haomin dari Calgary - Kanada, Mahaguru mengukuhkan dirinya telah mencapai pencerahan. (Hadirin tepuk tangan) Jadi, Zhenfo Zong kita tidak hanya Mahaguru seorang saja yang telah mencapai pencerahan, sekarang sudah ada yang mencapai pencerahan. Saya mengukuhkan lagi Lianhua Jingbo -- Yang Jingbo dari Vancouver - Kanada, ia juga telah mencapai pencerahan. (Hadirin tepuk tangan)

Lianhua Haomin mengatakan bahwa setelah ia mencapai pencerahan, ia bertekad membabarkan Dharma dan memberikan manfaat untuk insan, ia mempersembahkan seluruh hidupnya untuk insan. Orang tuanya telah setuju, istrinya juga telah setuju, setelah ia menentukan waktunya, ia akan menjadi bhiksu. Lianhua Haoming hari ini tidak datang? Ia telepon ke sini, semua sudah setuju, ia sendiri akan mempersembahkan dirinya untuk ajaran suci Tathagata, membabarkan Dharma dan memberikan manfaat untuk insan. Marilah kita memberikan selamat padanya.

Sekarang kita tanya Lianhua Jingbo, silahkan berdiri! (Hadirin tepuk tangan) Silahkan duduk! Sekarang saya tanya Anda, "Apakah Anda bersedia mempersembahkan seluruh jiwa dan raga Anda untuk ajaran suci Tathagata, membabarkan Dharma, dan memberikan manfaat untuk insan? Apakah Anda bersedia tampil dalam wujud bhiksuni?" Silahkan beri pendapat Anda!

(Lianhua Jingbo: saya merasa seorang sadhaka sejati, jika Anda datang ke dunia ini, pertama-tama harus menyadarkan diri sendiri, kemudian mengenal bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah anicca. Setelah seseorang mencapai pencerahan, yang terpenting adalah mencerahkan insan lain, menyeberangkan para insan, dengan demikian barulah dapat mencapai kesempurnaan dalam melatih diri, jadi, saya tetap memutuskan kelak mempersembahkan diri saya untuk misi Bodhi.) (Hadirin tepuk tangan)

Silahkan Anda pilih sendiri satu waktu! (Ini tidak masalah. Saya akan memilih satu kesempatan yang tepat untuk menjadi bhiksuni. Yang penting Mahaguru anggap itu kesempatan yang tepat.) OK! Bagus kalau begitu.

Demikianlah sekilas mengenai pencerahan mereka berdua, kalian jangan menanyakan mereka bagaimana mereka mencapai pencerahan, jangan tanya. Lianhua Haomin dan Lianhua Jingbo, kalian juga jangan katakan pada orang lain kata-kata pencerahan kalian yang paling penting itu, selebihnya boleh dikatakan, kata-kata terpenting adalah yang dicerahi Sang Buddha di bawah Pohon Bodhi, Sang Buddha pun tidak mengatakannya, Mahaguru pun tidak berani mengatakannya, semuanya tersembunyi, banyak hal di dalam Agama Buddha Mahayana yang sejati itu tersembunyi, tidak boleh dikatakan, bagaimana pun ia tetap tersembunyi.

Mengapa? Karena bakat setiap orang berbeda-beda. Bila Anda berbakat besar, Anda sudah sangat mendekati, boleh ditilik; bila orang awam biasa, ia tidak akan mengerti, bagaimanapun ia berpikir, tetap tidak mengerti, jika kita katakan pada mereka, mereka akan merasa kita orang aneh. Atau seperti yang baru dikatakan Lama Biyan, penderita sakit jiwa panjat tembok, jadi tidak boleh dikatakan. Mengapa tidak boleh dikatakan, hanya dapat menyeberangkan sesuai jodoh, di sinilah alasannya, yakni berceramah Dharma berdasarkan bakat insan. Jadi, kata-kata pencerahan yang terpenting itu tidak boleh dikatakan, Haomin juga tidak boleh katakan, Jingbo juga tidak boleh katakan, ini satu titik berat.

Saya sudah lama menunggu, Haomin akan menjadi bhiksu, mengapa harus menjadi bhiksu? Di dalam "Sutra Altar" diterangkan sangat jelas.

Sekarang saya terangkan "Sutra Altar" pada Anda semua. Di dalam "Sutra Altar", Mahabhiksu Yinzong mengatakan bahwa banyak bhiksu senior yang menganggap dirinya paling benar, ketika menerangkan Sutra ibarat puing, tidak berharga, mereka hanya menjelaskan Sutra secara harfiah, asalkan ia seorang profesor, ia pasti dapat melakukannya; orang yang berbasis pendidikan yang baik pun dapat melakukannya, namun, dapatkah benar-benar memahami wahyu Dharma yang sejati di dalam Agama Buddha, ini justru sebuah pertanyaan. Sehingga, Mahabhiksu Yinzong mengatakan, banyak tokoh terkenal menerangkan Sutra, bagaikan puing; bila Patriak VI yang telah mencapai pencerahan menerangkan Sutra, yang diterangkan adalah emas, emas asli, emas yang sangat murni, tidak bercampur dengan yang lain.

Mahabhiksu Yinzong telah bertahun-tahun menerangkan Sutra, saat itu ia justru yang mengupasampada Patriak VI, agar Ia tampil dalam wujud bhiksu. Mengapa harus tampil dalam wujud bhiksu? Sebab Ia hendak mengorbankan jiwa dan raganya, raga adalah wujud lahiriah, harus benar-benar mewariskan guru sesepuh, semua guru sesepuh Agama Buddha mengenakan jubah Dharma, gundul, tampil dalam wujud bhiksu sang pria sejati; jiwa adalah waktu, di dalam kehidupan Anda, semua sikap dan wujud lahiriah Anda harus mewariskan Sang Buddha dari Agama Buddha, silsilah ajaran suci Tathagata, sehingga harus "diupasampada". Bila Anda seorang perumah tangga yang tampil dalam wujud orang awam, tentu juga bisa menyeberangkan insan, namun, tetap sedikit jumlahnya. Hari ini Anda harus mengemban tanggungjawab Tathagata, idealnya sepeti Patriak VI, Ia segera gundul. Tadinya ini tidak ada hubungannya dengan mengukuhkan pencerahan, pokok yang terpenting adalah karena mulai hari ini Anda harus mengemban tanggungjawab Tathagata, harus membabarkan Dharma dan memberikan manfaat pada insan. Jadi, orang yang telah mencapai pencerahan jika tidak digunduli, ia tidak mencukur habis rambutnya, dan masih berpakaian warna-warni, artinya, ia masih di antara orang awam, ia belum mempersembahkan seluruh jiwa dan raganya. Maksud saya begitu. "Sutra Altar" juga mengatakan demikian.

Mahabhiksu Yinzong sendiri menerangkan sutra selama bertahun-tahun, ia seorang bhiksu senior, namun ia tetap berguru pada Patriak VI, ia menghormati Patriak VI berdasarkan tatakrama seorang guru. Saya pernah berkata, Mahaguru tampil dalam wujud bhiksu, itu karena saya diupasampada oleh Mahabhiksu Guoxian dari Vihara Huiquan, Hong Kong. Banyak desas-desus di luar mengatakan bahwa Mahaguru mengupasampada diri sendiri, menggundulkan kepala sendiri, itu isu yang tidak benar, saya diupasampada oleh Mahabhiksu Guoxian. Setelah saya diupasampada, ia bernamaskara pada saya, ia malah bersarana pada Mahaguru. Jadi, Mahabhiksu Guoxian juga siswa saya, namun, orang yang mengupasampada saya adalah Mahabhiksu Guoxian. Ini sangat mirip, Patriak VI diupasampada oleh Mahabhiksu Yinzong, Mahabhiksu Yinzong malah berguru pada Patriak VI.

Saya berani mengatakan, sekarang banyak orang mencapai pencerahan, orang yang tidak mencapai pencerahan seperti ini, ada sebagian bhiksu tidak sudi menyatakan dirinya telah mencapai pencerahan, namun, diam-diam mengatakan bahwa ia telah mencapai pencerahan. Mahaguru mengatakan secara terus-terang, (hadirin tepuk tangan) mencapai pencerahan ya mencapai pencerahan, tidak mencapai pencerahan ya tidak mencapai pencerahan, satu kalimat, buat apa sembunyi-sembunyi, malah tidak berani bertemu orang lain. "Pencerahan" ini mutlak tak terbantahkan, Anda boleh duduk di atas Dharmasana, siapapun yang berdebat dengan Anda, Anda pun boleh duduk kokoh di atas Dharmasana. Mengapa? Karena "pencerahan". Pencerahan ini berarti telah memahami seluruh alam semesta dan dunia manusia seutuhnya, merupakan pencerahan sejati, tidak rusak, tidak mungkin berubah selamanya, disebut "sekali cerah, cerah selamanya". Anda telah mencapai pencerahan, maka Anda pun mencapai pencerahan selamanya, Anda tidak mungkin mengatakan saya renungkan lagi sebentar, "Apakah saya mencapai pencerahan atau tidak?" Tidak mungkin! Sebab, hanya satu jawaban, makanya "eka-dharma-svabhāva-mudrā,advaya-dharma-paryāya".

Hari ini Mahaguru "mengukuhkan" mereka berdua telah mencapai pencerahan, sesungguhnya juga bukan "pengukuhan", karena bukan "pengukuhan", itu barulah "pengukuhan". Mereka sendiri yang mencapai pencerahan dan mengukuhkan diri sendiri. Jika saya tidak mengukuhkan, mereka juga mencapai pencerahan; saya mengukuhkan, mereka tetap mencapai pencerahan. Saya mempunyai 4 helai jubah sesepuh, jadi, nanti pada hari upasampada, dua helai jubah sesepuh tidak ada lagi, (hadirin tepuk tangan) tinggal 2 helai. Masih banyak orang, semuanya menembak ke tepi titik merah, asalkan mereka sadar sedikit lagi, mereka pun mencapai pencerahan. Kalian harus cepat atau orang lain yang bawa pergi jubah yang tinggal 2 helai itu, menurut Anda apakah Mahaguru masih punya jubah kelima? Mana ada! Guru saya telah mangkat! Atau, baju saya ditanggalkan buat Anda, begitulah.

Patriak VI telah diupasampada, yakni di bawah Pohon Bodhi di Vihara Guangxiao, Guangzhou merintis Aliran Dongshan. Mengapa disebut "Aliran Dongshan"? Karena Patriak V dan Patriak VI dalam Sekte Zen, terhubung dari nadi Aliran Dongshan, Kabupaten Huangmei, jadi Dharma ini pun disebut "Aliran Dongshan". Setelah Patriak VI memperoleh Dharma di Dongshan, ia sangat menderita, sebab banyak orang ingin membunuhnya. Masyarakat kita sekarang ini tidak mungkin terjadi pembunuhan! Jadi, Lianhua Jingbo juga jangan takut. (tertawa) Anda lihat, setelah mencapai pencerahan, Anda juga jangan takut, juga tidak akan ada siswa utama, mahacarya, mahabhiksu, mahabhiksuni mengejar Anda, sekarang adalah zaman demokrasi, beda dengan zaman dulu.

Dulu, Patriak VI langsung kabur setelah memperoleh Dharma, banyak orang ingin membunuhnya, tentu saja Ia sangat menderita, Ia bersembunyi, keamanannya terancam, Ia sendiri mengatakan hidup-Nya ibarat seutas benang labah-labah, jaring Spider. Patriak VI mengatakan Ia mengalami penderitaan selama bersembunyi. Setelah Ia merintis Aliran Dongshan, Ia pun mulai berceramah Dharma, mewariskan Dharma, banyak pejabat, residen, juga datang mendengarkan Dharma; bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, semua berkumpul serentak, ini adalah semacam jodoh dari berkalpa-kalpa selama turun-temurun, Patriak VI mengatakan bahwa ini adalah jodoh dari banyak kehidupan. Seperti kita hari ini, hari ini kita semua di sini mendengarkan Mahaguru Lu berceramah Dharma, tidak ada jodoh, Anda tidak mungkin duduk di sini, Anda yang berjodoh baru mungkin duduk di sini mendengarkan Dharma. (Hadirin tepuk tangan) Semua ini adalah jodoh. Saya berceramah Dharma, kalian mendengarkan Dharma, semua adalah jodoh selama banyak kehidupan. Kita semua berjodoh baru bisa berkumpul bersama, tanpa dasar jodoh tidak mungkin berkumpul.

Pasangan suami istri juga jodoh. Bicara tentang pasutri, ada orang mengandaikan, saat baru menikah ibarat ikan mendapatkan air. Ikan dan air adalah hubungan yang sangat intim, ikan tidak bisa hidup tanpa air, ikan tidak mungkin meninggalkan air, makanya disebut kebahagiaan ikan dan air, sangat akur. Setelah menikah lama, menjadi ikan dan minyak. Mengapa bisa menjadi ikan dan minyak? Karena ikan telah digoreng, tidak dapat bergerak lagi, sudah menjadi steak ikan. Jadi, setelah menikah lama, berubah menjadi steak ikan, ini juga jodoh!

Kita bisa bersama juga jodoh, karena semua orang memberi persembahan pada Para Buddha, telah menanam akar kebajikan yang sama, Anda baru dapat mendengarkan Dharma pencerahan seketika semacam ini dalam kehidupan sekarang. Aliran Dongshan milik Patriak VI Huineng adalah "advaya-dharma-paryāya", dengan kata lain "Dharma pencerahan seketika". Ini adalah sabda dari Para Buddha masa lampau, sekarang, dan akan datang, semua yang disabdakan adalah sama. Patriak VI sampai akhirnya berkata pada semua orang, "Hati kita semua harus bersih, singkirkan seluruh keraguan, asalkan kalian membersihkan hati kalian sendiri, singkirkan seluruh keraguan, maka kalian pun sama dengan orang suci." Ketika Patriak VI bicara sampai di sini, semua orang yang mendengarkan Dharma Patriak VI pun sangat gembira, dan bernamaskara pada Patriak VI. Bab ini adalah terakhir dari "Bab Asal Muasal" dari "SUTRA ALTAR PATRIAK VI", lain kali saya akan terangkan "Bab Kedua".

Ada sebuah lelucon, ada orang menjadi figuran, sutradara pun berkata "Baiklah! Sekarang kamera, yakni syuting, ketika hampir selesai, kalian seluruh figuran harus serbu ke depan." Figuran pun mulai berlari, berlari, berlari, sekali lihat, ada satu jurang, di bawahnya satu lereng gunung. Ia pun balik bertanya pada produser, "Kita sudah sampai di tepi jurang, masa kita harus melompat ke bawah?" Produser berkata, "Tidak apa-apa! Lompat saja! Karena ini adegan terakhir, begitu Anda lompat, maka film pun tamat, tidak akan syuting lagi." Saya dengar ketika figuran sedang syuting film, jika pura-pura mati, dia boleh berdiri dan mengambil honornya, sepertinya ada sedikit honor tambahan. Bab pertama ini selesai sampai di sini. Saya tidak menyuruh kalian menyerbu ke depan.

Tadi, Lama Biyan mengandaikan penderita sakit jiwa panjat tembok, saya merasa contohnya kurang tepat. Ia berkata, kita sadhaka ibarat panjat tembok. panjat tembok ya panjat tembok, mengapa Anda harus menceritakan penderita sakit jiwa? Kita sadhaka adalah orang normal! Mahaguru pernah panjat tembok, jadi, kalian juga harus ikut panjat. Jangan mengandaikan demikian, kalau temboknya ada seratus, ada-ada saja, sekarang usia saya sudah sangat lanjut, satu tembok pun saya tidak sanggup panjat. Saya ingat ketika saya kecil, saya paling pintar panjat tembok. Panjat tembok, panjat atap, dari atap sini lompat ke atap situ, dari atap orang lain lompat ke atap rumah saya, dari atap rumah saya lompat ke atap orang lain. Saya juga pintar sekali panjat tembok, saya bisa tadah ujung jari kaki saya di garis yang sangat halus sekalipun, sekali mencengkeram tepi tembok, saya segera bisa panjat tembok. Di kemiliteran, ketika kita lomba lari lintas alam, kita juga harus panjat tembok, di sana ada sebidang tembok, tentara harus panjat, raih, dan segera melompatinya, malah sambil memikul senapan. Jadi tentara harus demikian, harus menyeberangi kubangan, melompati tambak, bahkan berjalan di atas batu berduri dan panjat tembok, dalam pelatihan tentara memang ada materi demikian. Panjat tembok belum tentu orang sakit jiwa, tolong, lain kali jangan gunakan contoh ini.

Bicara tentang penderita sakit jiwa, juga ada sebuah lelucon. Ada seorang penderita sakit jiwa terus mengatakan bahwa ia adalah "Paus", mungkin ini sudah pernah saya ceritakan. Seharian dari pagi sampai malam ia mengatakan dirinya adalah "Paus Katolik", kepala rumah sakit jiwa pun memanggil orang yang mengaku "Paus" ini dan bertanya padanya, "Mengapa Anda mengatakan Anda adalah Paus?" Penderita sakit jiwa pun berkata, "Tuhan-lah yang mengatakannya! Tuhan mengatakan saya adalah PAUS." Di sampingnya kebetulan ada seorang penderita sakit jiwa sedang lewat, penderita sakit jiwa itu berkata, "Saya sama sekali tidak mengatakan Anda adalah PAUS." Ternyata penderita sakit jiwa itu adalah "Tuhan".

Di Taiwan bahkan populer lelucon tentang penderita sakit jiwa seperti ini. Ada satu orang mengaku dirinya adalah Chiang Kai Sek, Chiang Kai Sek adalah mantan presiden Taiwan. Kepala rumah sakit melihat orang tersebut mengaku dirinya Chiang Kai Sek, tetap menempatkannya ke dalam kamar. Tak lama kemudian, datang lagi satu orang yang mengaku dirinya Chiang Kai Sek. Lantas, bukankah ada 2 Chiang Kai Sek? Lalu kedua Chiang Kai Sek tersebut dikurung bersama. Kepala rumah sakit ternyata mengira mereka berdua adalah Chiang Kai Sek pasti akan bertengkar, malah bertengkar hebat, tak disangka sangat tenang. Kepala rumah sakit jiwa pun memanggil kedua Chiang Kai Sek tersebut, "Apakah kalian berdua sudah baikan, bukan Chiang Kai Sek lagi?" Salah satunya berkata, "Saya masih Chiang Kai Sek." Satu lagi berkata, "Sekarang saya bukan Chiang Kai Sek. Saya Ny.Chiang." Anda lihat dengan begitu baru begitu tenang. (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) Lelucon tentang penderita sakit jiwa memang banyak.

Kita tentu saja tertekan oleh badai finansial. Saat "Homa Hevajra" beberapa waktu yang lalu, saya sudah mengatakan pada Anda semua bahwa Hevajra kali ini berkata pada saya "Tidak dapat mengabulkan harapan Anda semua". Ternyata ini alasannya. Ada yang di-PHK. Bagi kita sendiri, bhiksu yang mendalami Agama Buddha, sebagia besar no money, no honey, tidak punya begitu banyak uang, jadi, tidak terpengaruh oleh badai finansial. Namun, jika Anda bukan bhiksu, Anda masih harus ke kantor, Anda akan kena dampak PHK. Atau Anda punya sedikit tabungan, Anda beli sedikit saham, beli sedikit reksadana, Anda juga terpengaruh, inflasi juga akan berdampak. Kenyataannya, dikatakan tidak ada tekanan, tetap ada tekanan. Kita juga berharap badai finansial segera berlalu, jadi, besok kita akan mengadakan Homa Hevajra lagi. Banyak orang bertanya, "Kali ini Hevajra entah akan mengatakan apa lagi, apa yang akan Ia katakan? Waktu itu tidak dapat mengabulkan harapan kita, kali ini dapatkah mengabulkan harapan kita?" Saya ceritakan satu lelucon, semua tangan Hevajra memegang tengkorak, di atas tengkorak paling depan dan yang paling penting ada sesosok Jambhala. Saya pun berkata, mungkin sesosok Jambhala itu pun dicuri orang, saat setiap tangan turun, semuanya kosong, semoga tidak demikian.

Saat ini, kita sebagai umat Buddha harus memiliki kegigihan yang luar biasa, apa itu kegigihan yang luar biasa dari seorang umat Buddha? Yakni harus menjaga akhlak, menjalankan kewajiban, Anda tetap harus serius melaksanakan tugas Anda, dengan sabar melewati kesulitan ini. Kita sebagai umat Buddha jangan katakan karena tekanan terlalu besar, lantas terjadi banyak hal-hal buruk. Kita harus menjaga akhlak, menjalankan kewajiban kita sendiri.

Acarya Lian Ning menyampaikan tentang "Sila Mendengarkan Dharma", orang yang mengambil Sila Bodhisattva, harus sering mendengarkan kalyana-mitra berceramah Dharma; "Sila Memohon Dharma", harus sering memohon kalyana-mitra berceramah Dharma; harus "memohon Buddha menetap di dunia", sama seperti Samanthabradha. Samanthabradha memiliki sepuluh ikrar agung.

Saya berpikir demikian, saya telah mencapai pencerahan, di dalam Zhenfo Zong juga ada yang telah memahami hati dan menyaksikan Buddhata, juga ada yang telah mencapai pencerahan, bagus sekali, saya sangat lega dan terhibur. Saya sedang menunggu, banyak yang menembak ke tepi titik merah dan ke tengah titik merah, kalian katakan wahyu Dharma yang kalian cerahi. Bagi yang sudah sangat mendekati, saya akan menyadarkan Anda. Orang lain juga banyak yang sangat mendekati, juga ada hanya mendekati. Siswa Zhenfo Zong hingga sekarang, ada ratusan yang sangat mendekati, (hadirin tepuk tangan) juga ada ratusan yang hanya mendekati saja. Nyatalah bahwa, kebijaksanaan kita sangat luar biasa, sangat menakjubkan. (Hadirin tepuk tangan) Walaupun hanya ada 4 helai jubah sesepuh, sudah dibawa pergi 2 helai, masih ada 2 helai lagi. Namun, Mahaguru punya banyak baju, setiap helai baju sudah ditandatangani. Asalkan kalian telah benar-benar mencapai pencerahan, saya rela tidak berpakaian di musim dingin yang mencekam ini.

Tadi, Acarya Lian Ning berkata, Mahaguru telah menulis 206 judul buku, sudah selesai, sekarang sedang menulis buku ke-207. (Hadirin tepuk tangan) Acarya Lian Ning mengatakan, kelak saya akan mengumpulkan buku-buku saya, lalu bakar. Sebenarnya, saya masih ada satu keinginan lagi, saya ingin menanggalkan seluruh pakaian saya, ketika tidak ada yang melihat, saya mau mengitari Ling Shen Ching Tze 3 putaran, kemudian kembali lagi, telanjang loh! Mengapa bisa demikian? Karena saya mau dilihat oleh Para Buddha masa lampau dan Para Buddha masa sekarang bahwa demikianlah pencerahan Mahaguru Lu. Saya tidak dapat mengungkapkannya, saya hanya mengungkapkan bahwa seluruh diri saya adalah terang! (Hadirin tepuk tangan) Saya tidak dapat apa-apa, saya tidak mendapatkan 207 judul buku, bahkan lebih banyak buku lagi, saya tidak mendapatkan "popularitas" maupun "keuntungan", seluruh diri saya "tidak dapat apa-apa", saya justru sedang membuktikan "tidak dapat apa-apa", saya sedang membuktikan saya benar-benar mencapai pencerahan, saya membuktikan dalam diri saya ada cahaya.

Memo yang ditulis dulu, kalian renungkan lagi, Buddha Sakyamuni di bawah Pohon Bodhi, apa yang telah Ia cerahi sebenarnya, mengapa Mahaguru Lu sering mengatakan "di dalam kue matahari tidak ada matahari". Di Taiwan ada sebuah kue namanya kue matahari, orang China juga punya semacam kue namanya kue bulan. "Di dalam kue bulan tidak ada bulan, di dalam kue matahari tidak ada matahari." Mengapa Mahaguru Lu mengatakan, Mahaguru Lu dalam kehidupan sekarang tidak melakukan apa-apa. Sebenarnya saya sudah terangkan dengan jelas. Cerahilah! Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan

Om Mani Padme Hum

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini

Manjusri Mantra

Music


Music