Gejolak batin anak ramaja yang tengah beranjak dewasa terkadang terlihat begitu lucu dan naif karena terkesan amat tidak realistis. Bila ditinjau dari aspek psikologis, secara umum anak remaja yang sedang beranjak dewasa cenderung memiliki emosi yang cukup labil, sehingga kondisi batinnya pun tidak stabil. Apakah demikian itu baik? Bolehkah demikian? Sebenarnya semua ini terjadi secara alami dan wajar karena kita semua adalah insan yang miliki perasaan, seperti kata "Bodhisatva" diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin menjadi "菩薩 / Pu Sa" dan kedua aksara "菩薩" sendiri sebenarnya memiliki makna menyadarkan insan yang berperasaan karena Menapaki jalan Bodhisatva, bukan berarti belajar untuk menjadi batu yang tidak berpersaan. Pergolakan batin anak remaja yang sedang beranjak dewasa, terutama yang diakibatkan dari hubungan dengan lawan jenis pada dasarnya merupakan hal yang alami, karena bila kita melihat di dalam kehidupan nyata pergolakan batin akibat hubungan dengan lawan jenis ini sendiri bukan hanya terjadi pada anak - anak remaja, tetapi juga pada orang yang dari segi usia sudah dikategorikan sebagai "orang dewasa", hanya saja bentuk nya yang mungkin tidak sama.
Sebenarnya semua hal tersebut adalah proses belajar, karena di dalam hidupp ini kita sedang belajar, belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Melalui hubungan dengan lawan jenis (katakanlah berhubungan di sini mulai dari ketertarikan, menjalin hubungan, dan juga berpacaran) dan mengalami pergolakan batin tersebut, tentunya kita akan menjadi semakin memahami realita hidup dan juga memiliki kesadaran, serta menjadi "lebih matang" lagi. Pergolakan batin akibat hubungan dengan lawan jenis adalah hal yang sangat wajar bahkan merupakan sebuah proses menuju kedewasaan, namun satu hal yang terpenting dari proses ini, meskipun kita semua adalah insan yang berperasaan, namun kita tidak boleh terlalu berkutat pada perasaan kita sendiri karena bila kiat hanya berkutat pada perasaan tersebut, pada akhirnya kita akan terpenjara oleh perasaan itu, kita harus menyadari bahwa saat ini kita hidup di tengah realita, bukan di dalam perasaan kita sendiri yang begitu "sempit". Satu hal yang terpenting adalah kita harus belajar untuk selalu sadar dan menggunakan kebijaksanaan dalam setiap kesempatan (bukan hanya didominasi oleh perasaan).
Rigjedma
My Dharma, Wisdom, and Social Blog
Selasa, 22 Januari 2013
Sabtu, 29 Desember 2012
12 Nidana
Pratiyasamutpada
(12 Nidana)
by: Master Shi Lian Ming
@ Vajragarbha Shicheng Temple. Singapore
Marilah kita beranjali, sembah sujud kepada Mahamulacarya
Liansheng Yang Penuh Budi Jasa ! Sembah sujud pada Para Buddha Bodhisattva
mandala ! Sembah sujud pada Para Vajra Dharmapala, Para Dewa dan Naga Pelindung
Dharma. Yang terhormat Acarya Lianlai, para biksu, Pandita Dharmadhuta Shifeng
, Pandita Dharmadhuta Zhilong, Pandita Lokapalasraya Suicheng, ketua vihara
Lianhua Lianxiang, ketua vihara Yuanxue – Lianxue, serta Ketua Vihara Singapore
– Anna, beserta para pengurus, para umat sekalian, salam sejahtera semuanya !
Ini adalah pertama kalinya saya datang ke Singapura, juga
pertama kalinya saya datang ke Viharavajragarbha Shicheng. Sejak lama saya
sudah mendengar bahwa di Viharavajragarbha Shicheng ada seekor singa dan seekor
Naga Emas, dialah Pandita Dharmadhuta Shifeng dan juga Pandita Dharmadhuta
Zhilong, keduanya adalah orang yang sangat berbakat dan memiliki sumbangsih
dalam aliran kita, mari kita beri aplaus.
Vihara ini sangat agung dan sangat istimewa, barusan mereka
mengajak saya untuk melihat Usnisavijayadharani dan Acalanatha Vidyaraja ,
karena saya sendiri sangat menyukai Acalanatha Vidyaraja, maka saya juga sangat
menyukai Viharavajragarbha Singapore (tepuk tangan hadirin) Ah !
Viharavajragarbah Yuanxue juga sangat bagus! (hadirin tertawa).
Kemarin kita membahas nidana sebelum pencerahan, yaitu
ajaran dari Maitreya Bodhisattva mengenai jalan penerapan praktek, jalan bekal,
memahami kebenaran, jalan penekunan dan jalan akhir, inilah lima tahapan
proses. Kemarin kita juga membicarakan bagaimana menyempurnakan jalan penerapan
dan jalan bekal, yaitu saptaryadana (Tujuh Kekayaan Suci) , saptaryadana ini
dapat menyempurnakan jalan penerapan dan bekal, maka saat memasuki tahap
pemahaman kebenaran akan lebih mudah. Kemarin juga dibicarakan bahwa banyak
umat yang tidak mempunyai jodoh berkah (福緣) yang banyak , tidak mengerti koan
Zen, sama sekali tidak ada jalan untuk menekuni metode Zen dengan baik, dia
tidak mempunyai nidana untuk bertemu dengan seorang bijaksanawan pembimbing,
pada saat demikian akan lebih sukar. Maka dari itulah Sakyamuni Buddha pada
awalnya menggunakan beberapa tahun untuk menyebarluaskan metode Hinayana, yaitu
empat bagaian Agama Sutra (阿含經), yang dibagi menjadi Dirgha Agama,Madhyam
Agama, Samyukta Agama dan Ekottar Agama. Sesungguhnya Agama Sutra mengulas dua
hal, yang pertama adalah Caturaryasatyani (Empat Kebenaran Mulia), yaitu sebab
dukha-dukha-jalan menuju berakhirnya dukha dan berakhirnya dukha ; Yang
berikutnya adalah mengenai Pratityasamutpada.
Kenapa Hinayana disebut sebagai yana kedua ? Yang pertama
adalah karena ia bukan Buddha Dharma yang komplit ; Yang kedua adalah , kita
mengenal yaitu Hinayana, Mahayana, sebenarnya masih ada satu lagi yaitu
Navayana. Mahayana adalah Buddha Bodhisattva, Hinayana adalah sravaka dan
Navayana adalah Pratyekabuddha. Namun kebanyakan pada umumnya tidak menyebut
Pratyekabuddhayana sebagai Navayana, sehingga dinamakan dua yana, yaitu Sravaka
dan Pratyekabuddha.
Sravaka ada empat, yang tertinggi adalah Arahat, Arahat
adalah mencapai realisasi dari Caturaryasatyani, dengan urutan
dukha-sebab-berakhir dan jalan menuju berakhirnya dukha, ada satu lagi
urutannya adalah sebab dukha- dukha – jalan menuju berakhirnya dukha dan
berakhirnya dukha. Sedangkan Navayana adalah merealisasi pratityasamutpada ( 12
sebab akibat yang saling bergantungan) , dimanakah letak perbedaan antara
Pratyekabuddha dan Sravaka ? selain dari caturaryasatyani dan
pratityasamutpada, yang paling utama adalah metode bhavana mereka. Sravaka
membina diri sangat dekat dengan Buddha Bodhisattva , seperti sepuluh siswa
utama, Lima Ratus Arahat, mereka semua suka mendekati Buddha, mendekati
Bodhisattva dan bijaksanawan agung. Namun Pratyekabuddha berusaha sendiri dalam
membina diri, Beliau tidak mendekati Buddha , Bodhisattva maupun Guru
bijaksanawan. Inilah perbedaan yang lebih mencolok diantara keduanya.
Darimana sumber 12 nidana ? 12 nidana ada sumbernya. Yang
pertama adalah dari Tripitaka 12 bagian, vinaya dan sastra. Sutra adalah
disabdakan oleh Sakyamuni Buddha, sastra oleh Bodhisattva. Sutra-vinaya dan
sastra ketiganya ini digabungkan, menjadi Tripitaka 12 bagian. 12 Nidana muncul
dari dvadasangapratityasamutpadasastra, sastra ini dibuat oleh Jingyi Pusa (淨意菩薩).
Sedangkan sumber kedua adalah Agamasutra. Keduanya adalah sama, hari ini
dijelaskan dulu secara singkat mengenai pratityasamutpada.
Kenapa hari ini membahas mengenai 12 nidana ? karena seperti
yang saya katakana barusan, jika tidak bisa mencapai pencerahan seketika, kita
harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah hidup dan mati. Saat Anda mampu
menyelesaikan masalah utama dalam kehidupan dan kematian, maka tidak akan ada
lagi kerisauan batin. Maka kita akan mempunyai lebih banyak waktu untuk
menekuni Mahayana dan Vajrayana. Jika
masalah hidup dan mati belum terselesaikan, namun menggunakan banyak waktu
untuk menekuni yang lainnya, itu bukan
sebuah cara yang baik.
Kemarin kita membicarakan nidana pencerahan, kita bisa
sambil menyempurnakan nidana pencerahan, sambil menekuni Hinayana untuk
memutuskan tumimbal lahir. Oleh karena itulah dalam Mahayana dan Tantrayana ada
tiga hal yang penting :
Yang pertama adalah Bodhicitta.
Yang kedua adalah kemauan untuk meninggalkan fana.
Yang ketiga adalah madhyamika (jalan tengah).
Besok di Cetya Yuanzheng, akan dibahas mengenai yang utama
diantara ketiganya ini, yaitu Bodhicitta.
Terhadap yang lain, kita harus melakukan segala sesuatu
dengan Bodhicitta, tidak bisa mengatakan bahwa segalanya adalah hampa, kemudian
sewaktu bertemu juga tidak menyapa, tiada apapun, bukannya semuanya adalah
hampa ? Ini tidak benar!
Dalam batin kita juga harus meninggalkan kefanaan (tekad
untuk terbebas dari tumimbal lahir),harus mempunyai tekad untuk mengatasi dan
mematahkan tumimbal lahir. Kita harus menekuni 12 nidana, dikatakan sukar juga
tidak, namun jika Anda katakana mudah, juga tidak sangat mudah. Hari ini dijelaskan secara singkat mengenai
12 nidana, supaya setelah Anda sekalian memahami 12 nidana menjadi mengerti
kenapa masih ada kelahiran dan kematian.
Saya akan terlebih dahulu menjelaskannya satu kali, yang
pertama adalah Avidya (kegelapan batin). Dalam 12 nidana , Avidya ini
disimbulkan sebagai seorang tua berambut putih, matanya buta, tidak bisa
melihat, dia berada di sebuah tempat yang gelap, berjalan dengan perlahan menggunakan
tongkat. Anda bisa bayangkan, seorang tua yang buta, berada di tempat yang
gelap, tidak ada orang disampingnya, dia juga kesulitan berjalan. Demikianlah
Buddha menggambarkan avidya kita para insan.
Kita sekarang punya mata untuk melihat, namun sesungguhnya
kita tidak pernah mempergunakan mata sejati kita, kita semua sedang berjalan di
dalam avidya. Apa itu avidya ? Avidya adalah kebodohan batin. Apakah itu
kebodohan ? kebodohan adalah kondisi dimana tidak memahami kenyataan, sehingga
bagaikan berjalan dengan tidak bisa melihat sekeliling, serba gelap, tidak
mengetahui hendak berjalan kearah mana, ini sangat bahaya. Inilah yang pertama
dalam 12 nidana, yaitu avidya.
Yang kedua adalah samskara, yaitu tindakan. Yang ketiga
adalah vijnana atau pencerapan. Yang keempat adalah namarupa, yaitu dari kata
nama dan rupa, nanti akan dijelaskan apa itu namarupa. Yang kelima adalah
sadayatana. Yang keenam adalah sparsa, yaitu kesan. Yang ketujuh adalah vedana
atau perasaan . Yang kedelapan adalah Trsna, yaitu menyukai atau kegemaran pada
uang, nama dan banyak hal. Yang kesembilan adalah Upadana. Kesepuluh adalah
Bhava, dalam bahasa mandarin adalah dari
kata “ada”. Yang kesebelas adalah Jati, yaitu kata “lahir” dari kata
lahir-tua-sakit dan mati. Yang terakhir adalah Jaramarana yaitu usia tua dan
kematian.
Avidya merupakan kebodohan, juga merupakan semua avidya yang
dihasilkan oleh kesadaran. Kecenderungan juga menyebabkan avidya, sedangkan
kecenderungan adalah dibawa dari kehidupan yang lampau.
Samskara adalah tindakan, karena Anda mempunyai
kecenderungan avidya, maka Anda melakukan berbagai macam tindakan, ini tidak
baik. Misalnya lobha , dosha dan moha semua adalah kecenderungan avidya kita
yang menyebabkan Anda mempunyai tindakan demikian. Karena Anda mempunyai
tindakan tersebut, maka melahirkan vijnana (pencerapan).
Apa itu vijnana ? vijanan adalah saat tubuh bardo hendak
memasuki rahim, ia melihat ayah dan ibu yang bersatu, sehingga dia timbul rasa
ketertarikan, maka ia memasuki rahim.
Namarupa : Nama adalah sesuatu dalam pikiran atau batin,
sedangkan rahim itu adalah rupa. Saat itu, janin masih belum membentuk
mata-telinga-hidung-lidah-tubuh dan pikiran, masihbelum ada tangan dan kaki,
hanya berupa janin yang belum terbentuk. Namun saat itu, kesadarannya telah
ada. Kesadaran ini masuk ke dalam rahim dan perlahan membentuk watak dan
pikiran, kemudian dengan adanya janin ini, disebut nama dan rupa.
Sadayatana adalah enam indera. Mata-telinga-hidung-lidah dan
tubuh, serta pikiran mulai muncul. Saat itu disebut sadayatana.
Sparsa adalah sentuhan (kesan). Saat bayi mulai lahir, dia
mulai bersentuhan dengan segala sesuatu di luar, udara, bentuk, ayahnya, ibunya
dan dia mulai bisa menyentuh benda. Saat itu dia mulai timbul kesan.
Kemudian adalah vedana, yaitu perasaan. Karena dia mulai
timbul keakuan, yaitu tubuh yang diidentikkan dengan aku, maka mulailah timbul
pandangan akan orang lain dan pandangan pribadi. Karena ia telah mempunyai
keakuan, maka saat ia bersentuhan dengan sesuatu, mulai timbul ada yang dia
sukai dan ada yang tidak dia sukai, inilah perasaan atau vedana.
Begitu ia menemui satu hal yang tidak ia sukai, maka ia akan
timbul perasaan tidak suka ; Saat dia makan yang dia sukai, maka ia akan timbul
rasa senang. Saat itu timbullah Trsna. Trsna ini bukan selalu menunjuk pada
cinta antara laki-laki dan perempuan, melainkan rasa suka pada sadayatana (enam
indera).
Misalnya, ia menyukai makanan yang manis atau permen ,
timbul suatu kegemaran, kegemaran ini bisa menyebabkannya timbul kemelekatan.
Seandainya di rumah Anda ada permen, anak Anda sangat menyukai permen, maka ia
akan mengambilnya, setelah mengambilnya, maka ini disebut “bhava” dalam 12
nidana.
Jika dia telah memiliki benda tersebut dan direbut oleh
orang lain, maka dalam batinnya akan menjadi tidak tenang. Saat batinnya tidak
tenang, maka ia akan timbul pemikiran buruk, yaitu kebencian, gelisah dan rasa
tidak senang. Saat itu, lobha, dosha dan moha makin muncul. Ataupun saat ia
menginginkan sesuatu, namun tidak bisa memperolehnya, misalnya seorang pria
menyukai seorang wanita, saat ia tidak bisa mendapatkannya, maka ia mulai
timbul kegelisahan. Inilah kemunculan dari benih kelahiran kembali, kemudian
karena munculnya benih ini, mulailah urutan yang kesebelas, yaitu “jati”, yaitu
kelahiran.
Karena ia mempunyai benih tumimbal lahir, maka kelak dia
masih bertumimbal lahir. Setelah dia terlahirkan kembali, masih bisa mengalami
sebelas poin yang telah kita uraikan sebelumnya. Pada akhirnya masih sama yaitu
jaramarana (tua/sakit dan mati). Karena kemelekatannya sendiri dan benih yang
ditimbulkan dari lobha-dosha dan moha, maka ia akan mengalami tumimbal lahir.
Dalam Ksitigarbhasutra, dikatakan bahwa insan di dunia saha,
yaitu kita ini, tiap pikiran dan tiap perbuatannya, semua adalah karmawarana.
Dalam teks Pertobatan Kaisar Liang ada satu kalimat, saat pikiran kita menjadi
tidak suci, maka di dalamnya terdapat batin yang tidak bersih dan
lobha-dosa-moha. Ada keakuan, dasar dari keakuan, pikiran dan dasar dari
pikiran, semua pikiran yang tidak baik, muncul dari satu pikiran ini. Tiap
pikiran adalah dasar dari tumimbal lahir. Dalam satu hari, Anda mempunyai
berapa pikiran ? Ada banyak sekali pikiran ! Dalam satu bulan, Anda mempunyai
berapa banyak pikiran ? banyak sekali ! satu tahun atau seumur hidup, Anda
mempunyai berapa banyak pikiran ?
Maka , benih yang dihasilkan oleh tiap bentuk pikiran, bisa
menyebabkan Anda bertumimbal lahir. Kenapa demikian ? sebab tiap pikiran
mengandung lobha-dosha-moha.
Saat anak terebut mengambil permen, ia telah timbul rasa
kegemaran (trsna), timbul hasrat, maka ini menjadi “lobha”. Saat ia tidak bisa
memperoleh permen tersebut, atau pada saat ia tidak bisa memuaskan
keinginannya, maka akan menghasilkan “dosha” (kebencian). Pada saat dia tanpa
henti terus mengejar ingin memuaskan nafsu keinginan ini, jadilah moha
(kebodohan). Maka muncullah avidya, avidya (kegelapan batin) bisa merintangi
nidana Anda untuk merealisasikan kebenaran. Karena tiap pikiran Anda mengandung
lobha-dosha-moha, maka bertumimbal lahir. Jika tiap pikiran Anda adalah suci,
Anda tidak akan bertumimbal lahir.
Maka penekun Hinayana yang sangat ketat, ia akan bertapa di
pedalaman gunung. Kenapa mereka tidak begitu bersedia untuk mengikat jodoh
dengan insan ? membicarakan Buddha Dharma, atau menyelamatkan insan ? Kenapa
menjadi seorang yang mengutamakan penyelamatan diri sendiri ? Karena terlalu
banyak berbicara baginya, bisa menyebabkan ikatan karma yang buruk, dia ingin
memotong ikatan dengan dunia luar. Saat
makan, menghadapi makanan yang sangat lezat, ia memvisualisasikannya menjadi
daging busuk yang sangat bau, maka pada saat memakannya ia tidak akan timbul
lobha. Saat ia akan membatasi pembicaraan dengan orang lain. Sehingga dia tidak
akan timbul lebih banyak pikiran yang menyimpang. Terhadap jubah, makanan,
tempat tinggal dan aktivitas, akan
menjaga supaya tiada timbul kegandrungan, mematahkan kebencian, karena dia
tidak menemui orang. Jika Anda berada di suatu wilayah tersendiri dimana tidak
berinteraksi dengan orang luar, maka Anda akan bertengkar dengan siapa ? Benar
tidak ? tidak akan mungkin bertengkar. Maka ia membabat lobha-dosha dan moha,
saat itu dia akan dengan mudah menunggu sampai akhir usianya. Dia
menekuni,empat meditasi dan delapan konsentrasi, dengan kekuatan empat meditasi
dan delapan konsentrasi, memutuskan tiga ikatan.
Apakah itu tiga
ikatan ? yaitu satkayadrsti (kemelekatan pada eksistensi tubuh), keragu-raguan
dan silavrataparamarsadrsti (kemelekatan pada aturan-aturan dan disiplin yang
menyimpang) .Nama lain dari silavrataparamarsadrsti adalah pandangan salah
mengenai bukan membawa pada pencerahan
namun dianggap sebagai sebab pencerahan(非因見因的邪見), yaitu pandangan salah
yang ketiga.
Tiga ikatan ini adalah hal yang juga merupakan penyebab
tumimbal lahir, yang pertama adalah Satkayadrsti , yaitu kemelekatan pada
pandangan salah aakan tubuh , Karena ada eho, maka ada pandangan akan
kepemilikan, karena ini maka ada lobha-dosha-moha.
Apa itu pandangan mengenai kepemilikan ? yang dimaksud
sebagai ego adalah menunjuk pada tubuh dan pikiran Anda. Kepemilikan adalah
seperti halnya saya mengatakan bahwa vajra dan gantha ini adalah miliki saya,
uang ini adalah milik saya, Vihara ini adalah milik saya, rumah ini adalah
milik saya . . . yaitu benda di luar dijadikan obyek kemelekatan diri Anda,
inilah arti kepemilikan. Karena adanya keakuan dan kepemilikan, maka saat
meninggal dunia akan timbul kemelekatan. “Aduh, bagaimana nasib anak saya
nanti!” ; “Aduh bagaimana dengan pekerjaan saya nanti ?” saat itu timbul ketidak
relaan, maka ia akan bertumimbal lahir. Banyak orang mengatakan : “Orang ini
telah melukai aku demikian parah, bagaimana bisa saya melepaskannya begitu
saja?” inilah bibit kelahiran kembali. Karena adanya lobha-dosa-moha.
Ketiga ikatan , yang pertama adalah pandangan akan “atman”,
merupakan hal penting penyebab tumimbal lahir. Pandangan “atman” adalah
kemelekatan pada “ego”, kedngaranya seperti jus buah (persamaan bunyi dengan
bahasa . Kemelekatan akan “ego”, banyak orang menyebutnya sebagai kemelekatan.
Sebenarnya makna lain dari “ego” adalah kemelekatan pada keakuan. Apakah itu
kemelakatan pada keakuan ? yaitu Anda mengidentikkan bahwa
mata-telinga-hidung-lidah-tubuh dan pikiran ini adalah “aku”. Bukannya yang
biasa diucapkan oleh orang lain saat Anda merasa tidak gembira, “Aduh ! jangan
melekat! Jangan melekat !” Melainkan pandangan kemelekatan dimana Anda
menganggap ini adalah “aku”.
Misalnya, pada suatu hari Anda meninggal dunia, dikremasi
menjadi abu. Begitu abu tersebar dan ditiup angin , dimanakah Anda ? Bagaimana
bisa Anda masih mengidentikkan tubuh ini sebagai “aku” ? benar tidak ? Banyak
orang yang mengira ini adalah “aku”, sehingga menimbulkan kemelekatan pada
keakuan, maka kemelekatan akan “aku” ini merupakan akar tumimbal lahir.
Asalkan mematahkan keakuan, maka lobha-dosa dan moha tidak
akan bisa timbul. Jika tidak ada “Anda” bagaimana bisa ada lobha-dosha dan moha
? Jika tidak ada “Anda”, maka mana ada yang disebut sebagai uang “Anda” ? mana
ada rumah “Anda” ? mana ada anak “anda”? karena bahkan diri Anda telah tidak
eksis. Maka kita seorang sadhaka haru tahu, bahwa “aku” bukanlah sejati ,
merupakan perwujudan sesaat, merupakan bentukan dari caturmahabhuta
(tanah-air-api-angin).
Dalam aliran Zen kita ada satu kalimat : diluar adalah bentukan
dari empat unsur, did alam adalah gabungan dari panca skandha
(rupa-kesadaran-pencerapan-bentuk mental-perasaan) . Dari luar, Anda adalah
bentuk dari gabungan unsur tanah-air-api dan angin. Empat unsur ini menunjuk
pada tubuh Anda, kulit, daging, kerangka adalah unsur tanah. Darah dan cairan
tubuh Anda adalah unsur air. Suhu badan Anda adalah unsur api. Nafas Anda
adalah unsur angin. Yang diluar ini bisa terlihat. Sedangkan batin adalah gabungan panca skandha, yaitu : rupa,
vedana (kesadaran), samjna (pencerapan), samskara (bentuk mental) dan vijnana
(perasaan).
Yang pertama adalah rupa, merupakan segala sesuatu yang bisa
Anda lihat.
Vedana adalah adalah sesuatu yang bisa Anda rasakan.
Samjna adalah Anda bisa menggunakan otak Anda untuk
berpikir.
Samskara yaitu aktivitas.
Vijnana adalah perasaan.
Kelimanya ini adalah palsu, maka empat unsur yang diluar
adalah fana, kelima agrerat ini juga fana. Saat Anda meninggal dunia, keempat
unsur ini tidak ada lagi, maka dimanakah Anda ? Kita jangan mengira bahwa empat
unsur dan lima skandha ini adalah “aku”. Saat Anda tidak melekat lagi pada
empat unsur dan lima skandha ini, maka Anda akan mempunyai hati yang lapang
bagaikan angkasa. Karena anda sudah tidak mempunyai kemelekatan pada “aku”,
pada “orang”, pada “subyek”, tidak ada lagi segala pandangan salah. Saat itu,
mana ada rumahku, uangku, beban pikiranku, dan segala galanya milikku ? Maka
saat Anda meninggal dunia, jika didalam batin Anda masih menyimpan kemelekatan,
masih ada lobha-dosha dan moha, maka akan sangat sulit sekali untuk bertemu
dengan Buddha. Jika dalam batin anda tiada lobha-dosha- moha dan kakacauan
pikiran, tiada keakuan, tiada pandangan sesat akan keakuan dan orang lain, saat
tiada semua kemelekatan, maka Amitabah Buddha akan mudah hadir dalam batin Anda
, menjemput Anda menuju Sukhavatiloka untuk menekuni Mahayana di sana
Jumat, 16 November 2012
Mengambil Perlindungan (Taking Refuge)
Mengambil Perlindungan
(Taking Refuge)
Di dalam setiap tradisi buddhisme, terdapat pengambilan perlindungan kepada Sang Triratna / Tiga Permata yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha, yang mana ritual mengambil perlindungan (Sansekerta: Sarana) ini umumnya disebut sebagai Visudhi. Pada tulisan kali ini, akan dibahas menganai apa yang menyebabkan kita perlu mengambil perlindungan, apa itu mengambil perlindungan, hal yang harus dimiliki dalam berlindung, dan motivasi yang benar dalam berlindung
Mengawali pembahasan mengenai mengapa kita perlu mengambil perlindungan ini, pertama - tama perlu diketahui bahwa di dalam Buddhisme mengenal adanya 10 Penjuru Alam Dharma yang mana 10 Alam Dharma ini terdiri dari 6 Alam tumimbal lahir dan 4 Alam Suci. 6 Alam tumimbal lahir ini terdiri dari Alam Neraka, Alam Preta (setan kelaparan), Alam Hewan, Alam Manusia, Alam Asura (jin), dan Alam Dewa. 4 Alam suci merupakan 4 Alam yang menjadi tempat bagi 4 kelas makhluk suci, yaitu Sravaka, Pratyeka Buddha, Bodhisatva, dan Buddha. 6 Alam Tumimbal lahir atau 6 Alam Samsara, mengapa keenam Alam ini disebut sebagai Alam Samsara (Alam Penderitaan)? Karena di dalam setiap alam dari 6 Alam ini terdapat penderitaan yang tidak pernah berakhir. Di alam neraka, semua makhluk yang karena karmanya terlahir di alam neraka akan sangat menderita karena kepanasan dan kedinginan (tergantung dilahirkan di neraka panas atau neraka dingin), juga menderita karena berbagai siksaan - siksaan lain (gunung golok, rimba pedang, bajak lidah, dsb). Di alam preta atau setan kelaparan, semua makhluk yang karena karma nya terlahir di alam ini, akan sangat menderita karena meiliki perut yang buncit dan leher yang amat kecil, mulutnya mengeluarkan api, perutnya akan terus merasa lapar, namun tidak pernah bisa memakan apa pun. Di alam hewan, semua makhluk yang karena karma nya terlahir di alam ini, juga sangat menderita, mereka mengelami penderitaan seperti demangsa oleh hewan yang lebih besar,diburu oleh manusia, dan berbagai penderitaan lainnya. Di alam manusia, semua makhluk yang terlahir di alam manusia, seperti kita tentunya juga mengalami sangat banyak penderitaan, lahir, tua, sakit, dan mati, demikian juga saat keinginan kita tidak dapat terpenuhi, kita sebagai manusia akan merasa menderita, selain itu semua juga masih banyak berbagai bentuk penderitaan lainnya. Di alam asura semua makhluk yang karena karmanya terlahir di alam ini menderita karena sifat iri hati mereka (sidaf iri ini membuat mereka tidak merasakan kebahagiaan), selain itu mereka juga memnderita karena peperangan. Di alam Dewa, semua makhluk yang karena karma baiknya terlahir di alam dewa, meskipun alam ini adalah alam yang penuh dengan kebahagiaan, namun alam dewa masih termasuk sebagai alam samsara karena kebahagiaan yang dirasakan dengan terlahir di alam dewa tidaklah abadi, saat karma baiknya telah habis, maka mereka yang terlahir di alam dewa akan bertumimbal lahir di alam yang lebih rendah sesuai dengan karma nya, bahkan bila mereka memiliki timbunan karma buruk yang amat berat, dapat menyebabkan mereka bertumimbal lahir di alam neraka.
Kita semua yang saat ini telah terlahir sebagai manusia, mungkin kita merasa kehidupan kita sudah cukup bahagia, kita hidup dengan berkecukupan, memiliki keluarga yang harmonis, namun apakah itu adalah kebahagiaan sejati? Tentunya tidak, kebahagiaan tersebut kita tidak pernah mengetahuinya, sampai kapan semua itu akan ada bersama kita. Mungkin saja tahun depan, bulan depan, minggu depan ataupun pada hari esok kita akan kehilangan semua itu dan kita tidak akan pernah mengetahui nya. Terlebih lagi pada kelahiran kita yang akan datang, tidak ada jaminan bahwa semua kebahagiaan itu akan tetap ada bersama kita. Jangankan untuk terlahir sebagai manusia dengan kehidupan yang bahagia, terlahir sebagai manusia saja sudah sangat sulit.
Kita semua yang telah terlahir sebagai manusian tentunya kita hendak mencari jalan pembebasan dari penderitaan, cara untuk terbebas dari kelahiran di 6 Alam Samsara, oleh karena itulah kita perlu untuk mengambil perlindungan kepada Buddha Dharma dan Sangha. Karena hanya Buddhadharma yang dapat membawa kita pada pembebasan, membawa kita untuk meninggalkan 6 Alam Samsara. Perlu kita pahami, bahwa hanya di alam manusialah kita dapat melakukan praktik buddhadharma yang dapat membawa kita pada pembebasan dari 6 alam samsara (Nirvana / Nibbana). Mengapa demikian? Karena bila kita terlahir di 3 Alam rendah (Alam neraka, preta, hewan) di semua alam ini sudah sangat menderita dan tidak mungkin lagi dapat berpikir untuk melatih diri, sedangkan di dua alam lainnya, yaitu alam Asura dan Alam Dewa, di alam Asura mereka yang lahir di sana memiliki ras airi hati yang tinggi dan sangat suka berperang sehingga mereka tidak akan berpikir untuk melatih diri, sedangkan di Alam Dewa, mereka yang lahir di sana akan sangat terlena menikmati kebahagiaan, sehingga mereka tidak akan pernah berpikir untuk melatih diri, tidak akan pernah berpikir untuk mencari pembebasan dari penderitaan, karena mereka merasa kehidupan mereka sebagai dewa sudah sangat bahagia. Sedangakn di alam manusia, walaupun masih ada penderitaan, namun penderitaan yang ada di alam manusia, tidak seberat penderitaan yang ada di 3 alam rendah dan di alam manusia, semua makhluk yang terlahir di sana juga tidak akan merasakan kebahagiaan seperti di alam dewa, oleh karena itulah, hanya alam manusia yang dapat menjadi tempat untuk melatih diri, tempat untuk melakukan praktik buddhadharma untuk mencapai pembebasan. Dengan adanya penderitaan dengan takaran yang tepat (tidak terlalu berat ataupun terlsau ringan) barulah dapat melatih diri dengan baik.
Kita harus mengetahui bahwa saat ini, kita yang terlahir sebagai manusia dan dapat bertemu dengan buddhadharma (berjodoh dengan buddhadharma), kita semua telah memiliki tubuh manusia yang amat berharga, bahkan lebih berharga daripada permata pengabul harapan, karena hanya dengan tubuh manusia kita inilah kita dapat mencapai Pembebasan Sejati, kita lihat Guru Agung kita, Sang Buddha Sakyamuni, beliau merealisasikan Ke Buddha an di alam manusia. Oleh karena itu kita harus mendayagunakan tubuh manusia kita yang amat berharga ini untuk mencapai pembebasan sejati dengan melakukan praktik Buddhadharma yang dapat membawa kita pada pembebasan dan untuk mengawali semua itu, pertama kita perlu berlindung kepada Sang Triratna (berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha) karena berlindung kepada permata - permata mulia (Triratna) merupakan pintu gerbang bagi seluruh ajaran dan praktik dharma.
Apa itu mengambil perlindungan (bersarana)? Banyak orang yang bersarana (Menerima Visudhi Trisarana) hanya sebagai bentuk ritualisme dan tidak mengetahui kepada siapa sebenarnya ia berlindung dan tidak memahami makna sejati dari berlindung / bersarana tersebut.
Pertama kita bersarana kepada buddha, yaitu Buddha Sakyamuni, karena buddha sakyamuni telah parinirvana 2500 tahun yang lalu, banyak orang beranggapan bahwa kita bersarana kepada pratima (rupang)Buddha, pratima terbuat dari benda material (kayu, logam, keramik, dsb) yang bisa rusak, saat pratima rusak, kita merasa sarana kita pun rusak. Sebenarnya kita harus mengerti bahwa bersarana kepada buddha bukan bersarana kepada pratima, tetapi bersarana kepada kesadaran buddha yang dilambangkan oleh pratima, bisa juga dikatakan bersarana kepada semangat Buddhadharma.
Apa itu bersarana kepada dharma? Bagi pemula agama buddha mereka akan menganggap bersarana kepada dharma adalah bersarana kepada tripitaka yang isinya disabdakan Buddha (Bersana kepada benda, yaitu Tripitaka). Namun Tripitaka terdiri dari kata - kata yang sangat sulit dimengerti dan bila tidak memahami kata - katanya tidak akan muncul pahala dari membaca Tripitaka, oleh karena itu kita harus memahami bahwa bersarana kepada dharma adalah bersarana kepada buddha dharma (Ajaran yang sebenarnya tidak memiliki wujud fisik), misalnya 12 Nidana, 4 kebenaran mulia, dsb yang mana ajaran tersebut bila kita praktekkan akan dapat membawa kita pada pembebasan sejati.
Apa itu bersarana kepada sangha? Banyak orang mengira sangha adalah bhiksu / bhiksuni awam, banyak orang beranggapan perbuatan bhiksu / bhiksuni tidak mampu membuatnya tergerak untuk bersarana, banyak orang merasa ucapan bhiksu / bhiksuni tidak membuatnya ingin bersarana. Sebenarnya sangha ini mengacu kepada Arya Sangha, yaitu Bodhisatva. Bodhisatva yang dimaksud di sini ialah Bodhisatva yang telah mencapai Pencerahan (Enlightment) seperti Avalokitesvara Bodhisatva, Manjushri Bodhisatva, Ksitigarbha Bodhisatva, semuanya merupakan arya sangha, telah memahami jati diri dan menyaksikan buddhata (明心見性 / ming xin jian xing).
Hal terpenting dari mengambil perlindungan terletak pada keyakinan kita kepada Tiga Permata tempat kita berlindung (Triratna), kita harus dapat memilki keyakinan yang muncul dari dalam hati. Guru Agung dari. Oddiyana (Padmasambhava) pernah berkata:
Keyakinan berupa penyerahan diriSepenuhnya memungkinkan berkah - berkahSpiritual memasuki diri anda.Apabila pikiranmu bebas dari keraguan,Harapan Apapun akan terkabul.
Keyakinan adalah benih yang memungkinkan segala kebajikan bertumbuh. Apabila tidak ada keyakinan, diumpamakan seperti benuh yang telah terbakar. Sebagaiman disebutkan di dalam Sutra:
Barangsiapa yang tidak memiliki keyakinanya
Keyakinan adalah hal yang paling berharga di antara seluruh harta keayaan kita, karena keyakinan dapat memunculkan pahala kebajikan yang tak terhingga, laksana harta pusaka. Ia membawa kita untuk menapaki jalan menuju pembebasan, seperti sepasang kaki, serta mengumpulkan segala kebajikan bagaikan sepasang tangan.
Perlu kita ketahui bahwa, sekalipun Belas Kasih dan Berkah sari Sang Tiga Permata sungguh tak terperikan, namun sejauhmana kita dapat menerimabelas kasih dan berkah dari Sang Triratna adalah bergantung pada keyakinan dan penyerahan diri kita. Bila kita sungguh memiliki devosi yang penuh keyakinan maka kita barulah dapat menerima belas kasih dan berkah dari sang tiga permata secara utuh. Namun bila kita tidak memiliki keyakinan, sekalipun berjumpa dengan Sang Buddha sendiri dan diterima sebagai murid Nya, kita tetap tidak akan pernah mendapatkan manfaat apapun. Dharma yang dibabarkan oleh Sang Buddha sangat luas dan dalam, tak betepi dan hanya dengan keyakinan barulah dapat menyelaminya. Sebagaimana dikatakan snag Buddha kepada Sariputra di dalam Sutra:
Wahai Sariputra, kebenaran absolut
Satu hal yang juga amat penting dalam mengambil perlindungan adalah motivasi kita dalam mengambil perlindungan tersebut. Motivasi yang paling baik adalah kita menyadari bahwa kita dan semua makhluk saat ini terbenam dalam lautan Penderitaan dan saat ini kita mengambil perlindungan bukan hanya demi mencapai pembebasan bagi diri kita sendiri, tetapi juga demi membawa semua makhluk kepada pembebasan sejati.
May all sentient beings always in happiness! Om Mani Padme Hum |
Kamis, 02 Agustus 2012
SIMHAMUKA DAKINI
SIMHAMUKA DAKINI
獅面空行母
Pintu Dharma Simhamuka Dakini adalah salah satu dari sedikit Pintu Dharma silsilah dari India, Pintu Dharma ini diperoleh dari India tengah yang dekat dengan lokasi pencapaian Kebuddhaan dari Siddharta Gautama, berbagai sekte tantra sangat menghormati Simhamuka Dakini.
獅面空行母
Pintu Dharma Simhamuka Dakini adalah salah satu dari sedikit Pintu Dharma silsilah dari India, Pintu Dharma ini diperoleh dari India tengah yang dekat dengan lokasi pencapaian Kebuddhaan dari Siddharta Gautama, berbagai sekte tantra sangat menghormati Simhamuka Dakini.
獅面空行母法門,是少數幾支印度的伏藏傳承,它是在印度中部近佛陀成道之處取出的。主流派別都尊崇獅面空行母。
ASAL USUL
來源
Pada saat Luozhawa Sang Guru Penterjemah hendak memohon Dharma, Beliau sempat menetap di Nepal, beliau sempat berdebat dengan seorang guru trithika (penganut ajaran diluar Buddha Dharma) Gadengjiebu, Luozhawa memperoleh kemenangan karena Beliau banyak mengetahui keunggulan Buddha Dharma.Gadengjiebu tidak bisa menerima kekalahan ini, dalam hati timbul kebencian, mengancam supaya Sang Penterjemah meninggalkan Triratna dan berlindung di bawah agamanya, bila tidak dalam tujuh hari dia akan menggunakan kekuatan doa bahasa gaib untuk mencabut nyawanya, Luozhawa Sang Penterjemah tidak takut mati. Namun Gadengjiebu sang pendeta memiliki daya kuasa yang besar, tulah kutukannya sangat manjur.Karena tidak sanggup menghadapinya, Luozhawa sang penerjemah pergi menghadap Arya Pangtingba, beliau menjelaskan duduk persoalannya dan memohon sadhana yang mampu melindungi dirinya.Pangtingba sang Arya memberikan petunjuk supaya sang penterjemah pergi menuju ke Vajrasana di India, kelak disana dia akan menemukan cara mematahkan tulah pendeta itu, Sang Arya mengadhistana Luozhawa dengan kekuatan kaki sakti supaya bisa cepat mencapai tempat tujuan, dalam waktu sehari langsung mencapai Vajrasana di India.
往昔,巴日譯師羅扎瓦赴印求法,居於尼泊爾時,曾與外道長老嘎登傑布辯論,以超勝的佛法取得勝利。嘎登傑布不甘心失敗,心生怨恨,威逼譯師捨棄三寶,改歸其門宗,否則將在七日內以咒詛之術取譯師的性命,譯師羅扎瓦寧死不從。但是嘎登傑布是一位具有極大神通力的外道長老,其咒術極其靈驗,無奈,譯師立即前往拜見龐亭巴尊者,陳述事情經過,尋求庇護之法。龐亭巴尊者指示,譯師應立即前往印度金剛座,在那裡將會找到破解的辦法,並加持譯師令得神足疾行,一上午便到達了印度金剛座。
Di Vajrasana dia bertemu dengan Mahasiddha Duojiedanba, setelah menjelaskan kisahnya, dia memohon bantuan Yang Arya.Arya Dujiedanba mengatakan :"Hari ini adalah tanggal 9, siapkanlah persembahan besar untuk kita melakukan mahapuja besok, maka Dakini Bunda Semesta akan membantumu."Maka sang penterjemah juga menyiapkan persembahan untuk Acarya Duojiedanba, pada tanggal 10 melakukan mahapuja.Pada saat mahapuja dilaksanakan, Simhamuka Dakini muncul dengan tubuh sejati Nya, memberi nasehat pada Luozhawa sang penerjemah :"Tidak perlu takut dengan tulah doa doa penganut ajaran tirthika, di sebelah Utara Vajrasana ada sebuah Gunung yang berbentuk seperti sapi, di bagian jantung Gunung ini ada sebuah gua yang terbentuk secara alami, masuklah dan menggalilah, dalam kedalaman tiga bahu empat jari kau akan menemukan sebuah kitab yang dilapisi oleh nyala api, hancurkan api itu dan di dalamnya akan tampak kotak emas, di dalam kotak emas ada kotak kayu pohon Boddhi yang dihiasi oleh berbagai mustika, bukalah dan dilamanya da sebuah kain biru kehitaman, di atasnya ada sebuah mantra yang dituliskan dari lubuk hati dan darah Ku serta para Dakini, mantra itu dibagian depannya tiada kata OM dan dibelakangnya tiada kata SOHA, tiada penggalan di tengahnya, bila kau bisa menjapakan dengan tulus setiap hari 21x saja maka akan memperoleh perlindungan, jangan menjapakannya lebih banyak dari itu, ingatlah !"
在金剛座,譯師拜見了大成就者多傑丹巴,再次陳述事情經過,請求尊者的幫助。多傑丹巴尊者說:“今天是九號,你籌備豐盛的供品,明天我們做一次薈供,空行母會有辦法幫助你的。”譯師用四兩金子置備供品、四兩金子供奉上師多傑丹巴,在十號這天,如期舉行薈供。薈供時,獅面空行在空中顯現真身,並告訴譯師羅扎瓦:“外道咒詛,勿需害怕,金剛座北,有山如牛,於此山中,如心臟處,天成之洞,進入洞中,掘開土層,三肘四指,有一經卷,火漆包裹,擊碎火漆,內有金箱,內復有箱,菩提木製,松耳石箱,瑪瑙石箱,數重寶箱,依次打開,最內中置,藍黑布料,其質上乘,上有咒文,我等空行,心血所書,前無'嗡'字,後無'梭哈',中無加字,亦無斷點,如是咒語,心生虔敬,日日念誦,二十一遍,自得救護,多不可誦,切切牢記。”
Di hari kedua, sang penerjemah menuruti petunjuk Simhamuka Dakini, mencari gua tersebut dan setelah memberikan persembahan pada Dakini Merah, ternyata di dalam tanah tergali kotak berbagai mestika yang berisi kitab, setelah melihat dia membawanya dengan hormat diikatkan di atas leher, dia menjalankan penjapaan dengan tulus tanpa henti, bahkan melebihi jumlah yang ditetapkan oleh Bunda Dakini.
第二天,譯師按照獅面空行指示,找到山洞,奉獻紅色空行母食子後,果然在地下掘得種種寶箱,取出了經卷,看後將其珍重地佩於頸上,並不斷地依之進行了念誦,所念咒數遠遠超出了空行所告誡的數目。
Pada malam hari ketiga, bala tentara makhluk kasat mata dari ajaran sesat yang muncul dari kekuatan doa sang pendeta tirthika datang menyerang, ada yang berbentuk seperti perempuan , mara dan lain sebagainya datang berbondong bondong untuk mencelakai, namun mereka semua tidak sanggup !Di pagi harinya, Simhamuka Dakini memberitahukan pada sang penerjemah bahwa pendeta Gadengjiebu telah mati muntah darah.
第三天晚上,由於嘎登傑布的咒詛之力,外道所供奉的各種神女、魔神等紛紛於前夜、中夜、後夜時前來施障加害,但均未成功。凌晨時分,獅面空行再次現身,告訴譯師,嘎登傑布已吐血而亡。
Sebenarnya pendeta sesat itu tidak akan mati jika sang penerjemah tidak menjapa mantranya terlampau banyak, kekuatan mantra yang terlampau besar membuat pendeta sesat itu menelan kembali kutukan keji yang dilontarkannya.
其實,外道師本來可以不死,但是由於譯師念誦了過多的咒語,咒語巨大的力量令外道師自食惡果。
Mendnegar kabar ini, Luozhawa sang penerjemah girang bukan main, namun Arya Dujiedanba justru tidak senang, dia menuding sang penerjemah tidak punya belas kasihan dan berkata :"Di jaman akhir Dharma, akan ada Guru seperti saya, dan muridnya pasti sepertimu !"beliau merampas kitab di leher sang penerjemah dan mengusirnya sambil mengatakan bahwa beliau tidak ingin bertemu lagi dengan sang penerjemah .Namun keyakinan Luozhawa sang penerjemah tetap kuat, dia tidak mau meninggalkan Vajrasana tempat Sang Guru, sehingga bertahun tahun hidup bergantung dari sedikit makanan yang disembunyikan di pinggang pendamping Guru yang bernama Mahahasama.12 tahun kemudian Yang Arya mewariskan semua abhiseka Simhamuka Dakini beserta ajaran dan karman kepada sang penerjemah.
得此消息,譯師羅扎瓦歡喜無比,迫不及待地禀明了多傑丹巴尊者,此時,尊者心中已經知道了事情的經過,又見譯師樂於外道的死亡,甚為不悅,責備譯師毫無慈悲可言,發怒說:“末法時代,有師如我,則弟子必如你!”一把奪走了譯師脖子上佩戴的經卷,將譯師轟了出去,聲稱再不相見。但譯師信心絲毫不退,不肯離開上師所在的金剛座,多年間僅靠多傑丹巴的侍者瑪哈哈薩瑪在腰帶中夾裹少許食物維生,直到十二年後,尊者終於將獅面空行的各種灌頂、教敕、竅訣並諸事業支分等圓滿賜予。
Sekembalinya di Tibet , sang penerjemah mewariskan sadhana Simhamuka Dakini kepada pimpinan Lima Tetua Sakya, yaitu Gongganingbu, sehingga sadhana ini menjadi salah satu dari 13 ajaran emas yang tidak pernah keluar dari tembok vihara.Kemudian para Guru mewariskannya dari generasi ke generasi tanpa terputus sampai sekarang.
巴日譯師羅扎瓦學成返藏後,將獅面空行法門圓滿授予了薩迦五祖之首大慈貢嘎寧布,成為了不出寺牆的“十三金法”之一,以後歷代輾轉相傳,從未間斷地傳至今天。
功德利益
PAHALA
修持獅面空行法門的利益,總的來說有25種,均載於經典。
Menurut apa yang tercatat dalam sutra, ada 25 macam manfaat :
1、可為他人進行回遮咒詛、障難等種種不詳;
Mantra ini dapat mengembalikan semua tulah kutukan dan mantra lainnya yang berusaha melukai sadhaka, semua hal yang berupa rintangan dan tidak baik akan dilontarkan kembali pada asalnya.
2、可誅殺、鎮伏怨敵;
Mampu menaklukkan musuh
3、如處於金剛宮殿中或如修護輪般保護自身免受自然界及人與非人等種種障難;
Bila berada di istana Vajra dan menekuni perlindungan cakra maka akan mampu melindungi diri sendiri dari bahaya alam dan gangguan manusia, makhluk bukan manusia , para setan dan dewa dan lain sebagainya yang berusaha membuat rintangan.
4、可得長壽;
Dapat memperoleh panjang usia.
5、如供奉財神般,可令資財增長;
Bagaikan mensthanakan Dewa Rejeki, kekayaannya akan terus bertambah.
6、行懷愛事業,令上司欽敬;
Vasikarananya mampu membuat atasan menyukai.
7、行懷愛事業,令部屬欽敬;
Vasikarananya mampu membuat kerabat dan rekan menyukai.
8、可令子嗣繁盛;
Memperoleh anak cucu
9、旱時降雨;
Menurunkan hujan dikala terjadi kekeringan
10、雨量充沛多至成災時,令其息止
Menghentikan hujan dikala terjadi bencana air
11、消弭莊稼的蟲災;
Menghentikan petaka yang berhubungan dengan kekurangan pangan(dijaman dahulu digunakan untuk menghentikan hama)
12、消弭霜害;
Menyingkirkan bencana musim dingin
13、消弭冰雹之災;
Menyingkirkan bencana hujan es
14、消弭雷災;
Menghentikan bencana petir
15、令身體之病康復;
Menyembuhkan penyakit
16、令傳染病息止;
Menghentikan wabah
17、令喉部病痛康復;
Menyingkirkan sakit tenggorokan
18、令感冒、發熱等病康復;
Menyembuhkan flu dan sakit panas
19、令天花、痘病等息止;
Menyembuhkan penyakit cacar
20、令幻聽、幻視等精神類疾病康復;
Menyembuhkan penyakit kejiwaan seperti halusinasi dan lain sebagainya
21、令頭暈、頭痛等頭部疾病康復;
Menyingkirkan penyakit daerah kepala, seperti pusing - pusing dsb
22、令健忘、失憶等病症消失;
Menyingkirkan penyakit mudah lupa
23、可令免於刀槍之災;
Menyingkirkan bencana senjata
24、可令免於中風等疾病;
Terhindar dari stroke dan lain sebangsanya
25、可令免於偷盜之災。
Terhindar dari bencana perampokan
Om Mani Padme Hum
Rabu, 27 Juni 2012
Goresan Tinta Hari Ini
Goresan Tinta Hari Ini
Dalam keseharian kita, tanpa kita sadari membicarakan kekurangan orang lain, sepertinya sudah merupakan rutinitas kita, mulai dari orang pertama, kedua, ketiga, dst sepertinya kita merasa orang yang kita temui tidak pernah ada yang sempurna di mata kita. Perlu kita sadari di dunia ini, semua insan memiliki kekurangan dan kelebihan masing - masing dan biasanya kita cendrung hanya menyoroti sisi negatif seseorang mulai dari orang pertama, orang kedua, orang ketiga, dst sebenarnya kita juga harus menyadari bahwa di dunia ini kita sendiri sebagai insan memiliki kekurangan dan orang lain yang sedang kita lihat sisi negatifnya, mereka juga memiliki kelebihan. Sadarilah bahwa tanpa adanya kekurangan, apakah kita dapat menemukan yang lebih itu?
Sebenarnya itulah kehidupan, itulah warna - warni hidup kita, saat kita merasa orang lain tidak baik, permasalahan kita hanyalah pada sudut pandang kita, bila kita bisa mengesampingkan kekurangan seseorang
dan memandang kelebihannya, maka hidup ini akan terasa jauh lebih indah dan berwarna.
Mulai saat ini pandanglah kelebihan yang ada di dalam diri setiap insan, semua insan pada dasarnya adalah baik, oleh karena itu paraktekkanlah cinta kasih, berikanlah kasih sayang kepada semua insan dengan hati yang tulus. Ingatlah, hati seseorang tidak akan pernah bisa kita sentuh secara fisik, namun dengan ketulusan hati yang kita miliki, sekeras apa pun hati seseorang kita dapat menyentuhnya. Hal ini mungkin sangat mudah diucapkan, namun cukup sulit dipraktekkan, tetapi sebagai insan manusia sesulit apa pun itu, mulai saat ini kita harus belajar untuk mempraktekannya
May all sentient beings always in happiness
祈願文殊師利菩薩慈悲放大智慧光加持
Senin, 18 Juni 2012
Buddhisme dan Vegetarian
Buddhisme dan Vegetarian
Di dalam tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai Buddhisme dan bervegetarian. Mungkin di antara kita banyak yang beranggapan bahwa sebagai praktisi Buddhisme, sudah seharusnya kita bervegetarian. Ada beberapa alasan yang pada umumnya mendorong seorang praktisi buddhisme untuk bervegetarian, antara lain:
1. Anggapan bahwa makan daging berarti membunuh
2. Dengan bervegetarian, berarti lebih suci
3. Dengan bervegetarian, emosi akan menjadi lebih stabil
4. Bervegetarian sebagai bentuk maitri karuna (menjadikan vegetarian sebagai objek latihan dalam bhavana)
*Maitri Karuna = Cinta Kasih dan Welas Asih (慈悲 / cibei)
Dan masih ada beberapa alasan lainnya
yang senada
Di dalam tulisan saya kali ini, saya ingin menjelaskan beberapa hal:
Pertama, Buddha Sakyamuni sendiri tidak vegetarian. Pada jaman Sakyamuni Buddha, beliau melakukan apa yang kita kenal sebagai pindapatta. Yaitu, beliau menerima persembahan dalam bentuk makanan dan makanan apapun yang dipersembahkan (termasuk makanan non vegetarian), beliau menerimanya.
Kedua, kita perlu mengetahui asal mula vegetarian ini. Sayamuni Buddha memiliki murid utama, salah satu diantaranya yaitu Devadatta, sebenarnya ia merupakan saudara dari Buddha Sakyamuni, ia sudah mencapai keberhasilan, memiliki 5 abhijna (kesaktian). Di tubuhnya telah terdapat 30 tanda besar dan 80 tanda kecil. Namun, ia ingin menjadi perintis ajaran, sehingga berkhianat, membawa 500 bhiksu. Saat akan berhianat, ia mengutarakan doktrin berisi 5 pasal dan 5 pasal ini merupakan 5 aturan untuk mengkritik Sang Buddha, dan ini tercantum dalam Agama Sutra (阿含經/ahanjing). 5 pasal tersebut adalah:
1. Sang Buddha mengenakan pakaian yang baik dan di sana dikatakan seorang sadhaka harus menggunakan pakaian yang tidak baik (Sangat Sederhana)
2. Tempat tinggal sang buddha terlalu mewah, ia menetapkan aturan bahwa seorang sadhaka harus bermeditasi di tempat terbuka
3. Makanan buddha sakyamuni terlalu lezat, ia menetapkan aturan bahwa sadhaka tidak boleh memakan makanan yang diberi garam (pada jaman itu, garam adalah komoditas yang sangat mahal)
4. Tidak makan daging
5. Tidak makan ikan
(Penjelasan: Sebenarnya di dalam diri Sang Buddha tidak ada lagi kemelekatan apa pun terhadap semua itu, beliau hanya menerima segala hal yang dipersembahkan oleh insan, karena beliau memiliki maitri karuna yang begitu besar, beliau menerimanya demi memberikan kesempatan bagi para insan untuk mengumpulkan pahala kebajikan)
Menanggapi 5 Pasal kritikan dari Devadatta ini, Sang Buddha mengatakan, bagi yang ingin mengikutinya (menjalankan 5 Pasal yang dikemukakan oleh Devadatta), beliau (Sang Buddha), tidak melarangnya, namun bagi yang tidak ingin menjalankan 5 pasal ini, Sang Buddha juga tidak memaksanya
Sampai di sini, mari kita tinjau lebih lanjut. Di dalam tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok (Buddhisme Mahayana yang awalnya berkembang di Tiongkok, lalu dari sana menyebar ke berbagai tempat di seluruh belahan dunia), kita selalu menjumpai Para anggota Sangha bervegetarian. Sebenarnya dari manakah asal mula peraturan yang mewajibkan para anggota sangha untuk bervegetarian ini? Ini ada hubungannya dengan Kaisar Liang. Pada jaman Kaisar Wu dari Dinasti Liang, beliaulah yang membuat aturan bahwa praktisi buddhisme, termasuk bhiksu / bhiksuni harus bervegetarian sebagai bentuk praktek maitri Karuna, dari sanalah semua anggota sangha dari berbagai tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok mulai bervegetarian, hingga saat ini berbagai sekte Buddhisme Mahayana Tiongkok telah berkembang ke seluruh belahan dunia dan keharusan untuk makan vegetarian dalam Tradisi Buddhisme Mahayana Tiongkok tetap tidak berubah hingga saat ini.
Tradisi Buddhisme Selatan (Buddhisme yang berkembang di negera sebelah selatan Daratan China, seperti India, Nepal, Tibet, Thailand, dan berbagai negara lainnya) tidak ada aturan yang mengharuskan para anggota sangha untuk bervegetarian, Buddhisme Selatan mengikuti jejak Sang Buddha. Seperti yang telah diajarkan Sang Buddha, makan daging harus 3 bersih, yaitu
1. Tidak boleh membunuh (kita membunuh makhluk hidup, kemudian kita memakannya)
2. Tidak boleh mendengar sewaktu dibunuh
3. Tidak boleh menyuruh orang untuk membunuh.
Dari sini sudah amat sangat jelas bahwa tidak bervegetarian bukan berarti membunuh.
Mengenai anggapan bahwa bervegetarian berarti lebih suci, tentunya ini salah besar, mengapa? Karena Sang Buddha sendiri tidak bervegetarian, bila beranggapan demikian, apakah berarti Sang Buddha tidak suci? Pertanyaan ini semua orang bisa menjawabnya. Dalam melaksanakan Bhavana (修行 / xiuxing), yang terpenting adalah pada hati, sekali pun kita makan vegetarian, tetapi di dalam diri kita dipenuhi lobha, dosa, dan moha, maka kita tidak lebih baik dari orang yang tidak bervegetarian, namun menjaga kesucian tubuh, ucapan, dan pikiran mereka. Bila makan vegetarian berarti suci, apakah sapi, kerbau, dan hewan herbivora lainnya suci? Tentunya setiap orang bisa menjawab sendiri pertanyaan ini
Mengenai anggapan bahwa vegetarian dapat membuat emosi seseorang menjadi lebih stabil, dalam hal ini sebenarnya tidak dapat dipastikan, karena dalam berbagai kesempatan seringkai segala hal terjadi kerana peran dari sugesti. Sebagai contoh, orang yang bervegetarian dan menanamkan sugesti pada dirinya sendiri bahwa vegetarian akan membuat emosinya menjadi stabil, kemudian setelah ia bervegetarian dalan jangka waktu tertentu, ternyata emosinya sungguh - sungguh menjadi lebih stabil, tentu saja hal ini baik dan sangat mendukung dalam bhavana, walaupun sebenarnya di sini yang berperan besar adalah kekuatan yang berasal dari sugesti pikiran kita sendiri (the power of mind). Bila seperti ini yang terjadi, sebenarnya peran vegetarian hanya sarana dalam mensugesti diri kita, mengapa begitu? Karena emosi berhubungan dengan produksi hormon (hormon adrenalin) dan produksi hormon memerlukan protein, namun makanan vegetarian meskipun tidak mengandung protein hewani, tetap saja memiliki kandungan protein. Kendati demikian, bukan berarti vegetarian tidak bermanfaat, dari segi ilmu kedokteran, berdarakan berbagai riset yang telah dilakukan, bila ditinjau secara komprehensif orang yang makan vegetarian (tentunya vegetarian yang alami) lebih sehat dari orang yang tidak bervegetarian.
Terakhir, mengenai bervegetarian sebagai suatu bentuk maitri karuna (menjadikan vegetarian sebagai objek latihan dalam bhavana), ini tentu sangat baik. Bila bervegetarian yang dilandasi dengan motivasi demikian tentunya vegetarian sungguh dapat dijadikan sebagai suatu sarana untuk mengembangkan maitri karuna di dalam diri kita, (segala sesuatu yg kita lakukan bergantung pada motivasi, kita tidak bisa hanya melihatnya dari luar saja, namun yang lebih penting untuk dilihat adalah motovasi yang mendasarinya). Namun jangan sampai setelah bervegetarian menjadi sombong dan menganggap orang yang tidak bervegetarian tidak memiliki maitri karuna, bila demikian, vegetarian bukan lagi menjadi sesuatu yang positif karena dengan vegetarian membuat kesombongan dalam diri seseornag meningkat.
Dari tulisan ini ada dua kesimpulan yang dapat diambil
Pertama di dalam Buddhisme, sebenarnya tidak ada keharusan untuk bervegetarian karena Sang Buddha sendiri tidak bervegetarian
Kedua tidak ada jaminan bahwa vegetarian pasti dapat mendukung praktek buddha dharma yang kita lakukan karena apakah vegetarian dapat mendukung dalam praktek Buddhadharma atau tidak, itu bergantung pada motivasi yang mendasarinya
Sabtu, 07 Januari 2012
Yamantaka Maha Vajra
Yamantaka
Yamantaka Maha Vajra adalah salah satu dari Panca Maha Vajra di dalam Tantra, termasuk Golongan Tantra Ayah. Yamantaka berasal dari kata Yama dan juga Taka Yama artinya adalah kematian dan Taka dapat diartikan sebagai menakhlukani. Yamantaka, juga dikenal sebagai Vajra Bhairava (Tib: Dorje Jinje) merupakan Tubuh Cakra Pengajaran dan Titah dari Manjushri Bodhisatva. Manjushri Bodhisatva (Wen Shu Shi Lu Pu Sa / Man Shu Shi Li Pu Sa) sendiri merupakan Perwujudan Maha Prajna yang Sempurna dari Para Buddha di Sepuluh Penjuru dan Tiga Masa, juga merupakan Guru dari Tujuh Buddha Masa Lalu, Manjushri Bodhisatva dahulu adalah Tathagata Long Zhong Shang Zun Wang Ru Lai , sekarang adalah Tathagata Huan Xi Zang Mo Ni Bao Jing Ru Lai , dan kelak adalah Tathagata Pu Xian Ru Lai.
Di Bumi Tibet ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa Yamantaka muncul untuk meankhlukan Yamaraja, dalam legenda itu dikisahkan bahwa pada suatu waktu di jaman dahulu di Bumi Tibet Yamaraja telah membunuh banyak orang, ia membunuh dan memakan manusia, melihat hal ini Manjushri Bodhisatva sebagai bentuk Maitri Karuna Nya mewujudkan diri nya menjadi wujud Krodha yang seperti Yamaraja, namun lebih unggul dari Yamaraja dan menkahlukan Yamaraja, itulah Yamantaka. Legenda ini sebenarnya memiliki makna yang mendalam. Yamantaka menakhlukan Yamaraja dalam cerita bermakna Kesadaran Anuttara memasuki kesadaran rendah, juga berarti proses Transformasi Lima racun menjadi Lima Prajna. Yamaraja di dalam cerita ini bukan menunjuk kepada Raja Yama (Yan Lou Wang) yang bertugas di Naraka (Raja Yama yang bertugas di neraka sebenarnya adalah manifestasi dari Ksitigarbha Bodhisatva), tetapi Yamaraja di sini adalah perwujudan dari segala kualitas buruk yang berada di dalam diri para insan, Para insan dibunuh dan dimangsa oleh Yamaraja dalam legenda ini, melambangkan kualitas buruk akibat racun - racun batin yang berada di dalam diri para insan dan masih membelengu nya, sehingga insan para insan masih berada di dalam samsara. Dan Yamantaka menaklukan Yamaraja dengan wujud yang seperti Yamaraja namun lebih unggul dari Yamaraja berarti malalui aktivitas Nya, Yamantaka dapat menkhlukan lima racun batin di dalam diri para insan dan mentransformasikan nya menjadi Panca Prajna dengan daya upaya yang paling sesuai dengan kecendrungan yang berbeda - beda pada diri setiap insan. Dengan melaksanakan latihan dari Yamantaka seseorang akan dapat menakhlukan lima racun di dalam dir nya dan mentransformasikan menjadi lima prajna dan pada akhirnya juga dapat merealisasikan kualitas dariYamantaka, yang tidak laina dalah kualitas dari Manjushri Bodhisatva, yang sebenarnya juga merupakan kulitas sejati dari Dharmakaya.
Trikaya dari Yamantaka:
Dharmakaya (Tubuh Kebijaksanaan Agung): Amitabha Buddha
Sambhogakaya (Tubuh Kebahagiaan Agung): Manjushri Bodhisatva
Nirmanakaya (Tubuh Manifestasi yang melakukan aktivitas): Yamantaka
Makna dari wujud Yamantaka
Yamantaka memiliki 9 kepala melambangkan 9 Yana (9 Tahapan dalam Dzogchen), juga melambangkan 9 Sutra Mahayana, serta melambangkan aktivitas Maitri Karuna untuk membebaskan 9 Alam (Sembilan Jenis Kondisi Alam di Enam alam Gati, yang terlahir dalam 4 macam cara)
(Perwujudan Yamantaka sangat banyak, ada yang berkepala satu. Berkepala satu melambangkan hanya ada satu kebenaran sejati)
Kepala yang berbentuk Kepala Kerbau bermakna menakhlukkan Yama / Kematian
3 Kepala di kiri, kepala yang di sebelah kepala utama berwarna abu - abu bermakna kematian, di sebelah kiri kepala tersebut adalah kepala yang bewarna putih bermakna kesucian, kepala yang di paling kiri berwarna hitam bermakna angkara murka
3 Kepala di kanan, kepala yang di sebelah kepala utama berwarna kuning bermakna kedamaian, di sebelah kanannya adalah kepala yang berwarna biru bermakna otoritas, dna di paling kanan adalah kepala yang berwarna merah bermakna angkara murka
Di atas kepala utama terdapat kepala yang berwarna merah melambangkan Mara yang menelan insan (menelan di sini bermakna membuat insan berada di dalam samsara)
Kepala yang paling atas adalah Kepala Manjushri Bodhisatva melambangkan Kebijaksanaan, Kedamaian, dan Maitri Karuna
Rambut yang berdiri melambangkan sudah merealisasikan Buddhata
5 Tengkorak melambangkan Panca Prajna dari Panca Buddha Vajra, juga melambangkan penakhlukkan terhadak Lima Racun Batin
Setiap kepala memiliki 3 mata melabangkan melihat ketiga waktu
Sepasang tanduk melambangkan Kye Rim dan Dzog Rim (Tingkatan Awal dan Tingkatan Kesempurnaan)
34 Lengan besarta tubuh, ucapan dan pikiran dari Yamantaka melabangkan 37 Praktek Bodhisatva
34 Lengan yang membentuk Mudra Penakhlukan melambangkan kekuasaan mutlak terhadap segala hal
17 telapak tangan kiri yang menghadap ke atas bermakna memberikan Persembahan Kepada Semua Buddha dan Bodhisatva di Sepuluh Penjuru dan Tiga Masa
17 telapak tangan kanan yang menghadap ke bawah bermakna menakhlukkan Semua Mara dan Dewa
16 Kaki melambangkan 16 Bentuk Kesunyataan, juga melambangkan 16 Tingkatan Mahasukha
Yamantaka bersatu dengan Pasangan (Vajra Vetali) melambangkan penyatuan antara Metode danKebijaksanaan
Yamantaka dan Vajra Vetali masing - masing bertubuh biru melambangkan Kesunyataan
Mengenakan kalung dari untaian 50 kepala manusia berdarah segar melambangkan sudah terbebas dari segala bentuk pikiran (Dualisme Pikiran)
Menjadikan tulang sebagai ornamen melambangkan 6 Aktivitas Bodhisatva
Kaki kanan menginjak manusia, kerbau, banteng, keledai, onta, anjing, domba, dan srigala melambangkan Asta Siddhi (8 Pencapaian). Di bawah hewan - hewan ini terdapat Para Dewa dari Triloka: Mahesvara, Visnu, Brahma, dan Indra melambangkan Keunggulan dari Buddhisme
Kaki kiri menginjak rajawali, burung hantu, gagak, nuri, pipit , elang, dan burung onta melambangkan 8 Bentuk Pembebasan. Di bawah hewan - hewan ini terdapat, Mara Berkepala 6, Dewa berkepala Gajah, Dewa Surya, dan Dewa Chandra melambangkan Yamantaka Tantra melampaui dunia biasa (adi duniawi)
Pasangan Yamantaka adalah Vajra Vetali, merupakan Manifestasi dari Sarasvati Devi (Sarasvati Devi adalah pasangan dari Manjushri Bodhisatva). Tangan Kanannya memegang Drikug melambangkan menghancurkan racun - racun batin dan tangan kiri nya memegang Kapala yang penuh darah melambangkan Maha Sukha, Kapala ini berisi darah dari 4 Mara, yaitu Klesa Mara, Mrtyu Mara, Skandha Mara, dan Devaputra Mara
Sadhana dari Yamantaka berasal dari Sutra yang disabdakan Buddha dan juga Terma (Harta Terpendam berupa Ajaran) dari Guru Padmasambhava. Perwujudan Yamantaka sendiri ada bermacam - macam, ada Yamantaka Biru, Yamantaka Hitam, Yamantaka Merah, Yamantaka Kuning, dan berbagai perwujudan lainnya. Di Tibet, Yamantaka Tantra ada di berbagai Silsilah Tantra dari Empat Aliran Besar. Di dalam Tradisi Gelugpa, Yamantaka melupakan Dharmapala Utama dari Maha Guru Je Tsongkapa dan juga merupakan Yidam yang sangat diutamakan dalam Aliran Gelugpa. Yamantaka sangat dihormati oleh Aliran Gelugpa, maupun oleh orang - orang Tibet, Yamantaka merupakan salah satu Adinata yang sangat diutamakan dan dihormati di Bumi Tibet. Saat ini Yamantaka juga merupakan Dharmapala Utama dari Yang Arya Dharmaraja Lian Sheng, melindungi silsilah Satya Buddha, menyingkirkan segala rintangan dan gangguan, serta mankhlukkan Mara
Langganan:
Postingan (Atom)
Segala Pahala Kebajikan dari pembabaran Dharma di blog ini, seluruhnya dipersembahkan kepada Mula Guru Dharmaraja Lian Sheng, semoga Dharmaraja Lian Sheng selamanya menetap di dunia, dan memutar Roda Dharma dalam bentuk kendaraan besar dan kecil untuk berbagai tingkat kemampuan dalam motivasi semua makhluk yang ada saat ini. Semoga saya dapat segera mencapai Pencerahan Sempurna demi semua makhluk. Semoga semua makhluk yang hidup di Samsara dapat berjodoh dengan Buddha Dharma, mempraktekkan Dharma, setelah memperoleh pengetahuan, dapat mengalahkan musuh - musuh yang berbahaya, dari ketiga racun, dan dapat mencapai Pencerahan
Om Mani Padme Hum
Om Mani Padme Hum
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sedharama, Lian Hua Shi An yang telah menerjemahkan sangat banyak Materi Dharma dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, yang mana hasil terjemahannya sangat banyak yang saya post di blog ini