Ketidak Setaraan Gender
Pernah ada seorang siswa bertanya kepada saya, “Mahaguru, apakah Anda tahu bahwa dalam Buddhisme antara pria dan wanita adalah tidak setara ?”
Saya menjawab, “Sesungguhnya memang ada ketidak seimbangan.”
“Sedikit bagimana, jelas-jelas semuanya tidak setara.”
Saya menjawab, “Benar, benar.”
Siswa mengatakan, “Di India, Buddha mengajarkan empat kasta adalah sama rata, brahmana, ksatria, waisya dan sudra adalah sama rata. Namun, kenapa Buddha tidak berpandangan persamaan derajat pria dan wanita ?”
Saya menjawab, “Karena terhalang oleh situasi dan adat pada masa itu.”
Ketidak setaraan ini berasal dari :
Saddharmapundarika Sutra :
“Tubuh wanita, memiliki lima rintangan, pertama tidak bisamenjadi Rajabrahma, kedua tidak bisa menjadi Dewa Indra, ketiga tidak bisa menjadi raja mara, keempat tidak bisa menjadi Raja Cakravartin, kelima tidak bisa menjadi Buddha.”
Sastra Prajnaparamita :
“Seorang wanita, bila tiada ikatan akan tercemar namanya. Tubuh wanita, pada masa kanak-kanak tergantung pada orang tua, masa remaja bergantung pada suami, masa tuanya bergantung pada anak.”
Pada mulanya Buddha tidak menerima wanita memasuki komunitas sangha. Kemudian oleh karena tiga sampai empat kali permohonan dari Andanda , ditambah lagi bibi Sang Buddha yang ingin menjadi biksuni, barulah wanita diperbolehkan menjadi biksuni, bibi itu adalah Ibu yang membesarkan Buddha, yaitu adalah Biksuni Mahaprajapati. Sila yang ditetapkan oleh Buddha adalah :
Biksu —— 250 sila。
Biksuni —— 500 sila. (atau 348 sila)
(sila Biksuni adalah kelipatan dari sila biksu, tampak ketidak setaraannya)
Biksuni harus mentaati Astagurudharma, biksuni yang berusiatua-pun harus menghormat kepada seorang sramana. Tidak boleh memaki biksu, tidak boleh membicarakan kesalahan biksu. Harus menerima sila dari Biksu Agung, bila melanggar sila harus bertobat pada para sangha. Tiap setengah bulan harus menerima pengarahan dari sangha, mengikuti tiga bulan masa vassa, setelah itu menghormat pada seorang diantara para sangha yang membimbingnya.
(Terlihat ketidak setaraannya)
Di masyarakat India ketidak setaraan gender sangat jelas terlihat, demikian pula di agama Buddha.
Sampai sekarang, Astagurudharma yang ditetapkan oleh Buddha masih ada dan tidak ada yang berani menghapusnya.
Anda sekalian bisa lihat bahwa lhama di Tibet kebanyakan adalah pria, sedikit ada lhama wanita. Sangha Thailand juga kebanyakan pria, sedikit sekali biksuni. Demikian pula di Korea dan Jepang kebanyakan juga pria, biksuni hanya sedikit.
(Ini fakta)
Hanya di Taiwan muncul perkecualian, jumlah biksuni di Taiwan tidak kalah dengan biksu. Selain itu jumlah biksuni di Zhenfozong juga hampir sama dengan biksu.
Di Taiwan ada seorang biksuni yang radikal, menghadap Dalai lama, minta supaya Astagurudharma dihapuskan.
Namun Dalai Lama tidak berani, karena itu ditetapkan oleh Buddha, siapapun juga tidak berani memandang remeh Astagurudharma.
Sekarang masalahpun muncul, “Kenapa dalam agama Buddha pria dan wanita tidak setara ?”
Masalah ini, saya juga tidak berani menjawab.
Saya katakana :”Tidak tahu !”
Kenyataannya di Vajrayana (tantrayana) , Buddha wanita, Bodhisattva wanita dan Dewa Wanita banyak bermunculan, ini adalah salah satu keistimewaan Tantrayana. Hal ini tidak ada di Theravada dan Mahayana.
Pada kenyataannya Tantrayana telah meninggikan kedudukan wanita.
Contohnya :
Prajnaparamita Baghavati dan Buddhalocani merupakan Baghavati utama dalam Tantrayana. Ada lagi, Bodhicattva Tara , juga merupakan Bodhisattva yang penting, seperti halnya dengan Avalokitesvara Bodhisattva. Ada juga Mahadevi, Himavati, Devi Durga, Devi Gangga, Devi Uma, Devi Shri dan lain sebagainya , banyak sekali. Masih ada lagi para Dakini…
Ditambah lagi, dengan jelas dinyatakan dalam Tantrayana, intisari laki-laki dan wanita yang menjadi satu dan saling mempengaruhi. Terlebih lagi adalah Baghavati Prajnaparamita, disebut juga sebagai Bunda Semua Tathagata, bisa dibilang dalam Tantrayana antara pria dan wanita adalah sama rata. Menurut saya :
「Vajrayana / Tantrayana menyebabkan pria dan wanita semakin sama rata」
女男不平等
曾有弟子問我:「師尊,你看出來沒有,佛教對男女眾,是不平等的?」
我答:「確實有些不平等。」
「什麼才有些,根本全不平等。」
我答:「是的,是的。」
弟子說:「佛陀在印度,主張四姓平等,修行人、皇族、商人、奴隸,四等人平等。然而,為何佛陀不主張男女平等呢?」
我答:「礙於當時的形勢及久遠的傳統,還有現實的狀況。」
這種不平等,其來有自:
法華經曰:「又女人身,猶有五障,一者不得作梵天王,二者不得作帝釋,三者不得作魔王,四者不得作轉輪聖王,五者不得作佛身。」
智度論曰:「一切女身無所繫屬,則受惡名。女人之體,幼則從父母,少則從夫,老則從子。」
佛在世時,剛開始不主張,女人出家,進入僧團。後來是阿難尊者,三請求、四請求,又是佛陀的姨母,要出家,最後才答應女子可以出家的,姨母即佛陀的養母,即「大愛比丘尼」。
佛陀制定的戒律:
男比丘——二百五十戒。
女比丘尼——五百戒。(或三百四十八戒)
(比丘尼的戒律是比丘的一倍,明顯不平等)
比丘尼要守「八敬法」,百歲之比丘尼,當禮初受戒之比丘。不得罵比丘。不得說比丘之罪及其過失。當從大德之僧受具足戒。尼犯僧殘當從僧懺悔。每半個月宜受僧教誡。宜從比丘三月安居。夏滿宜詣僧中求自恣之人。
(明顯的不平等)
在印度,女男不平等很明顯,民間亦然,在佛教界也是如此。
到了今天——
佛制的「八敬法」,至今仍存,不敢廢。
大家可以看見,西藏的喇嘛,全是男眾,少有女喇嘛,泰國的僧人,全是男眾,少有比丘尼。韓國、日本的出家僧,全是男眾,少有比丘尼。
(這些是事實)
唯有在台灣,卻出現了例外,台灣的比丘尼的數目不亞於比丘,這是異數。
另外,我們「真佛宗」的比丘尼的數目與比丘的數目也相當,這又是一個異數。
台灣有一位較激進派的比丘尼,當著達賴喇嘛的面,要撕毀八敬法。
達賴喇嘛卻不敢,因為是佛陀制定的,誰也不敢輕言廢除八敬法。
現在問題來了:「為何佛教男女不平等?」
這問題,我也不敢答。
我說:「莫宰樣!」(不知)
事實上,在金剛乘(密教),女佛、女菩薩、女神大量的出現,這是密教的特徵之一。這是在小乘、大乘所沒有的。
密教確實提高了「女權」的地位。
例如:般若佛母、佛眼佛母、都是密教重要的佛母之一。又多羅菩薩(即度母菩薩),又是重要的菩薩,如同觀音菩薩一般。又大天女神、雪山女神、突迦女神、恆河女神、烏摩女神、吉祥女神大量的出現,還有所有的空行母……。
這在在說明,密教把男性的精神,和女性的精神,結合成一體,二者並列而存在,並且互相影響。尤其是般若佛母,被稱為「所有如來之母」,在密教來說,可說是女男平等了。我如此認為:
「金剛乘(密教),使女男平等些!」
Tidak ada komentar:
Posting Komentar